That Should Be Me (Niall Horan)

641 36 0
                                    

I'M SORRY FOR NOT UPDATING (AGAIN)

I was in Bali for three days and I'm tired bcs of the long long trip (I was using car, obviously) and now I'm back!

So this one is for cutehoran. Hope u liked it!

"I know, baby. I know. I miss you too. I'll be home soon, okay? I love you. Bye." Aku tersenyum mendengarnya. I wish he was talking to me like that. Unfortunately, he doesn't so.. Senyumanku memudar setelah aku sadar bahwa ini bukanlah realita. I'm nothing.

Beginilah kehidupanku saat ini. Bersembunyi di balik bayanganku sendiri untuk mengetahui bagaimana kehidupannya setelah lepas dariku. Lebih tepatnya setelah ia memilih untuk melepaskanku. Well, dari yang barusan kudengar, ia bahagia. Sangat bahagia, malah. Jika tidak, ia tidak akan meninggalkanku dan memilih untuk bersamanya.

Aku menancapkan gas dengan perlahan untuk mengikuti mobilnya yang sedang menyusuri jalanan menuju sebuah tempat yang tidak asing bagiku. Tempat yang begitu kurindukan. Tempat yang sangat amat kurindukan. Tempat dimana aku biasa menunggunya dengan sabar selama ia touring bersama keempat teman band-nya. Tempat dimana dulu menjadi rumahku, rumah kita.

Gadis itu menyambutnya dengan senyuman hangat, sama seperti yang kulakukan dulu. Ia memeluk gadis itu dengan erat hingga memutarnya di udara, sama seperti yang ia lakukan dulu. Mereka berbagi ciuman hangat seperti tidak ada hari esok, untuk mengekspresikan kerinduan masing-masing, sama yang seperti kami lakukan dulu.

That should be me, to be the one who waited for you to came home. That should be me, to be the one who'll get your hug when you came home. That should be me, to be the one who'll get your kiss when you came home.

And I'm crying, again, for a thousand times in all these years. I'm crying. I'm breaking.

Dengan segera kuhapus air mataku dengan punggung tanganku, kemudian menginjak pedal gas sekuat-kuatnya. Aku tidak ingin berada di situasi seperti ini. Sebut aku kejam, egois atau apapun yang kau mau, tetapi aku tidak ingin melihatnya bahagia. Tidak dengan yang lain. Karena seharusnya ia bahagia bersamaku. Hanya aku.

Ya. Aku marah. Aku kecewa. Aku hancur. Dan ini semua karenanya. Karena ia memutuskan untuk meninggalkanku. Karena ia memutuskan untuk bersama yang lain. Karena ia bahagia bersamanya.

Kuinjak remku dengan mendadak ketika aku menyadari bahwa ada mobil yang juga berhenti mendadak tepat di depan mobilku.

Niall..

"It's you." Ujarnya ketika aku membuka pintu mobilku. "It is me." Jawabku singkat. "Did you.. See us..?" Aku tertawa miris miris, melipat kedua tanganku di dada kemudian bersandar di pintu mobilku, menikmati rasa sakit melihatnya yang sedang melihatku seperti seorang penguntit menyeramkan yang sengaja mengikutinya.

"Billa, come on." Aku tergelak. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi. "Just answer the damn question, Billa." Air mataku mengalir menuruni pipiku, terus mengalir hingga menggantung di ujung dagu, kemudian jatuh membasahi tanah. "Always."

"Billa.." Ia mengambil langkah mendekat, namun aku menahannya. "Don't." Karena jika ia melangkah lebih jauh lagi, aku tidak sanggup untuk tidak menariknya ke dalam pelukanku dan memeluknya seakan tidak ada hari esok.

"I moved on, Billa. Can't you just moved on and let yourself be happy? You're not the Billa I knew." Aku tertawa dengan sarkastik, aku tertawa dengan tetesan air mata yang terus mengalir di pipiku. "It's not easy, Niall. I'm not you." Aku menggelengkan kepalaku, kemudian memberanikan diriku untuk mengambil langkah kearahnya. "You just have to convince yourself that you—"

"You don't understand! I loved you! I will always love you! You said you needed time and space, but you left me, Niall! You fucking left and don't even left a message. Not one. Why can't you just say you don't feel the same way about me?!" I was so angry, so so angry at him so I shouted as loud as I can. I don't care about anything else, I couldn't care about anything else but him.

"Because I don't want to hurt you! YOU'RE the one who doesn't understand here! I don't want to see you cry, or getting hurt, especially not by myself!" Aku tertawa dengan sarkastik, "then why did you hurt me? You're hurting me, Niall. In every way. Especially this way." Air mataku kembali mengalir menuruni pipiku.

"I'm sorry. What should I do to make it up to you?" Aku tersenyum, mengambil tangannya yang sedang menghapus air mataku. "Nothing." Ia mengerutkan dahinya. "I'm already torn apart. It will take more than anything to make it up again."

"Billa.. I really don't want to see you cryi—" Aku menggelengkan kepalaku. "Anyway, you don't have to see me again." Ia mengerutkan dahinya. "I'm leaving London. My dad wants me to live in LA with him and Shila."

"Billa, you can't just leave. I—" Aku menggelengkan kepalaku lagi. "You want me to move on with my life, right? Fine, I will." Ia menangkupkan kedua tangannya di pipiku. "I loved you, Billa. I will always loved you." Aku tersenyum sendu dan mengambil tangannya. "If you really did, you would never leave me when you clearly said you just want more space for yourself."

Dengan begitu aku berjalan kembali menuju mobilku, menyalakan mesinnya, kemudian memutar kemudi untuk pergi sejauh mungkin darinya.




•••

That went well, I think.

What do you think?

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang