Part 18

2.3K 176 10
                                    


Kelas XI BAHASA

Berita tentang Bumi yang jadian sama Ayu begitu cepat menyebar luas di seluruh sudut SMA Bintang Surabaya. Respon yang didapat pun beragam. Seperti hari ini di kelas. Begitu Ayu dan Bumi masuk kelas, mereka langsung disambut hangat oleh teman-teman mereka bak raja dan ratu. Ayu yang belum terbiasa dengan situasi ini jelas tersipu malu sambil bersembunyi di balik punggung Bumi yang lebar.

"Cie ... ada pengantin baru nih!" ledek Mersa sambil nyengir. Ledekan Mersa disambung senyum lebar oleh Bumi.

"Kayaknya bakal ada yang ngasih pajak jadian, nih. Ehem ..." timpal Novi.

"Tenang ... kalian semua bakal aku traktir makan di kantin. Mau makan sekarang atau nanti pas istirahat?" tawar Bumi.

"Emang duit dari mana?" tanya Mersa bloon.

"Duit dari kakek moyangmu, Sa," dengus Bumi kesal, "Kamu kalau ngejek yang enakan dikit dong, Sa. Gak penting ini duit dapat darimana. Yang pasti ini halal, kok. Bukan hasil dari ngebohongin orang tua," terang Bumi panjang lebar. Ia memang berencana mentraktir teman-teman sekelasnya untuk merayakan jadiannya dengan Ayu dengan mengambil sedikit uang tabungannya.

Sementara Ayu tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya saja bibirnya tak berhenti menyunggingkan senyum. Sulit dipercaya rasanya saat ia mengingat bahwa ia telah resmi menjadi pacar Bumi. Ia tersipu sendiri apabila mengingat betapa dulu sangat mengagumi sosok Bumi. Ketampanannya ... ketegarannya ... kebaikannya ... yah, sekalipun perangai Bumi memang buruk terhadap keluarganya sendiri. Dalam hati Ayu bertekad untuk merubah perangai buruk Bumi menjadi lebih baik. Itu juga janjinya terhadap Langit bukan? Jadi Ayu merasa bertanggung jawab untuk itu.

"Ini si Ayu tumben diem? Kenapa, Yu? Sariawan?"celetuk Novi.

"Si pengantin wanitanya malu-malu kucing, tuh ..." goda Mersa disambung tawa cekikikannya, "Santai saja kali, Yu. Kami ikut senang akhirnya kamu menemukan belahan jiwamu. Cie ..."

"Aaaah ... sudah sudah sudah!" lerai Bumi, "Ayu jangan digodain melulu. Kasihan. Wajahnya sampai merah gitu."

"Cie ... yang dibelain ..." ujar Novi.

Lalu Ayu dan Bumi duduk di bangku masing-masing.

"Ngomong-ngomong, Bumi, kamu ada rasa sama Ayu sejak kapan sih? Tahu-tahu main nembak gitu aja?" tanya Novi menyelidik.

"Dari pertama aku ketemu dia di kelas ini," jawab Bumi singkat.

"Memangnya ini ndak bakal jadi masalah buat kakak kamu, Bum? Dia kan juga suka sama Ayu," kata Novi lagi.

Mendadak Bumi dan Ayu tersedak oleh ludah mereka sendiri tatkala mendengar kata-kata Novi yang begitu saja meluncur keluar. Bibir mereka sama-sama terkunci. Mereka tahu betul, tentu saja ini menjadi masalah bagi Langit sekalipun ia menutupinya dengan berusaha tegar. Namun mereka tahu, diam-diam siksaan batin melanda cowok yang terkenal dengan senyuman manisnya itu. Salahkah Bumidan Ayu? Bukankah tidak ada yang salah pada sepasang hati yang saling mencintai?

"Ng, maaf Yu ... Bumi ... aku ndak bermaksud buruk, kok. Cuma bertanya saja ..." Novi berusaha menengahi begitu ia sadar perubahan mimik muka dua sahabatnya itu.

"Langit nggak masalah kok. Dia fine-fine aja tuh. Bahkan dia senang banget saat tahu aku jadian sama Ayu," kata Bumi berusaha menutupi.

"Kak Langit! Agak sopan dikit kek. Dia kan kakak kamu ..." protes Ayu. Ia merasa jengkel setiap kali Bumi menyebut nama kakaknya tanpa embel-embel 'Kak'.

"Masa bodoh ..." semprot Bumi.

"Menurutku apa yang dibilang Ayu benar lho Bum. Kami tahu hubungan antara kamu sama Kak Langit kurang begitu baik. Tapi bagaimanapun juga dia kan kakak kamu, Bum ... Sebagai adik, sudah menjadi kewajiban buat kamu menghormati dia ..." timpal Mersa.

"Kalian nggak ngerti, karena kalian tidak pernah mengalami masa pahit sepertiku. Kalian nggak tahu apa-apa," ucap Bumi dingin. Matanya menerawang.

"Bumi, kami ..."

"Kalian nggak tahu ...!" tampik Bumi kasar. Lalu ia berlari keluar kelas. Ayu sempat melihat sekilas air mata Bumi yang hendak tumpah. Sakit juga rasanya saat melihat Bumi seperti itu. Ayu paham, ini bukan mau Bumi.

Novi dan Mersa menggelengkan kepalanya serentak. Keduanya terdiam. Mereka juga tak menyangka reaksi Bumi menjadi menjadi demikian. Tapi mereka tahu, ada sesuatu yang disimpan Bumi jauh di lubuk hatinya yang terdalam. Sesuatu yang bernama kasih sayang. Kasihan Bumi. Ia pasti sangat tersiksa oleh perasaannya sendiri.

"Yu, maafin aku sama Mersa, ya? Gara-gara kami Bumi jadi kaya gitu ..." ucap Novi penuh sesal.

Ayu tersenyum, "Ndak apa-apa kok, Nov. kalian ndak salah. Biar aku sendiri yang jelasin ke Bumi. Kalau gitu aku nyusul Bumi dulu," ucap Ayu.

Tanpa basa-basi lagi, Ayu langsung beranjak meninggalkan Novi dan Mersa yang melongo.


Gomennasai, Minna-San. :'(

Meiga baru bisa update. Nggak sempat main wattpad, lantaran job edit dan proofreading lagi banyak-banyaknya. :'( Meiga mohon maaf, ya? Semoga kalian masih mau mengikuti Langit dan Bumi.

Terima kasih. :'D

Langit & Bumi (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang