Dying (Harry Styles)

1.3K 82 5
                                    

Another request from dharold! Maaf sekali kalau engga sesuai harapan kak :)

ENJOY! xx


I'm dying, but still, I enjoyed it.

Ya. Aku sekarat hanya berada di sampingnya. Melihatnya mengedipkan mata. Mendengarkan suara tawanya yang renyah. Namun aku cukup menikmatinya—menjadi penggemar rahasianya.

Aku berada di dekatnya selama hidupku, maksudku, kami sudah berteman sejak kecil, aku dan Harry. Entah apa yang membuatku betah dengan sikapnya yang menyebalkan dan jahil. Namun itu yang mewarnai hidupku selama ini.

Harry Edward Styles, the most wanted guy in the school yang menjadi captain of basketball team dan dinobatkan sebagai one of the swim-team-hottie. Suaranya semerdu burung gereja, dimplesnya yang membuat semua murid perempuan—bahkan guru—meleleh. Kurang sempurna apa?

Tapi kemudian aku mengetahuinya kalau ia mencintai wanita lain—Violet Smith—junior yang terkenal akan kecantikannya dan kelembutannya.

Tidak, aku sama sekali tidak membenci Violet, she's a sweet-heart. How could I hate her? Dan lagi, siapa aku untuk membencinya?

Oh, aku sadar sepenuhnya posisiku memang tidak pernah terlihat dalam kehidupan Harry Sytles. Dan, hey! Aku ini cuma gadis kutu buku yang dianggap sebagai 'sasaran' kejahilan Harry.

Tidak enak dilihat kan jika Harry—yang termasuk dalam 10 daftar pria terkeren di sekolah—berteman dekat dengan gadis kutu buku yang biasanya bertengger di Lab Kimia dan Lab Biologi atau perpustakaan?

Haha. Kadang kenyataan menyakitkan, memang. But it looks so much better than a lies.

"Anti!!" Yak. Yang baru saja dibicarakan muncul juga.

"Bagaimana? Kau sudah selesai dengan latihanmu, Edward?" Percayalah, jauh di dalam, hatiku sedang berdegup kencang.

"Yap! Aku siap belajar dengan Nona Perpustakaan!" Uh, sungguh. Tidak ada senyum yang dapat membuatku tertawa selain senyuman Harry.

"Cuma kita berdua disini?" Suara berat Harry cukup menggema di perpustakaan yang sepi.

"Tentu saja. Apa yang kau harapkan dari perpustakaan saat jam 5 sore?" Tanyaku sembari tertawa kecil.

"Dan sejak tadi kau menungguku disini sendirian?" Tanyanya lagi.

"Promises is a promises, Ed. I'll keep it for whatever it takes." Sungguh, butuh keberanian untuk mengucapkan kalimat tersebut.

Beberapa saat setelah aku duduk dan menyiapkan buku catatanku, mataku Dan miliknya bertemu. Jika aku bisa aku ingin menghentikan waktu beberapa menit saja, atau mungkin beberapa jam, atau kalau bisa selamanya tempatkan aku dalam posisi seperti ini.

"What?" Tanyaku akhirnya.

"Kau berubah, A." Jawabnya sembari menyipitkan mata.

"People changed, Edward." Aku tersenyum menanggapi kalimatnya.

"Maafkan sikapku belakangan ini, atau mungkin sikap teman-temanku terhadapmu. Aku ti—" Aku memotong kalimatnya sebelum ia melanjutkannya, "It's okay, Ed. I know who I am and I know where my part on your life is." Selaku. It hurts but I'm not gonna let him talk about this. Not now.

"Sudah ya? Kita belajar sekarang. Kau mau mulai dari mana?" Tanyaku pada Harry.

"Anti, I know you better than anyone else. And it's not this person." Katanya. "Aku tahu waktu kita berkurang banyak karena kesibukanku, atau.. Violet. Dan aku ingin minta maaf untuk itu." Lanjutnya.

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang