Part 10

3.7K 298 26
                                    

Pukul tiga sore di SMA Bintang. Jam sekolah telah usai sejak satu jam yang lalu. Hanya sisa segelintir siswa saja yang masih berada di sana, itu pun yang saat ini hendak mengikuti ekstrakulikuler karate yang dilaksanakan rutin tiap rabu dan pada jam ini pula. Kebanyakan dari mereka telah memakai dogi alias pakaian yang digunakan saat melakukan olahraga beladiri karate.

Kebetulan Langit merupakan salah satu pelatih ekskul karate di sekolah. Ia telah siap dengan dogi serta sabuk berwarna coklat sebagai pelengkap. Saat ini Langit tidak memakai kacamata tebal yang biasa nangkring tersangga hidung mancungnya. Biarpun matanya mengecil akibat efek memakai kacamata sejak dari kecil, tetap saja ia terlihat tampan. Mirip-mirip bintang Asia malah. Satu lagi pesonanya, kharisma sebagai pemimpin yang cool tetap tak terkikis.

Mata Langit tak sengaja menangkap sosok Ayu yang saat itu juga telah memakai dogi lengkap dengan sabuk biru. Rambutnya yang panjang dikuncir asal-asalan hingga beberapa helai mencuat tak beraturan. Sungguh manis. Ia perhatikan Ayu tengah berdiri menatap setiap sudut sekolah seolah sedang mencari dan menanti seseorang. Langit tersenyum dan menggelengkan kepala. Lalu, ia berjalan menghampiri Ayu.

Nungguin siapa?" Tanya Langit penasaran.

"Nungguin Bumi. Kakak tahu Bumi di mana? Eh, dia adiknya Kak Langit kan?"

Langit mengerutkan kening. Bingung. Detik berikutnya ia tersenyum sambil menjawab singkat, "Iya."

"Kemarin dia janji mau ikutan karate pas Ayu tawarin," ujarnya, lalu melanjutkan, "Tadi di kelas Ayu tanyain lagi, kata dia jadi ikutan. Malah dia udah bawa dogi segala," Ayu memajukan bibirnya. Nada bicaranya terdengar sedikit kecewa.

Langit tersenyum tipis, "Ya sudah. Lebih baik kamu urusin absensi. Ntar kalau Bumi udah datang, Aku langsung panggil kamu," kata Langit dengan nada bijak.

"Oke deh," Ayu mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi, ia langsung berlari menuju tengah lapangan dan berbaur dengan anggota ekskul yang lain.

Langit menatap lekat-lekat punggung Ayu yang semakin menjauh. Sekelebat rasa sakit menusuk hati Langit. Ya, Langit sadar betul melalui ekspresi, tatapan mata, dan mimik muka Ayu, jika cewek yang dicintainya itu ... tidak! Langit membunuh dugaannya sendiri. Bumi baru masuk di sekolah ini kemarin. Masa secepat itu sih Ayu sama Bumi punya hubungan khusus? Sepertinya mustahil. Lagipula, bukankah Ayu belum mau pacaran?

Tapi tadi Ayu tampak lain.

Langit jadi bingung sendiri. Saking bingungnya, tanpa sadar ia menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

"Oke, kita mulai latihannya!" teriak Shinpai Taufik, pelatih karate yang tentu saja sudah tingkat sabuk hitam. Teriakan itu membuat Langit tersadar dan buru-buru menuju anak-anak ekskul karate yang telah membentuk barisan rapi.

Pada jarak beberapa puluh meter, terlihat Bumi yang telah memakai dogi dan sabuk biru tengah berlari tergopoh-gopoh menghampiri teman-teman sesama ekskul yang sedang melakukan pemanasan. Ia memang pulang terlebih dahulu untuk mengambil dogi yang ternyata ketinggalan di rumah. Ribet saat di rumah menyebabkan dirinya terlambat saat ini.

Shinpai Taufik mengernyitkan dahi saat melihat Bumi.

"Kamu anak baru, ya?" tanya Shinpai.

"Iya, Shinpai," jawab Bumi singkat tapi mantap.

"Pantas ndak pernah lihat," Shinpai Taufik nyengir, "Lumayan juga kamu sudah sabuk biru. Saya jadi ingin lihat kemampuan kamu."

Bumi tersenyum simpul, "Lalu apa yang harus saya lakukan?"

Langit & Bumi (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang