After Rain (Harry Styles)

536 42 6
                                    

Alright, it's good to be back! So here it is, for andiniptralsa! Hope you like it!

P.S.: Cerita ini pake point of viewnya Harry ya :)




Aku benar-benar tidak habis pikir kenapa tidak ada yang memberi tahu kepadaku bahwa.. Astaga. Ini mengerikan. Ini mimpi buruk yang mengerikan.

Aku yakin ini mimpi buruk.

Aku akan mencubit kulitku sendiri dan aku akan bangun—seperti apa yang dilakukan Alice di film Alice In Wonderland. Atau mungkin seperti apa yang dilakukan Dormouse—menusuk kulitku dengan jarum.

Tetapi nihil.

"Kenapa kau baru memberikan diary ini sekarang, Louis?" Tanyaku. Louis adalah kakak Alsa, tunanganku, yang sebentar lagi akan menjadi istriku.

Namun bodoh sekali aku benar-benar tidak tahu bahwa Alsa mempunyai penyakit Lupus yang mematikan. Sial. Kekasih macam apa aku ini?

"Harry.. Maafkan aku, Alsa tidak ingin kau tahu tentang hal ini." Balas Louis, ia tertunduk dan merasa bersalah.

"Kondisinya sekarang kritis. Sudah beberapa hari ini ia dirawat di rumah sakit dan tidak kunjung bangun. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membuatnya sadar, maka dari itu aku menemuimu. Dan memberikan jurnalnya. Aku tahu mungkin Alsa akan murka kepadaku saat ia menemukan aku berbicara denganmu mengenai hal ini. Tetapi aku tahu kau sangat mengkhawatirkannya karena sudah dua bulan ini kau tidak bertemu dengannya, dan mungkin kehadiranmu dapat membantu Alsa untuk sembuh." Jelas Louis panjang lebar.

"Apa Alsa memiliki alasan tertentu untuk tidak membicarakan hal ini denganku?" Tanyaku setelah menghembuskan nafas berat. "Alsa pernah mengatakan alasannya padaku. Ia—" Belum selesai Louis berbicara, dering ponselnya yang nyaring berhasil memotong pembicaraannya.

"Ya? Aku berada di kafetaria. Benarkah?? Oh Jesus. Thank God. Ok, I'll be there in a few minutes." Louis tersenyum sumringah kemudian, entah ada apa. Sepertinya itu adalah kabar baik. "Good news, Alsa sudah sadar." Aku ikut tersenyum mendengarnya. "Sebaiknya kita segera kesana."

Aku dan Louis sama-sama berjalan menuju kamar 308 tempat dimana Alsa dirawat. Ya Tuhan.. Gadisku. Gadis yang berhasil mencuri hatiku 5 tahun yang lalu. Kini terbaring—dan mungkin bersama dengan selang-selang yang menempel di tubuhnya.

"Alsa.." Ujarku pelan saat aku tiba di bibir pintu. Keadaannya mengerikan. Kurus, dan rambutnya terlihat lebih tipis. "H-harry.. Wh-what are you—brother? Did y—did you tell.. Him?" Tanya Alsa.

"Shh.. It's okay. It's okay. I'm here for you, now. Ok?" Tanyaku sembari menggenggam tangannya dan menciumnya. "Segala ketakutanmu tidak akan terjadi, Alsa. Aku disini. Bersamamu." Aku tersenyum menahan tangis—berusaha untuk tidak menangis di depannya.

"Louis.. Bisa—bisa kau tinggalkan kami berdua?" Pinta Alsa, aku menoleh kearah Louis, ia tersenyum kemudian mengangguk dan mencium kening adiknya sebelum keluar dari ruangan tempat dimana Alsa dirawat.

"Alsa.. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku sejak dulu?" Tanyaku yang masih menggenggam tangannya. "Harry.. I'm so sorry. I just.. Aku tidak ingin kau mencintaiku karena kau kasihan padaku. Aku ingin kau benar-benar mencintaiku. Aku ingin merasakan dicintai, dan mencintai.. Sebelum aku pergi nanti." Alsa memilih membuang mukanya dariku.

Lagi, aku menghela nafas berat.

"Alsa, you know me. Better than anyone. Sebentar lagi kita akan menikah, tidak ada yang perlu kau takutkan lagi. Aku benar-benar mencintaimu, Alsa." Disisi lain aku ingin mengeratkan genggaman tanganku, namun aku takut justru itu akan menyakitinya.

"Tidak, Harry. Aku yang akan meninggalkanmu, cepat atau lambat. Aku tidak akan sembuh." Jawabnya pasrah. Dengan segera aku menangkupkan tanganku pada pipinya, "Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pergi. I'll fight for you. Kau juga harus seperti itu." Kataku kemudian tersenyum, dan mencium keningnya.

"You know that I love you very much, right?" Aku mengangguk dan tersenyum. "I'll be here. By yourside. Always."

•••

"Harry, jangan bawa Hailey bermain terlalu jauh!" Aku hanya mengangguk sembari mengacungkan ibu jariku dan kembali bermain pasir bersama Hailey.

Hampir 5 tahun pernikahan kita berjalan, dan Hailey adalah anak angkat kami.

Alsa memang sudah sembuh total dari penyakit Lupus itu. Aku sangat bersyukur untuk itu. Namun ketika ia mengandung anak pertama kami, terjadi sebuah masalah pada rahimnya. Ada sebuah batu kista sebesar kepalan tangan yang mengganjal di luar rahim. Batu kista itu akan semakin membesar dan membahayakan bayi kami. Dengan berat hati Alsa menjalani operasi pengambilan batu kista tersebut, yang artinya memiliki kemungkinan untuk membunuh nyawa bayi tersebut.

Alsa sempat stress karena hal ini, ia bahkan menganggap dirinya sendiri tidak berguna karena ia selalu mendatangkan penyakit. Tetapi aku sama sekali tidak menganggapnya seperti itu. Aku terus memberikan dukungan kepadanya tanpa henti, sampai akhirnya kami memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang membuat keadaan Alsa menjadi lebih baik.

Sekarang?

Well, sekarang Alsa sedang mengandung anak kami, adik dari Hailey. Aku tidak pernah berhenti mengucapkan syukur karena kali ini tidak ada masalah yang kembali menghambat kebahagiaan Alsa sebagai seorang calon ibu.


Seperti yang banyak orang bijak katakan, akan selalu ada pelangi yang indah setelah hujan.

•••

A/N: One shot ini bakalan update sehari satu dan jamnya ngga nentu, updatenya juga diacak. Jadi ngga berdasarkan siapa dulu yang request.

So how was it? Maybe it's weird, udah lama juga ngga nulis One Shot yang notabene perlu imajinasi tinggi. I'm so sorryyyy, I've tried my best for it! xx

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang