Sooo, this one isn't based on song. But she (dharold) ask me with some incredible-but-complicated plot. And I've tried my best into it. So hope you'd like itttt!!! xx
"Earth to, An!" Sebuah jentikan jari menyelamatkanku dari daydreaming yang tidak seharusnya kulakukan. "Really? You're staring at Harry Styles while you already have a boyfriend?" Tanya Jenna. Aku menghembuskan nafas berat, aku tahu, ini semua salah. But I can't get rid of it!
"Just look at him, Jen. He's handsome, he's famous, he's.. Perfect." Ujarku sembari menatapnya kembali. "Nobody's perfect, An." Jenna tertawa setelahnya. Apa yang salah dari perkataanku?
"Kau harusnya bisa lebih bersyukur memiliki Luke yang lebih mengerti dirimu. If you're talking about physically, then he's handsome. If you're talking about personality, he's a kind-hearted. Why would you start daydreaming over him when you have Luke?" Tanyanya kemudian. "Every girls in this school seems fool knowing how jerk Harry is but they still want to be his one-night-stand." Sambung Jenna. "Hi! Sepertinya obrolan kalian menarik. Mind if I join you?" Tanya Luke yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
Sial. Everything seems complicated, especially my feelings.
**
Lagi, aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari Harry. Kulihat ia sudah menggandeng gadis baru bersamanya sekarang. Padahal beberapa hari lalu Harry masih sendiri—setahuku. Dan sekarang? Aku hanya mampu melihatnya memanjakan gadis barunya itu. "Really, An?!" Lengkingan Jenna memaksaku untuk kembali ke dunia nyata.
I sigh, for a thousand times I sigh."Aku hanya membayangkan bagaimana rasanya dimanjakan oleh seorang Harry Styles. Apakah itu berlebihan?" Tanyaku padanya. "Tentu itu berlebihan, Anti! You-already-have-Luke, for fuck sake!" Kedua telapak tanganku berusaha mengusap-usap wajahku dengan frustasi.
"Anyway, you know he's a jerk, a dick. And a guy like that.. He's not worth fighting for, trust me."
But really, I want to how would it feels when Harry's arm wrap in my shoulders? How would it feels when Harry's lips meet mine?
**
"Anti, kau mendengarku?" Tanya Luke yang membuatku kembali ke dunia nyata. "Eh? Maafkan aku. I—I wasn't listening. What was it again?" Tanyaku kemudian. Ia menghela nafas sebelum melanjutkan.
Aku berusaha semaksimal mungkin mendengarkan perkataannya saat ini, meskipun mataku tidak bisa lepas dari seorang Harry Styles yang kini telah—kembali—sendiri lagi. Mungkin Jenna ada benarnya. He's a jerk, a dick, and he's not worth it. Aku tahu ini salah.
"Jadi, bagaimana pendapatmu?" Tanyanya kemudian, aku melihat kearahnya, kemudian melihat kearah ponselnya yang sedang menunjukkan sebuah ruangan berdekorasi lucu dan colorfull. Aku yakin tadi ia sedang membicarakan tentang surprise ulang tahun adik sepupunya yang baru berumur tujuh tahun. "Ya, itu bagus. Aku suka itu." Jawabku kemudian.
Ia terdiam sejenak, sebelum mengambil nafas panjang dan menghembuskannya. "Let me get this straight. Did you like him?" Tanyanya padaku, sontak membuatku memusatkan perhatianku padanya. Tidak lagi melihat Harry.
"What do you mean? Who do I like?" Tanyaku dengan raut wajah tidak bersalah. "Anti, I know you're smart enough to answer both my question or yours." Kalimatnya sukses membungkam mulutku. Sudah seharusnya aku menyadari bahwa dari awal ini adalah salahku, dan sudah seharusnya aku tidak membanding-bandingkan Harry dengan Luke.
"Anti, you know and I know—even everyone in this entire school knows he's a jerk." There he goes. "You probably saw him hanging out with Rebecca. You know, the brunette one? He dated her because of a dare from one of his friend, ask him to date a brunette girl, and obviously took her virginity." Aku membelalakkan mata kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot
Short Story[CLOSED] This book contains a highly dozed imagine of One Direction lads; Harry Styles, Louis Tomlinson, Zayn Malik, Niall Horan, Liam Payne.