Dear My Little Brother,
Bumi ....
Bagaimana keadaanmu, Bumi? Aku harap kau kini berada dalam kondisi yang sangat terbaik. Hatiku terasa sangat hancur saat mendengar kau mengalami kecelakaan hebat sehingga membuat hatimu rusak. Aku tak bisa membayangkan, di kondisiku yang sangat lemah ini ditambah musibah kecelakaan yang kamu alami itu, tentunya pikiran Mama dan Papa jadi terbebani banget. Namun untunglah, Tuhan memberimu kesempatan hidup. Aku harap, kamu menggunakan kesempatan itu untuk hal-hal baik. Jangan lagi menjadi anak yang kasar dan pemarah. Taburlah kebaikan di hati orang-orang yang menyayangimu.
Bumi, bagaimana yang kamu rasakan saat ini? Bahagiakah kamu? Aku sudah dengar rencanamu yang hendak meninggalkan kami lagi. Kamu mau ke Bandung, kan? Aku harap kamu urungkan saja niatmu itu. Kasihan Mama dan Papa. Mereka sebenarnya sangat menyayangimu. Kau tahu? Perasaan menyesal sering mengintai Mama dan Papa saat mengingat mereka menitipkanmu di Bandung tujuh tahun lalu.Mereka sering dirundung kesedihan dan perasaan bersalah kepadamu. Aku akui, itu semua gara-gara aku. Mereka terlalu konsen pada penyakit jantungku ini sehingga terpaksa menitipkanmu. Mereka takut tak bisa memberikan perhatian penuh padamu sementara aku harus bolak-balik ke rumah sakit.
Kau tahu? Rasanya sungguh menderita saat aku dipaksa menelan pil-pil pahit yang membuatku ingin muntah. Belum lagi jarum-jarum yang harus ditancapkan di seluruh tubuhku. Namun syukurlah, Tuhan telah mencabut penderitaanku. Aku bahagia, Bumi. Aku tak akan sakit jantung lagi. Aku bisa bermain sepuasku bersama para bidadari cantik. Ah, bahkan selama hidupku pun belum pernah aku jalan bareng sama cewek. Haha ... seperti katamu, Bumi. Kakakmu ini benar-benar culun.
Bumi, saat aku dengar kamu jadian sama Ayu, perasaanku rasanya hancur banget. Sebenarnya, aku sangat mencintai cewek itu. Hanya saja, aku tak mau menyatakan cinta dulu. Bukan karena aku pengecut, aku berencana menembaknya setelah aku lulus sekolah. Aku ingin ada sesuatu yang bisa kubanggakan dan dapat kujadikan acuan untuk mendapatkannya. Namun, ternyata Ayu mencintaimu. Mau tak mau aku harus rela. Kalian berdua saling mencintai, sedangkan aku hanya bisa berdoa untuk kalian. Ya, sekalipun detik ini aku masih mencintainya.
Jagalah dia, Bumi. Jangan biarkan air mata jatuh dari sepasang mata bidadariku itu. Aku titip dia padamu. Sampai kapanpun, cintaku abadi untuknya. Ya, melalui hatiku yang kini ada di tubuhmu.
Kamu jangan terkejut. Semua ini demi kamu. Jangan merasa bersalah apalagi bersedih. Ini memang sudah kewajibanku sebagai kakakmu. Kau tahu? Inilah gunanya aku sebagai seorang Kakak. Aku harus melindungimu dan membuat hidupmu bahagia. J Ya, daripada sebuah jantung yang diberikan untukku tapi harus mengorbankanmu, lebih baik hatiku untukmu saja, karena kamu membutuhkannya. Kuberikan hatiku sebagai kado ulang tahunmu yang ke tujuh belas. Kau tahu kenapa? Jalanmu masih panjang. Sedangkan aku, dari kecil aku sudah tahu aku tak punya masa depan. Aku lemah. Aku tak yakin donor jantung sepenuhnya akan menyelamatkanku. Aku lebih bahagia begini. Setidaknya, aku telah melakukan sebuah hal yang berguna untuk adik yang sangat kusayangi.
Satu lagi, Bumi. Aku titip Mama dan Papa. Buatlah mereka bahagia. Jangan lagi kamu berbuat onar dan membuat mereka sedih apalagi sampai meneteskan air mata. Lalu, sekolahlah yang benar. Saat ini, hanya kamu satu-satunya harapan keluarga. Juga, kalau naik motor jangan suka ngebut. Jangan lupa juga selalu sholat dan berdoa. Terutama mendoakan aku.
Bumi, aku memang telah tiada lagi bersama kalian. Namun, aku tetaplah Langit. Di situlah aku berada. Aku akan melihat dan melindungimu dari sana. Lagi, aku juga hidup di hatimu. Jadi jangan kamu tangisi kepergianku ini karena kita tak selamanya terpisah. Ikatan persaudaraan kita abadi karena aku ada dalam tubuhmu.
Inilah secuil rasa sayangku padamu, Bumi. Jagalah dirimu baik-baik
Your Everlasting Brother
Langit Bastian
Setelah membaca surat dari kakaknya itu, Bumi kembali melipatnya.
"Jadi?" ujar Bumi tak percaya. Jiwanya terasa terguncang hebat. Ia pegang perutnya di bagian hati. Ia tak menyangka, hati yang kini ada dalam tubuhnya adalah hati Langit, kakaknya.
"Jadi, Kak Langit sudah ..." air mata tergenang di sepasang mata Bumi.
Papa mengangguk pelan. Lalu ia peluk Bumi erat.
"Kakakmu sudah meninggal, Bumi. Ia tulis surat itu sebelum kondisinya drop. Ia juga yang meminta agar memberikan hatinya untukmu karena ia merasa waktu kepergiannya hampir tiba. Ia ingin melakukan sesuatu yang berguna di saat terakhirnya," kata Papa. Lalu suara tangis kesedihan Papa terdengar memenuhi ruangan.
"Tidak! Kalian pasti bohong! Surat ini pasti rekayasa! Kak Langit nggak mungkin pergi meninggalkanku!" elak Bumi yang sepertinya masih belum bisa menerima kenyataan menyakitkan itu.
Om Yana berjalan pelan menghampiri Bumi yang tengah berlinangan air mata. Lalu, ia rangkul pundak Bumi agar keponakannya itu bisa sedikit tenang.
"Sabar, Bumi ... kita harus bisa menerima kenyataan ini. Tuhan begitu menyayangi kakakmu sehingga memanggilnya lebih dahulu daripada kita. Biar Langit tak menderita lagi dengan sakitnya," hibur Om Yana.
"Lalu, buat apa dia kasih hatinya buat Bumi kalau dia pergi? Bahkan Bumi tak akan pernah bisa mengucapkan terima kasih buat dia! Lebih baik Bumi susul Langit! Gak ada artinya Bumi hidup kalau harus ..."
"Bumi, hentikan!" sela Papa yang langsung memancing keheningan. Bumi berhasil diam dan tenang walaupun perasaan dalam hati dan pikirannya berkecamuk tak beraturan.
"Kalau kamu sayang sama kakakmu, maka jangan kamu sia-siakan perngorbanannya! Jalani kembali hidupmu dengan lebih baik! Papa yakin kamu bisa, karena kamu hebat!" ucap Papa sambil memasang tatapan penuh harap kepada putra bungsunya itu.
Bumi menelan ludah. Benar. Benar sekali apa yang dikatakan Papa. Bumi bertekad, ia tak boleh terus menerus larut dalam kesedihan. Kembali ia pegang perutnya yang masih dibubuhi bekas jahitan.
Hati yang diamanatkan oleh Langit ada dalam tubuhnya. Bumi tak boleh menyia-nyiakan hadiah terbesar dari kakaknya itu. Ia harus menjaganya baik-baik. Tentu saja, ia tak akan lagi menyia-nyiakan hidupnya dengan kebencian dan dendam. Ia janji akan menjadi seorang manusia yang baik bagi siapapun. Nyawa yang sudah susah payah ditolong kakaknya itu tak boleh ia gunakan untuk hal-hal yang dapat merusak hati dan pikirannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/87271261-288-k26920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Bumi (REVISI)
RomanceLangit: Andai setiap manusia dapat memilih takdir hidup sebelum dilahirkan, pasti aku akan memilih menjadi manusia yang sehat seperti Bumi. Namun, takdirku telah tergaris menyedihkan. Aku selalu terbayang oleh kematian setiap waktu. Bumi : Apa salah...