"Bagaimana jika dia gendut, jelek, dan pendek?" Tanyaku pada diri sendiri sebelum turun dari mobil, "Ya Allah apakah ini cobaan atas perbuatan hamba selama ini?"Hari ini adalah hari pertama kami bertemu. Sebenarnya sudah sering Mama meminta aku untuk segera menemuinya. Menurut Mama wanita ini adalah wanita yang luar biasa. Mama yakin aku pasti akan menyukainya. Namun, belum saja bertemu pertanyaan gila terus saja menghantui pikiranku. Perasaan ini bahkan lebih menakutkan dari pada saat menghadapi ujian sekolah, lomba balap, dan menghadapi client.
*Flashback
"Ini adalah pilihan Mama dan Papa. Sudah lama kami ingin melakukan ini, tapi baru sekarang kami menemukan wanita yang benar-benar pantas untuk Boy. Jadi Mama harap Boy nggak akan ngecewain Mama dan Papa." Ujar Mama setelah cincin ia masukkan ke jari manis tangan kiri ku.
Teringat kembali ucapan Mama dua hari yang lalu sungguh-sungguh menyulitkan aku. Mungkin ini pilihan yang terbaik untuk mereka, tapi bagaimana dengan ku yang akan menjalaninya? Ya Allah tolonglah hambamu ini. Janji besok berubah lebih baik lagi.
"Setuju atau tidak, aku tetap harus menjalani hal gila ini." Ujarku sambil memutar cincin dijari manisku.
Aku segera keluar dari dalam mobilku dan masuk kedalam Cafe Chocolate. Mama telah memesan tempat di meja nomor delapan untuk aku dan tunangan ku. Didalam cafe, mataku terus saja mencari kesana sini dimana tertulis meja nomor delapan. Cafe ini terlihat sangat ramai. Nah itu dia, segera langkah ku percepat sedikit demi sedikit. Hanya meja nomor delapan yang masih kosong. Letaknya kira-kira lima meter dari tempat sekarang ku berdiri.
"Hei Broe, ngpain loe?" Ujar seseorang dari belakangku sambil menepuk pundakku sehingga membuatku kaget.
Belum sampai ke meja, langkahku harus terhenti karena seseorang. Segera aku membalikkan badan untuk melihat si empunya suara, ternyata Radit. Radit adalah teman satu club balapan denganku saat kami masih berumur tujuh belas tahun. Kami juga sempat beberapa kali bertemu di acara pameran, clubbing dan cafe.
"Eh loe, bikin kaget gue aja." Ujarku kaget, "Gue mau ketemu sama calon istri gue."
"Oow... gue pikir loe bakalan jadi playboy terus sampe umur loe empat puluh tahun." Ujar Radit sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ah loe, gue juga normal kali. Capek juga lama-lama sendiri." Ujarku tersenyum.
Jika Radit tau kalau aku dijodohkan mungkin ia akan terus menertawakan aku. Radit salah satu pria yang tergila-gila dengan Alisa. Tapi, sayangnya hanya aku yang bisa mendapatkan Alisa. Jelas, aku memiliki perusahaan sendiri dan juga lebih tampan diantara mereka. Jangankan Alisa, model-model yang lain juga sangat tergila-gila padaku.
"Hahaha, bener juga ucapan loe. Yaudah, sukses ya Broe. Jangan lupa undang-undang gue ke pesta loe nanti. Udah lama gue nggak ke pesta pernikahan." Ujar Radit.
"Hahaha, dasar loe."
"Yaudah kalau gitu gue pergi dulu ya men. Banyak pekerjaan yang harus gue urus."
"Oke sip. " ujarku mengakhiri perbincangan kami.
Saat aku akan mulai melangkah ke meja nomor delapan, tiba-tiba langkahku terhenti. Aku melihat ada seorang wanita berhijab yang sedang duduk manis menikmati minuman sambil bermain gadgetnya. Pasti wanita ini tidak memiliki tempat lagi sehingga ia harus duduk di tempat ku. Aku mulai melangkah lagi dengan perasaan sangat geram. Aku berdiri didepan nya.
"Ehmmmm." Suara sengaja ku bunyikan agar ia respon bahwa ada orang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Tomboy Muslimah
RandomIstriku Tomboy Muslimah mengisahkan Alif Ziyad (Boy) seorang lelaki suka mabuk-mabukan dan playboy kelas tinggi yang mengejar cinta Zulaikha (Ika) seorang gadis tomboy berasal dari keluarga sederhana. "Oke, gue terima perjodohan ini tapi hanya li...