Taehyung menatap Jungkook yang tengah berbaring tak sadarkan diri dengan wajah khawatir. Raut wajah itu tertangkap dengan jelas oleh manik kelam dibalik kelopak tipis yang saat ini sedang menatapnya. Jimin menghela nafas kasar. Taehyung terlihat sangat khawatir, padahal Jungkook hanya pingsan. Obsidiannya menatap penjuru kamar Taehyung, berkeliling mencari jawaban dari kebingungannya. Tangan kanannya bergerak mengelus tengkuknya pelan. Ia harus menanyakan hal ini pada Taehyung sekarang juga.
"Tae."
Taehyung menoleh sekilas ke arah Jimin sambil bergumam, namun matanya kembali fokus pada sosok Jungkook di atas ranjangnya.
"Jika suatu saat nanti aku pergi... apa yang akan kau lakukan?—maksudku, seperti apa responmu?" Jimin membenarkan posisi duduknya.
"Aku tidak mengerti, hyung? Kau tidak berniat untuk bunuh diri kan?" Taehyung memicingkan matanya, menatap Jimin yang sedang duduk dengan tumpang kaki dan tangan terlipat di depan dada.
"Dasar gila! Tentu saja tidak. Aku hanya bertanya, apakah kau akan merasa kesepian, kehilangan, atau apapun itu? Aku hanya ingin bertanya hal itu."
"Entahlah, hyung. Tapi kurasa... aku akan benar benar kesepian. Kau adalah satu satunya keluarga yang kumiliki, hyung. Aku pasti akan sedih jika suatu saat nanti kau harus pergi, baik pergi ke suatu tempat, atau pergi secara harfiah." Taehyung menatap Jimin dalam.
Jimin tersenyum kecut. Ia memalingkan matanya dari kedua mata Taehyung, lebih memilih menatap lantai dan merenung.
Keluarga?
Jimin tidak yakin bahwa ia benar benar bagian dari keluarga Taehyung. Dan itu sukses untuk selalu membuat Jimin sesak.
Matanya kembali mendongak, saling bersiborok dengan manik mahoni Taehyung. Jimin menarik nafas panjang sebelum bertanya."Lalu... seperti apa responmu... jika aku mengatakan padamu, bahwa aku bukan sepupumu? Bahwa kita bukanlah keluarga?"
Jimin mengeraskan rahangnya. Menahan sesak melihat wajah Taehyung yang mungkin cepat atau lambat tak akan bisa ia lihat lagi.
"Sungguh, aku tidak mengerti kemana arah pembicaraanmu, hyung..."
"Kau mengalami amnesia saat berusia 13 tahun, kau tau itu kan?" Jimin menatap Taehyung dalam, matanya sudah mulai berkaca kaca.
Taehyung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Apa kau bisa mengingat apa yang terjadi padamu saat kau kecil? Sebelum kau mengalami amnesia?"
Taehyung menggelengkan kepalanya.
"Lalu, dari mana kau bisa tau dan merasa yakin bahwa aku ini sepupumu?"
Taehyung tidak merespon. Kedua alis tebalnya bertaut bingung. Ia menatap Jimin dengan manik yang berbinar bingung.
"Aku bukan sepupumu. Dan kita bukan keluarga."
"Hah?"
Taehyung bingung. Jimin memang tidak bisa memahami dirinya saat ini. Disaat ia tengah khawatir dengan Jungkook, Jimin malah membuat lelucon kurang ajar seperti itu. Apa apaan maksudnya?!
"Hyung! Kau ini kenapa sih?! Jangan membuatku bingung! Sudah jelas bahwa kita ini saudara! Kau adalah anak dari adik ayahku! Kau menggantikan pekerjaan paman di perusahaan ayah, hyung!"
"Kau salah Tae!" Jimin berdiri dari duduknya, Taehyung berani berteriak dan membentaknya. Mereka memang sering bertengkar, tapi itu hanya pertengkaran biasa. Sedangkan ini? Jimin serius, dan Taehyung malah membentaknya. Jimin menatap Taehyung tajam. Nafasnya terengah. Perlahan lahan manik hitamnya yang menatap Taehyung tajam berubah, menjadi kelam penuh penyesalan. Jimin menundukkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Kill Me Heal Me : DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER (kth+jjk)
FanfictionCover by ©ddaeng-ie Fanart by irene.arts [COMPLETED] * * * Kim Taehyung; pemuda 18 tahun pengidap Dissociative Identity Disorder dengan lima kepribadian ganda, bertemu dengan Jeon Jungkook; seorang pemuda 16 tahun yang bercita cita menjadi psi...