Work It All Out (Harry Styles)

734 54 1
                                    

This one is from chelseakirana. Hope you'd like it xoxo

"Chels? Kau oke?" Tanya Liam, aku menggeleng pelan. Entah itu jawaban "ya" atau "tidak". "Hubunganmu dengan Harry lagi?" Liam menanyaiku lagi, sebagai jawabannya aku menganggukkan kepalaku dua kali.

"What should I do, Liam? I've tried. He too. But none of them would understand how much I love him." Kataku setelah bermenit-menit terdiam.

"Then don't give up. You have to fight for what you want, remember?"

**

"Kau yakin?" Tanya Harry saat mobilnya sudah terparkir di depan rumahku. "Of course, Christian's at work. My mom's out with some old friends from highschool." Jawabku kemudian.

"Gabby?" Tanyanya. Aku tersenyum. "Gabriella is home, but probably with her boyfriend. Besides, she likes you. So it's fine." Balasku.

"I'm home." Ucapku saat membuka pintu.

Oh shit.

"Chelsea?" Ibuku mengerutkan dahinya saat melihat aku melangkah masuk, dan dengan tangan Harry yang menggenggam erat tanganku.

And the best part of it: my mom's husband, Christian, is there too.

"What part of stay away from my daughter did you not understand?" Tanya Christian saat ia berada di hadapanku dan Harry.

"I-am-not-your-daughter. And I never will." Balasku dengan geram. "You better go upstairs." Ucapnya.

"No." Tolakku dengan cepat. "Chelsea, go upstairs." Perintahnya lagi, kali ini suaranya lebih terdengar tegas. "I said no." Tangan Harry menahan lenganku yang hendak maju dan melawan Christian. Sampai kapan aku harus seperti ini?

"It's okay. Go upstairs. Get some rest. I just.. Back to my apartement." Bisiknya kemudian, aku mendengus kesal dan melepaskan genggaman tangannya dengan kasar kemudian berlari menuju kamarku di lantai atas.

Langkahku terhenti karena ibuku menarik lenganku dengan kasar. "Dimana sopan santunmu?! He's your father now!" Aku hanya memasang wajah datar untuk menanggapinya.

"He's not my father. My father is dead." Ucapku pelan. "And oh, I just wondering.. Apakah ini bentuk balas dendam ibu karena pernikahan ibu dan ayah dulu tidak direstui oleh kedua orang tua ayah? And then you could easily do this to us? No." Tambahku sebelum melepaskan genggaman tangannya dengan kasar dan membanting pintu kamarku dengan keras.

**

"I don't know why your parents didn't like me that much." Katanya sembari memainkan rambutku. Reaksiku hanya menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat.

"Hubungan ibu dan ayah tidak pernah disetujui dengan kedua orang tua ayahku. So I guess that's why they keep telling you that shit to stay away from me." Jawabku, ia tertawa.

"We could move in to another town, or country." Ucapnya setelah bermenit-menit terdiam. "Yeah, that would be nice. But no." Aku tertawa setelahnya.

"Why not?" Tanyanya kemudian. "We've tried so hard to work everything out." Lanjutnya.

Aku terdiam sejenak mendengarkan kalimatnya barusan. "I just.. I'm not ready to take the risk alone." Aku dapat merasakan dekapannya merenggang, ia menundukkan wajahnya dan menatapku. "You're not alone. You're with me, remember?" Tanyanya.

Dan yang kulakukan hanya terdiam menatap wajahnya, tanpa mengeluarkan jawaban apapun.

**

Malam ini aku masih memikirkan ucapan Harry beberapa hari yang lalu. Mungkin saja Harry bercanda, tetapi aku sama sekali tidak menemukan ekspresi bercanda di wajahnya.

Sudah dua hari ini Harry tidak masuk kelas, ia juga sama sekali tidak menghubungiku. Mungkin ia marah karena aku tidak menjawab permintaannya untuk meninggalkan kota ini?

Suara ketukan di jendelaku membuatku terkesiap. "Chelsea? Open the window, please." Harry?

Segera aku membuka tirai cokelat muda yang menutupi jendelaku dan membuka jendelaku. Apa yang ia lakukan malam-malam di rumahku dan masuk ke kamarku melalui jendela?

"What are you doing here?" Tanyaku sembari berjalan menuju pintu kamarku dan menguncinya.

"I just want to give you this." Tiket pesawat? Ke London?! "I just thought.. We need to work things out." Lanjutnya.

"Harry, I— I can't." Kataku kemudian.

"Chelsea, berada disini sama saja seperti memberi sayuran pada singa. It's useless. Pada akhirnya kita akan berpisah, just like they want." Aku terduduk di pinggiran tempat tidurku, sementara Harry berlutut di hadapanku.

"We could do anything there. Robin and my mom would like you. We could get married, we could live together forever. Just like you always dreamed." Ia menggenggam tanganku erat. Seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Bantu aku bereskan barang-barangku."

**

I'm so sorry if this isn't perfect. I've tried my best to understand 5SOS' She Looks So Perfect (because I barely know them, tbh) and make it as a story, and this is it!

One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang