Another request from WildaYasin! It's kinda long and to be honest, aku ngerjain ini sampe jam 4 pagi tadi hahaha.
ENJOY! xx
"Kau yakin dengan semua ini, Wilda?" Tanya Sarah. Anggukan mantap menjadi jawaban gadis yang ditanyai untuk pertanyaan pertamanya pagi ini. "Bagaimana kalau kau sudah menemukan seseorang itu? Apa ia tidak akan merasa terbohongi nantinya?"
"Sudahlah, Sarah. Tidak usah terlalu banyak berspekulasi. Sudah benar seperti ini caranya. Kau mau melihat adikmu ini tersakiti lagi, hm?" Sarah hanya menggeleng kemudian merapikan rambut adiknya yang sudah terkepang rapih.
"Bahkan disaat seperti ini saja kau masih terlihat sempurna, Wil." Sarah dan Wilda sama-sama melihat pantulan wajah sempurna Wilda yang sudah disulap menjadi tampilan gadis-gadis pada masa ibunya dulu.
"Kalau Ayah dan Ibu ada disini, he must be laughing at me. Aku mirip sekali dengan Ibu dulu." Sarah dan adiknya sama-sama terkekeh, kemudian Sarah menyerahkan kacamata full frame berwarna cokelat kehitaman kepada Wilda.
"Ugh, this is really awful." Wilda menggerutu, namun rencananya kali ini harus berhasil. Ia tidak mau hatinya tersakiti lagi.
Wilda sudah meminta Ayah dan Ibunya untuk memindahkan sekolahnya dari Indonesia ke London dan tinggal bersama kakaknya disini. Ibunya terpaksa menuruti anaknya karena ia tidak ingin melihat anaknya lagi-lagi tersakiti karena pergaulannya. Wilda memang memiliki paras yang benar-benar menawan sehingga tidak jarang ia mendapat predikat Queen Bee disekolahnya. Tetapi dibalik itu semua Wilda tidak butuh popularitas. Karena kepopularitasan bukan segalanya bagi Wilda.
Ia hanya butuh teman yang benar-benar berteman dengannya tanpa melihat status keluargan. Tidak, bukan itu yang Wilda harapkan. Sudah cukup ia merasakan rasanya dimanfaatkan oleh teman-temannya. Dan lagi, ia ingin menemukan arti cinta yang sesungguhnya. Bukan cinta yang berdasarkan taruhan. Karena parasnya yang menawan dan statusnya sebagai anak konglomerat juga Queen Bee pertama yang memiliki tingkat prestasi tinggi di sekolah, ia kerap dijadikan bahan taruhan oleh banyak laki-laki di sekolah lamanya.
Terdengar kasar, namun itu faktanya. Dan kali ini Wilda tidak akan terperangkap dengan hal yang seperti itu.
**
"Tommo!" Kendati sudah sangat hafal dengan suara yang memanggilnya, Louis Tomlinson tersenyum dan segera memberi hi-five kepada sahabatnya itu.
"Kemana Liam dan Zayn?" Tanya pria berambut kriting itu. Harry, namanya.
"Mereka sudah ke ruang Biologi duluan. Sepertinya aku juga harus ke kelas Matematika sekarang, daritadi Niall sudah cerewet sekali mengirimiku pesan." Harry mendengus kesal. Itu artinya ia akan berada di kelas Bahasa Perancis sendirian.
"Kau tidak mau membolos, Lou?" Harry memasang seringainya menatap kawan kriminalnya. Ia biasa melakukan hal ini dan menetap di rooftop. Louis hanya menggeleng, dan Harry mengerti dari raut muka Louis, ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa beberapa hari yang lalu kekasihnya, Hannah, memutuskannya begitu saja dan pergi dari London entah kemana.
Namun tiba-tiba ada yang mencuri pandangannya ketika ada seorang gadis cupu yang memakai kacamata super besar dan terlihat tebal. Harry hampir meledakkan tawanya melihat gadis itu.
"Uhm.. Excuse me." Harry benar-benar menahan tawanya melihat gadis ini.
"Ada apa?" Tanya Louis yang juga sama-sama menahan tawanya melihat gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot
Storie brevi[CLOSED] This book contains a highly dozed imagine of One Direction lads; Harry Styles, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Niall Horan, Liam Payne.