Bab 1 (kaget)

11.7K 356 8
                                    

"Tolong... tolong... tolong..." Teriakku meminta tolong. Jalan ini sangat sepi, tidak ada yang melintasi. Ku harus pergi dari sini. Semakin jauh ku berlari, semakin terasa jauh hingga aku lelah sendiri. Aaaaah aku merasa ada sesuatu yang mengganjal, sepertinya ada yang menggigit kakiku."Bangun Boy!!" Ujar Mama sambil mencubit kakiku.

Perlahan, ku buka mata. Namun sangat perih hingga aku menutupnya kembali. Beberapa saat kemudian kembali aku membuka mata dengan terang. Untunglah, ternyata hanya mimpi. Ku lihat disekitar, sekarang posisi ku dikamar pribadi milikku. Ku pandangi Mama yang sedang menatapku tajam. Mataku semakin ku buka semakin terasa perih. Baru ku sadari ternyata semalam aku mabuk lagi. Maafkanlah aku mamaaaaa.

"Bangun, matahari sudah sampai puncak, kamu masih dalam selimut."

"Iya, Ma." Aku memegang kepala yang terasa sedikit pusing. Inilah efek dari minuman keras.

"Semalam kamu kemana?" Tanya Mama. 

"Ketemu kawan bentar ma." Jawabku sambil menundukkan kepala, karena malu telah mengingkari janji bahwa aku tidak akan mabuk lagi. 

"Ketemu kawan kok lama banget." Mama menepuk kakiku kesal.

"Biasalah ma, kawan Boy suka gosip juga."

"Kayak banci dong."

"Ya kali."

"Yaudah, kamu mandi sana. Setelah mandi segera turun. Mama tunggu kamu di bawah, ada beberapa hal yang ingin Mama sampaikan!" Ujar Mama tegas.

Aku hanya mengangguk -anggukkan kepala ku. Melihat jawaban dariku, Mama melangkah pergi meninggalkan ku sendirian di kamar. Perasaan takut, bersalah dan berdosa terkumpul dalam satu paket. Aku bingung hukuman apa yang akan Mama berikan untuk kesalahan ku kali ini. Ku usap muka ku dan segera bergegas ke kamar mandi.

*Flashback

"Sayang, ayo dong terusin minumnya!" Perintah Alisa.

"Udah cukup, nanti gue nggak bisa nyetir." Ujarku .

"Ayo dong sayang. Kamu jangan sampai kalah dari Andrea. Ayo dong sayang cepat habisin!" Perintah Alisa merayuku. Alisa terus menyodorkan botol berisi alkohol.

Para penonton terus saja bersorak sambil bergoyang riya. Kami menjadi target bertanding siapa yang lebih banyak menghabiskan minuman keras. Satu botol sudah habis, mereka kembali menyemangati kami. Aku yang sudah sangat terpancing dengan teriakan para penonton meneguk lagi dan lagi hingga aku melihat Andrea menggelengkan kepala karena merasa sudah cukup, saat itu pula aku ikut berhenti. Dan aku di nyatakan sebagai pemenangnya. Sangat membanggakan bukan?

Mengingat kejadian semalam, aku merasa seperti orang bodoh yang selalu mengikuti kata-kata Alisa. Dibandingkan kekasih ku yang lain, Alisa sangat lihai dalam mempengaruhi ku. Kuberikan lima bintang untuk Alisa. Tidak bisa dipungkiri bahwa Alisa yang cantik, seksi, dan cerdas. Namun, hatiku tidak merasa nyaman saat beramanya. Jika berhadapan dengannya, jangan harap dapat menolak permintaannya. Banyak cara yang digunakan untuk menghipnotis para lelaki kaya dan tampan.

*****

 "Maaaa..." Sapaku. Aku berdiri mendekati Mama yang sedang mengupas kulit kentang bersama dengan Bik Siti. 

Mama menghentikan pekerjaannya, "Eh anak Mama yang ganteng, udah mandi ya?" Tanya Mama sambil tersenyum-senyum.

Aku heran dengan senyuman Mama. Senyumannya menandakan hati yang sangat habagia. Ekspresi Mama yang tadinya marah, dengan seketika seratus depalapan puluh derajat berubah. Apakah papa memberikan Mama hadiah istimewa di pagi ini atau mungkin Mama menginginkan sesuatu dariku? Pasti ada yang tidak beres.

"Udah ma." Jawabku sambil membalas senyuman Mama.

" Coba Mama cium," ujar Mama sambil mendekatkan hidungnya ke tubuhku beberapa senti, "emmmmmmm, wanginya anak Mama nii."

 "Makasih atas pujiannya Mama. I love u." Ujarku sambil tersenyum ikhlas. 

"I love u too sayang. Oh ya sayang, kamu udah makan?" Tanya Mama.

Apakah ini benar-benar Mama? Ada apa dengan Mama? Mengapa ia berubah baik setelah aku melakukan kesalahan? Oh My God sungguh-sungguh tidak bisa dimengerti. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.

"Belum ma." Jawabku," Oh ya ma, tadi Mama bilang ingin menyampaikan sesuatu. Mama mau menyampaikan apa ?" Tanyaku penasaran.

"Apa kamu nggak makan dulu baru nanti kita ngobrol-ngobrol?" Tanya Mama. Mama sungguh membuat aku bertanya-tanya. 

"Nggak masalah ma, lebih baik kita ngobrol-ngobrol aja dulu." 

"Oh anak Mama nggak sabar ya mau ngobrol-ngobrol sama Mama atau kamu penasaran apa yang mau Mama sampaikan?" Ujar Mama tersenyum lebar.

"Ia ma, pilihan kedua." Jawabku. Aku benar-benar ingin mendengar apa yang ingin Mama sampaikan kepadaku.

 "Yaudah kalau gitu kita keruang tamu aja ya sayang?" Ujar Mama sambil menarik tanganku.

Kami segera keruang tamu di pimpin oleh Mama. Diruang tamu, aku duduk di sofa tepat di sampingnya Mama. Ku letakkan kepala ku dibahu Mama. Aroma parfum Mama yang khas berhasil memasuki hidungku. Jika dikatakan anak terakhir lebih manja itu sangat berlaku untuk ku. Kadang-kadang aku masih suka tidur dengan Mama dan papa. Umur dua puluh delapan tahun tidak lah menutup kemungkinan untuk menjadi anak manja.

"Boy sayang papa nggak?" Tanya Mama sambil dengan nada serius.

"Sayang lah ma. Mama kenapa tanya gitu?" Ujarku dan bertanya balik. Pertanyaan Mama membuat aku bingung. Apakah mama meragukan sayangku kepada mereka?

"Boy taukan kalau papa punya penyakit jantung?" Tanya mama lagi.

"Tau ma." Jawabku santai.

"Semalam papa liat Boy mabuk diantar seorang gadis seksi. Papa bilang wanita itu yang pernah beberapa kali di gosipkan dengan pria-pria hidung belang." Ujar Mama.

Aku segera duduk tegak disamping Mama dan mulai menatap Mama dengan lebih serius, "Jadi sekarang penyakit papa kambuh karena Boy di antar cewek itu ma?" 

" Nggak, penyakit papa nggak kambuh kok sayang. Tapi ada beberapa hal yang harus kamu penuhi sekarang. Mama harap kami bisa mewujudkannya demi Mama dan Papa. Satu lagi, demi masa depanmu." Ujar Mama.

Hampir saja Asma ku kambuh. Jika penyakit jantung papa kambuh, aku akan sangat menyesal dengan diriku sendiri. Aku ingat dulu ketika pertama kali mencoba rokok, saat itu penyakit jantung papa kambuh untuk yang pertama kalinya. Aku sangat menyesal akan hal itu. Rasanya aku benar-benar anak yang tidak berguna. Sejak itu aku tidak pernah menyentuh yang namanya rokok.

"Hal apa yang harus Boy penuhi ma?" Tanyaku.

Mama menatapku dengan seksama. Mama menghela nafas panjang seperti ada sesuatu yang berat memukul pundaknya. Tiba-tiba Mama mengeluarkan sebuah kotak cincin berukuran kecil dari dalam saku celananya, kotak itu di buka perlahan. Terdapat sepasang cincin yang satu berbentuk polos dan satunya lagi dihiasi berlian berkilau. Aku mengerutkan dahi tak mengerti maksud Mama akan cincin yang kini ia perlihatkan kepadaku.

"Pakailah cincin ini dan ajak tunangan kamu menikah secepatnya." 

"Apaaaaaaa?"Terkejutku.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang