I (Can't) Love You (Louis Tomlinson)

594 42 5
                                    

Haiiii Verseeelll! Ini mungkin jadinya agak aneh, tapi yaaaa semoga kamu suka deh. :) Jangan kapok request One Shot di aku :)))))


"Where's Louis?" Tanyaku pada Grace, pembantu rumah tangga di rumahku, saat makan pagi. Belum sempat Grace menjawab, sebuah suara berisik timbul dari kamar Louis. Oh, itu cukup menjawab pertanyaanku.

"Kau tahu jam berapa dia pulang?" Tanyaku lagi. "Entahlah. Sepertinya tengah malam." Ya, sebenarnya aku sudah tahu bahwa ia akan pulang tengah malam. Hanya saja aku ingin memastikan pukul berapa ia pulang. Dan kenapa ia selalu pulang tengah malam? Sudah dua bulan, satu minggu, dan 3 hari ini ia selalu pulang tengah malam—aku menghitungnya.

Oh there he is.

Dari cara berjalannya yang sempoyongan sudah menjawab pertanyaan keduaku; ia mabuk. Pertanyaan ketiga, apa penyebabnya ia mabuk-mabukan seperti itu?

"Kau mau kubuatkan panekuk?" Tanyaku pada Louis yang sedang menuangkan susu ke dalam sebuah mangkuk. Ia akan meminum susu dengan mangkuk? "Tidak. Aku ingin sereal." Jawabnya singkat, aku menggeleng-geleng. "Kemarikan. Duduklah, kau terlihat seperti orang tidak waras." Louis bodoh. Jika ia menuangkan susunya terlebih dahulu, tentu saja akan tumpah setelah dituangkan sereal. Aku merebut mangkuknya dan menuangkan sereal, kemudian kembali menuangkan susunya.

"Darimana saja semalam?" Tanyaku pada Louis saat menaruh mangkuknya diatas meja makan. "None of your business." Jawabnya setelah menelan suapan pertamanya. "Louis. Hentikan." Aku menghentikan aktivitas sarapannya yang terlihat kasar dan brutal. "Just because mom and dad are screwed up doesn't mean you sh—" Kataku kemudian.

"Sudah kubilang, kau tidak tahu apa-apa, Versel. Just shut up and mind your own business." Louis kembali melanjutkan sarapannya tanpa mempedulikan omonganku.

"I cared too much about you, brother. Just so you know." Setelah bermenit-menit terdiam, akhirnya aku kembali membuka suaraku. Mungkin juga perasaanku—yang sebenarnya. "I'm going out." Tanganku beranjak mengambil kunci mobil serta tas dan ponselku.

"Kau mau kemana?" Tanya Louis, aku tersenyum dan menoleh kearahnya. "None of your business."

•••

"Versel!" Suara Liam yang memanggil namaku merupakan sebuah clue dimana ia duduk. Segera aku bergabung dengannya, dan oh, ada Niall juga rupanya.

"Maaf aku terlambat, ada hambatan di rumah. Bagaimana dengan diskusi kemarin, apa kalian sudah ada yang bisa menyimpulkan?" Tanyaku kemudian. "Mm, ya. Aku sudah menyimpulkan sesuatu. Tetapi aku belum memasukkannya ke dalam bahan persentasi kita nanti. Kau tahu, aku juga butuh pendapat kalian." Jawab Niall.

Dimanapun aku berada untuk menghindar dari Louis, pikiranku tidak bisa berada jauh darinya.


Terkejut?


Aku tahu mungkin ini aneh. Sangat aneh, bahkan. Ini terdengar tidak normal. Aku merasa salah. Aku.. Mencintai kakakku sendiri. Entah mengapa dan bagaimana ceritanya. Maksudku, cinta itu bisa datang kapan saja dan pada siapa saja, kan?

Dan lagi, apa kau bisa menghindari perasaanmu yang bergejolak? Kupikir tidak.

"Versel? Versel! Kau mendengarkanku?" Tanya Niall. Oh astaga, ini sebuah kesalahan. Niall sedang menjelaskan kesimpulannya dan aku tidak mendengarkannya. "Uh, maaf. Aku sedikit pusing, Niall. Kau membicarakan apa, tadi?" Tanyaku.

Merasa diperhatikan, aku menoleh kearah Liam yang kemudian menggelengkan kepala sembari mengangkat bahunya. Shit, I forgot that we've been friends for almost 4 year.

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang