CINTA MATI, ANDINIE!

102 3 1
                                    

"Ada dua kenyataan yang mungkin datang setelah putus cinta sebelum sembuh; kamu menjadi gila; atau kamu menjadi jauh lebih gila. Namun, hanya ada satu keadaan yang akan kamu hadapi saat sedang jatuh cinta: Buta!"
(Ujang, setelah sembuh)

Sekarang aku baru mengerti artinya bahwa cinta itu buta setelah aku benar-benar tidak sedang jatuh cinta dan tidak pula sedang buta. Aku bisa melihat dengan jelas segala kekonyolan yang aku perbuat, baik disengaja atau hanya sekedar improvisasi saat keadaan benar-benar terdesak. Dulu, waktu sedang jatuh cinta, aku tidak bisa melihat apa-apa kecuali keindahan. Aku juga tidak merasakan apa-apa kecuali cinta. Seluruh inderaku tidak berfungsi dengan normal. Segalanya berjalan tidak dalam keseimbangan. Logikaku sedang eror sejadi-jadinya.

Sekarang, aku bisa merasakan kegilaan yang saat itu aku anggap biasa saja. Dulu, aku membawa bunga yang aku petik dari pot depan halaman kelas untuk kemudian aku berikan kepada orang yang sebenarnya penghuni kelas itu. Jelas anak itu murka. Ia kenal betul bunga yang ia siram setiap pagi. Maka, ditamparlah aku dengan tas berisi buku-buku catatan. Aku meringis kesakitan. Walau tidak sampai terhuyung, namun sakitnya masih terasa beberapa jam dan berbekas. Lalu, aku simpan itu sebagai cerita indah. Amarahnya saat itu, terasa bagai bumbu kisah.

Aku juga membawa coklat yang aku beli dengan susah payah. Coklat itu mahal dan aku belum pernah mencicipinya walau sedikit. Aku beli sendiri di swalayan dan struknya aku simpan baik-baik. Aku mencari momen terbaik kapan aku bisa memberikannya agar benar-benar kena. Aku berikan kepadanya seusai pelajaran olahraga. Aku melihat dia begitu berkeringat dipinggir lapang basket.

Aku samperin dan kuberikan coklat mahal itu dengan sepenuh perasaan. Aku juga tawarkan sebotol air mineral yang ku beli di kantin. Ia menolehku aneh. Melihat sekeliling lalu meninggalkan aku begitu saja. Teman-temannya yang sejak tadi menunggu akhir kekonyolan itu lantas bersorak. Aku bahagia sekali. Bagiku itu sebuah kemenangan. Bagi Andinie, sepertinya, itu sebuah ujian yang akan menaikkannya beberapa derajat sebagai perempuan mulia dan bermartabat.

Hal sederhana yang menyelamatkan aku saat itu adalah keyakinanku akan peran Tuhan. Tuhan mengatur segalanya. Betapa aku bersyukur degan rasa yang aku miliki. Namun, buta tetap saja buta. Aku libatkan Tuhan dalam kebutaanku.

Beberapa hari berikutnya aku melempar-lempar uang logam ke udara. Uang akan terjatuh dan menunjukkan satu sisi. Sebelum uang dilempar, aku tetapkan satu hal atas nama Tuhan, jika yang muncul gambar, artinya aku dan Andinie punya perasaan yang sama, sama-sama cinta dan sama-sama rindu. Namun jika kemudian yang muncul angka, maka salah satu dari kami tidak merasakan hal itu. Entah darimana ide itu muncul. Aku melakukannya, di kamar, di kelas, di ruang tunggu, di BK, di WC bahkan di mesjid selepas solat. Hanya aku yang melaukannya dan itulah satu dari sekian kebutaan yang aku alami. Sekarang tidak.

Aku orang biasa dari keluarga dengan ekonomi tidak jelas. Bapakku yang kuli tani dan ibuku yang buruh, membuat aku harus bekerja keras untuk memotong garis kemiskinan yang terwariskan dari leluhurku. Sementara Andinie adalah orang berada. Walau ia nampak sederhana dari berbagai hal, keluarganya punya segalanya. Maka, aku kembali libatkan Tuhan dan berdoa kepadanya agar Andinie hidup sejajar dengan aku, berada dalam garis yang sama, sama-sama miskin. Aku berdoa agar kemiskinan melanda keluarga Andinie untuk kemudian aku datang dan mengangkatnya keluar dari kemiskinan tersebut. Doa yang aneh. Doa yang terpanjat dari seseorang yang sedang senewen karena cinta buta.

Dulu aku tidak bisa melihat yang lain kecuali Andinie, tidak bisa membayangkan yang lain kecuali Andinie dan tidak bisa menemukan apapun kecuali Andinie. Sekarang segalanya nampak terang benderang. Segalanya menjadi nampak jelas di depan mata. Mati-matian aku berkata Andinie lah perempuan tercantik, terbaik dan satu-satunya pilihan Tuhan untukku. Sekarang perempuan cantik berhamburan, yang baik berserakan, dan Tuhan menyembunyikan pilihan yang tepat untuku.

Ketika itu aku benar-benar cinta mati.

DEMI KAMUH, YAH DEMI KAMUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang