BAB 16

8.7K 924 89
                                    

Mobil berhenti dihadapan rumah yang besarnya sedang-
sedang saja untuk keluarga kecil namun terkesan mewah
dengan ber-cat-kan abu-abu terang dan tak lupa
berbagai tanaman hijau yang tampak semakin
mempercantik leluasa rumah itu. Didepan teras rumah,
Wooshin menghentikan mobil miliknya tak lama setelah
itu wanita itu turun dari mobil BMW putih milik pria yang
telah menemaninya seharian lebih walau hanya didalam
apartement dan pagi ini Ia kembali kerumahnya. Dengan
perasaan yang kosong walau goresan luka masih enggan
untuk menjauh dari hatinya yang dalam.
Jiena pasti telah kesekolah dan diantarkan oleh Wonwoo,
Hanna bisa bernafas cukup lega Ia telah sampai
dirumahnya diantar oleh Wooshin.
“Kau tidak mau masuk dulu?“ Tanya Hanna pada Wooshin
yang mendapat penolakan halus dari pria itu.
“Ani, aku harus kekantor dahulu. Banyak yang harus aku
kerjakan disana, kau baik-baik, yah.“ Balas Wooshin yang
membuat Hanna sekali lagi tersenyum dengan indah yang
menimbulkan debaran lagi dalam hati Wooshin. Pria itu
menunduk sejenak lalu kembali memandang paras cantik
istri sahabatnya itu.
Pria itu masih didalam mobil tersenyum seraya menyuruh
Hanna untuk masuk kedalam rumahnya.
“Masuklah...“ Hanna mengangguk sebagai balasan bahwa
Ia akan masuk kedalam rumahnya yang telah Ia ridukan
itu.
Wooshin kembali tersenyum seraya menstarter mobil lalu
melaju meninggalkan bunyi klakson dari mobilnya. Hanna
hanya menatap nanar mobil BMW putih itu dengan
tatapan sendu mengingat akan hal semalam pria itu
menangis dihadapannya menuangkan semua rasa
kesakitan yang selama ini dirasanya. Tak tahu, betapa
jahat sudah Hanna telah membuat luka terdalam yang
tidak Ia ketahui pada diri Wooshin.
Hanna bukan tidak bisa membalas perasaan itu yang
terlampau tulus dari hati Wooshin. Namun, perasaan dan
cinta tak dapat dipaksa dengan landasan terpaksa. Jika
dapat kembali memutar waktu, Hanna bisa saja untuk
jatuh cinta dengan Wooshin dan menjalin sebuah
hubungan yang lebih serius tanpa rasa sakitpun. Namun,
Hanna bisa apa sekarang? Dirinya yang telah terlanjur
jatuh hati dan terjebak dengan lelaki yang telah
mendustainya selama ini. Ikatan cinta itu masih
menumbuh sangat dalam didalam benak Hanna sehingga
rasa cinta nan sakit itu tercampur menjadi satu layaknya
fatamorgana yang begitu menyakitkan.
Hanna tidak mengerti, betapa berat semua ini untuk pria
itu. Kim Wooshin...
Wanita itu membawa tungkainya masuk kedalam
rumahnya dengan sejuta menerka bahwa mungkin
Jungkook tidur bersama dengan Seulhee atau lain-lain
yang mereka lakukan sebagainya sebagai pengantin baru.
Wanita itu menyentuh knop pintu yang tak terkunci
membuat dahi mengernyit hingga membentuk beberapa
lipatan disana.
“E-eh, Hanna... kau kembali...“ Entah darimana asalnya
Seulhee datang memeluk Hanna dengan senangnya karena
wanita itu telah kembali membuat kecemasannya
menghilang pada wanita yang menjadi istri pertama
suaminya.
Wanita yang bernama Seulhee itu enggan melepas
pelukan-nya pada Hanna, bahkan tanpa sadar wanita itu
menangis dipelukan Hanna dengan perasaan yang campur
aduk antara bahagia dan sedih.
Benar kata, Ibu Jungkook Hanna pergi karena dirinya.
Dan wanita itu merasa bersalah dan menyesal.
“Maafkan aku... Hanna-ya...“ Desis Seulhee yang
membuat Hanna memejamkan matanya dalam desahan
pelan. Tangan Hanna terangkat untuk mengelus
punggung Seulhee memberi sebuah ketenangan.
Hanna sudah pernah mengatakan hal in berkali-kali, “Aku
tidak membencimu, Seulhee. Aku juga tidak membenci
Jungkook. Aku sudah memaafkanmu jauh...sebelum kau
menikah dengan Jungkook.“ Ujar Hanna dengan tulusnya.
Wanita yang berada dihadapan Hanna tak mampu bicara
apapun selain berceletuk dalam hati betapa baik hatinya
Hanna.
“Aku tidak tahu, Hanna. Terbuat dari apa hatimu. Aku
dan Jungkook sudah menyakitimu berulang-ulang kali.
Dan lagi diriku yang sedang mengandung, ini pasti berat
untukmu, Han.“ Sergah Seulhee yang membuat seulas
senyum kebohongan Hanna yang berpura-pura baik-baik
saja terukir dengan indah.
“Tak apa. Nasi sudah menjadi bubur, Seulhee. Kita hanya
menunggu kau akan melahirkan kelak, anakmu adalah
anakku juga. Kau telah memiliki ikatan dengan Jungkook,
dia mencintaimu.“
“Dia juga mencintaimu, Hanna...“ Limpah Seulhee, Hanna
tersenyum, “Mungkin.“
Hening sejenak mereka sibuk dengan pikirannya masing-
masing. Hanna hanya mampu diam dengan seribu bahasa
tak mampu bicara, Ia hanya sibuk berkutat dengan
pikirannya. Seulhee memiliki hati yang baik rupanya, pikir
Hanna.
Tangan Hanna terangkat untuk menyentuh kepalanya
yang terasa pening sesaat. Itu bertanda bahwa Ia perlu
meminum obatnya pagi ini.
“Ohya, dimana Jungkook?“ Tanya Seulhee yang membuat
dahi berkerut menjadi lipatan pada dahi Hanna.
Pertanyaan seperti itu tidak seharusnya dilemparkan
untuknya, sebab Hanna tidak tahu soal dimana pria itu
sekarang? Bukankah, Hanna patut bertanya pada
Seulhee, dimana Jungkook?
“Aku tidak tahu? Apa dia tidak ada didalam rumah?“
Tanya balik Hanna yang membuat Seulhee menggaruk
kepalanya menggunakan tangannya. Wanita itu tampak
bingung terlihat dari wajahnya, “Seulhee!! Kenapa kau
tidak bawa masuk menantuku?“ Sergah Ny. Jeon ketika
telah berada dihadapan pintu dengan wajah yang kesal
memandang Seulhee. Wanita setengah baya itu terlanjur
sakit hati pada wanita yang telah dipinang Jungkook
kemarin itu. Sakit hatinya tidak dapat diobati,
mengingat betapa jahatnya wanita itu telah mengambil
Jungkook dari Hanna.
Ny. Jeon paham betul betapa besarnya perjuangan
Jungkook untuk mendapatkan Hanna kala masih remaja
dulu, mengingat betapa banyak cerita dari mulut
Jungkook hanya membicarakan bagaimana
ketertarikannya terhadap wanita yang telah mencuri
hatinya dulu. Sungguh, tidak pernah mengajarkan hal
yang untuk melukai bahkan menyakiti entah fisik atau
semacamnya terhadap wanita. Namun, ketika telah
dewasa kenapa mesti tingkat kelabilan menguasai
anaknya-Jeon Jungkook?
Ny. Jeon kecewa sangat dalam pada putranya itu, tidak
menyukai cara putranya melakukan tindakan bodoh.
“Tidak apa-apa, Bu. Kami hanya mengobrol sebentar,“
Bela Hanna yang membuat Seulhee memandang sejenak
wajah wanita dihadapannya.
“Hanna, tidak usah berpura-pura jika kau baik-baik saja
padahal sebenarnya kau kesakitan?“ Cercah Ny. Jeon
yang membuat Hanna menunduk, kepalanya terasa pusing
lagi-lagi.
“Ibu, boleh aku masuk sekarang?“ Kata Hanna yang
tentunya mendapat sebuah anggukkan dari wanita paruh
baya itu. Mengiring Hanna menuju kamar milik Jiena
dengan rasa yang was-was membiarkan Seulhee yang
masih berada luar itu dengan perasaan kesal dan rasa
bersalah menghantui relung hatinya.
“Kemana saja kau Hanna? Ibu sangat mencemaskanmu, ibu tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkanmu. Kau
kemana seja, hm?“ Tanya Ny. Jeon dengan nada yang bergetar antara senang dan cemas semua itu terkumpul menjadi satu dalam benaknya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada menantu yang sangat disayanginya itu.
Hanna menggengam tangan sang Ibu mertua yang telah
Ia anggap sebagai Ibunya sendiri yang telah menyayangi dan begitu perhatian pada dirinya.
“Aku tidak apa-apa, bu. Aku pulang diantar oleh Wooshin,“ Hanna menghentikan ucapannya kala melihat raut wajah heran dari Ny. Jeon, “Kenapa, bu?“ Tanya Hanna.

Polygamy - Jjk [DALAM PERBAIKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang