BAB X

6.9K 1K 42
                                    

Please, guys dont siders!! Nulisnya gak semudah kalian NGUPIL!! You tahu, :v
-----------------''---''--''-

Jeon Jiena, gadis berusia 5 tahun itu terdiam dengan air mata yang berkaca-kaca. Bahkan, ia enggan untuk melirik kearah ayahnya yang masih fokus menyetir itu.
Ia tidak menangis dengan suara isakan. Namun, Jiena menangis dalam diam membiarkan air matanya mengalir begitu saja bahkan tidak peduli dengan bajunya yang basah karena tangisannya.
Jiena sakit hati, Ia tidak suka dibentak-bentak oleh siapapun bahkan ayahnya sendiri. Iya, jika pun Jiena nakal atau berbuat kesalahan namun ini tidak sama sekali. Ia hanya khawatir dengan ibunya. Salahkah?

"Jiena, Appa minta maaf. Appa tidak berma--" Sebelum Jungkook menyelesaikan ucapannya Jiena lebih dulu memotong ucapan dari ayahnya, "Aku hanya khawatir pada Eomma, Appa... Eomma tidak pulang kerumah dan aku harus mandi sendiri dan makan bersama Hyora Imo dirumah. Aku merindukan Eomma, kenapa Appa malah membentak ku?"

"Hiks... pa...padahal ak... aku hanya ingin bertemu dengan Eomma.. hi...hiks..." Lanjutnya dengan suara isakan serta tangisan yang mengiringi dirinya. Jungkook menghela nafas lalu menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu menunduk berusaha menyadarkan dirinya yang sedang kalut saat ini. Berusaha meredekan dan menyadarkan dirinya apa yang baru saja ia lakukan sehingga membuat putrinya menangis seperti itu. Tangan kekarnya membawa tubuh Jiena memeluk serta mengelus puncak kepala putrinya, sempat ada perlawanan dari Jiena namun putrinya itu tetap tidak bisa melawan kekuatan tubuh Jungkook untuk memeluk dirinya.

Jungkook benar-benar refleks hingga membentak putrinya dengan suara yang keras seperti itu, seharusnya ia tidak boleh seperti itu, Jungkook menyesal.
"Mianhae... Jie. Appa benar-benar tidak bermaksud,"

Jiena hanya menangis didekapan ayahnya tanpa memperdulikan sang ayah yang terus meminta maaf. Dalam hati yang paling dalam, Jiena benar-benar sakit ketika mendengar ibunya yang masuk kerumah sakit tanpa ia tahu sama sekali dan juga ayahnya yang tiba-tiba membentak dirinya seperti itu. Jiena hanya khawatir, "Appa! Ayo~ kita segera pergi kerumah sakit! Aku benar-benar ingin menemui Eomma!" Kata Jiena seraya mendongak menatap sang ayah yang menatap dirinya sendu. Tentu, Jungkook mengangguk seraya membiarkan Jiena kembali pada duduknya yang semula.

"Baiklah," Sahut Jungkook setelah ia menelan salivanya yang terasa mencekat, pria itu kembali menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan yang standar. Sedangkan Jiena, ia tampak diam menatap luar jendela kaca mobilnya, ia menatap langit-langit awan dan berdoa agar ibunya baik-baik saja dengan air mata yang masih mengalir namun tidak sederas tadi.

Dan, Jungkook harus membatalkan niatan-nya untuk mengambil barangnya yang tertinggal dirumah Seulhee. Bisa nanti-nanti saja, setelah pulang dari rumah sakit bersama Jiena.

Tentu saja, Jungkook akan memperkenalkan Jiena pada selingkuhannya. Seulhee akan sangat senang jika Jungkook membawa Jiena ke apartement milik mereka. Karena, wanita itu juga begitu ingin dekat dengan putri dari kekasihnya itu.

**

"Hanna-ya, kau harus makan agar tubuhmu bisa kembali sehat." Ujar Wooshin pada Hanna dengan pelan seraya menyodorkan sesendok bubur hangat dihadapan mulut wanita itu.

"Terimakasih. Tapi, aku benar-benar tidak selera untuk makan." Balas Hanna, Wooshin tampak menghela nafas pelan seraya menaruh sendok yang ia pegang tadi diatas mangkuk. Wooshin sudah mencari cara agar wanita dihadapannya itu membuka mulutnya untuk makan namun Hanna tidak ingin sama sekali membuka mulutnya dan terus menolak makanan yang diberikan Wooshin padanya. Pria itu memandang wajah cantik wanita yang ia cintai itu.
"Kau harus makan, Han. Tidak ada salahnya untuk menelan makanan walau hanya beberapa suap saja. Setidaknya, untuk menambah energimu. Kau sudah tidak makan sedari tadi malam," Ucap Wooshin yang membuat
wanita yang terbaring diatas --ranjang rumah sakit-- itu mengangguk dengan paksa. Jika boleh jujur, Hanna benar-benar tidak selera sama sekali pun. Bahkan, perutnya tidak terasa lapar walau tidak makan seharian.
"Baiklah," Sahutnya diiringi dengan anggukan pelan yang membuat pria yang berada disisinya tersenyum.

Polygamy - Jjk [DALAM PERBAIKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang