Speechless (Harry Styles)

2.1K 110 4
                                    

Another request from direct_girl.

Enjoy! xx

"Harry, kenapa dua hari yang lalu tidak masuk kelas Biokimia? Mr. Stewart mencarimu." Aku berusaha mencairkan suasana sedingin Antartika yang selalu ia ciptakan.

Dan lagi, kenapa harus aku? Apa Harry tidak memiliki banyak vocabulary sehingga ia jarang—bahkan hampir tidak pernah—berbicara. Sekalipun berbicara, kalimatnya singkat, padat, dan menusuk.

"None of your business." Nah, I told you, Nggi. I told you.

"Sangat disayangkan. Kau termasuk siswa yang diunggulkan, padahal." Aku berusaha mengulaskan sebuah senyuman, namun tetap saja tidak ada balasannya.

Aku heran, kenapa Ibu membiarkanku berteman dengan anak yang susah sekali bersosialisasi seperti dia?

"My mom's here. What the hell is she doing here?" Gumamnya, lalu ia langsung mendahuluiku dan meninggalkanku begitu saja.

"Mom, what are you doing here?" Tanya Harry ketika aku baru saja menginjakkan kakiku di rumahku.

"Oh hi, Harry—ah, Anggi is here too! Aku senang kalian pulang bersama." Anne Styles memeluk dan mencium kedua pipiku secara bergantian.

"Good to see you too, Mrs. Styles." Aku tersenyum setelahnya.

"Oh please, don't call me Mrs. Styles. Just 'mom' like Harry did." Ia tersenyum sembari membelai rambutku.

"Seriously mom, aku bertanya dan sampai sekarang belum kau jawab. Malah asik bersama orang lain." Oh, segitu susahnya ya menyebut namaku?

Ah! My bad. Aku Anggia, dan Ibuku adalah business woman yang sibuk sekali, kebetulan Ibu berteman dengan Anne, dan kebetulan (lagi) Harry—anaknya—satu sekolah denganku.

"Ibumu kesini untuk menjemputku. Kami akan menemui beberapa rekanku sebentar." Ibuku yang menjawabnya. Please jangan bilang kalau Harry—

"Dan kau, Harry. Temani Anggia disini." Tambah ibunya. What a coincidence.

"Mom, aku ada janji dengan Niall, Liam, Louis, dan Zayn untuk mengerjakan tugas Matematika bersama. Aku—"

"Bagus kalau begitu! Kerjakan saja disini bersama Anggia. Kudengar ia berbakat dengan angka. Am I right?" Aku hanya tersenyum kikuk kemudian mengangguk.

"Mom, tapi—"

"Harry, be nice." Ia segera membungkam mulutnya dan meninggalkan kami semua menuju.. Entahlah ia kemana.

"Maafkan kelakuan anakku, Dona, Anggia. Ia memang begitu." Anne tersenyum, beda sekali dengan Harry walaupun mereka memiliki wajah yang identik.

"Tidak apa, Anne. Aku bisa memakluminya." Ibuku tertawa kecil setelahnya. "Kalau ada apa-apa segera hubungi Ibu, ok?" Aku mengangguk sebagai jawaban dari pesannya.

"See you later, darling." Anne memelukku dan mencium kedua pipiku secara bergantian seperti tadi.

"Bisa tidak sekali saja kau tidak menurut pada Ibuku?" Ia berkata dengan membawa segelas air di tangannya. Aku tidak menggubrisnya dan hanya mengganti-ganti channel TV yang baru saja kunyalakan.

Dan mungkin, kalimat barusan adalah kalimat terpanjang yang pernah ia ucapkan padaku.

"Kalau kau mau pergi, ya pergi saja. Aku tidak keberatan sama sekali." Kataku tanpa mengalihkan pandangan kearahnya yang tampak bosan sekali.

"Kau mengusirku?" Tanyanya.

"Menurutmu?" Aku malah melemparkan pertanyaan padanya, dan dapat kurasakan ia sama sekali tidak nyaman dengan jawabanku barusan.

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang