Bab 18 Surprise

4.7K 194 0
                                    

Sudah dua bulan berlalu, kini hubungan kami semakin membaik. Semenjak Zulaikha memberanikan diri menceritakan tentang masalahnya dulu bersama sepupunya itu, kini Zulaikha sedikit lebih terbuka terhadap ku. Kadangkala sedang bersama dengannya, dengan mudahnya ia bercerita tentang kesehariannya baik kejadian-kejadian ia mengurus rumah atau kejadian ia mengajar karate. Sungguh perubahan yang baik.

Aku bukanlah seorang laki-laki yang menuntut istri harus bekerja penuh mengurus suami. Karena pengalaman ku juga banyak dalam hal mengurus diri sendiri. Sekedar menyetrika, cuci piring, menyapu dan pekerjaan rumah lainnya aku juga bisa. Wajar saja, masa kuliah aku jauh dari orang tua hingga mengajarkan aku untuk mandiri. Jadi, tidak ada gunanya memaksa orang yang kita sayang untuk melakukan hal itu jika aku sendiri juga bisa. Tapi untungnya Zulaikha kini semakin banyak perubahan dalam mengurus rumah tangga, terutama setelah dulu awal perkawinan kami Mama telah memarahinya karena aku sakit. Hahaha, sungguh kasian dia.

Jam menunjukkan pukul delapan malam, aku masih sibuk di kantor dengan laptop dan file-file yang akan ku gunakan esok pagi untuk presentasi. Aku harus memaparkan secara jelas, dengan kata-kata menarik dan juga singkat agar klien ku mau bekerjasama. Itulah nasib menjadi seorang CEO. Huuuuuuf.

Huoaaaaaaah mengantuknya. Aku segera menyimpan segala dokumen, mematikan laptop, memasukkan kedalam tas kerja, dan berjalan keluar dari gedung ini. Semoga esok pagi semuanya berjalan dengan lancar, Amin.

*****
Sesampai di rumah, aku segara keluar dari mobil kesayangan ku dengan tas sedikit berat karena berisikan laptop beserta dokumen-dokumen penting. Dengan gagahnya aku berjalan ke arah pintu dan membukanya. Suasana dalam rumah sunyi dan gelap, hanya lampu ruang tengah dan dapur yang masih menyala. Ada apakah ini?

"Assalamualaikum..." Salam selalu ku berikan saat memasuki rumah. Sebenarnya belajar memberi salam juga dari Zulaikha, hehehe.

Keadaan sangat sunyi dan tiada berbunyi sedikitpun. Aku segera masuk setelah melepaskan sepatu dan berjalan menuju dapur.

"Surprise!!!!" Teriak dari arah dapur, ternyata yang Zulaikha memberikan kejutan menyambut ulang tahun ku. Senyumannya berserta kue di tangannya dengan tulisan "Happy birthday my husband" diatas nya membuat aku senang bahkan sangatlah senang. Inilah yang di namakan cinta. Aku sampai memutuskan air mata tetapi segera ku tepis. Malu kelihatan cengeng di hadapan sang istri tercinta.

"Thanks sayang, thanks my wife, thanks for everything." Ujarku sambil memamerkan senyuman terindah.

"Welcome my husband." Jawabnya membalas senyumanku. Ya Allah terimakasih untuk segalanya.

"Ayo kedepan." Katanya sambil berjalan mendahuluiku menuju ruang tamu. Ia letakkan kue di atas meja, kemudian berjalan menuju tempat menghidupkan lampu. Setelah lampu menyala ternyata ruangan ini telah di hias dengan sedikit tempelan yang bertuliskan happy birthday. Di sisi kiri dinding ruang tamu, ada balon yang bertuliskan happy birthday Alif ziyad dan di bawah tulisan ada balon-balon yang berbentuk love. Aaaaaaa aku bahagiaaaa . Rasanya ingin berteriak melihat semua ini, merayakan ulangtahun bersama istri tercinta.

"Kamu buat semua ini?" Tanyaku. Bukannya ragu tetapi masih tidak percaya dengan apa yang ada sekarang.

"Ya, kamu nggak suka ya?" Tanyanya mulai memamerkan wajah cemberut.

"No no no.. aku suka dan bahkan sangaaaaaat suka." Cepat saja jawabannya meluncur dari mulutku saat melihat wajahnya sudah mulai berubah.

"Benarkah?"

"Yes honey. Thanks..  thanks... thanks..." Tanpa sadar setelah mengucapkan terimakasih aku memeluk dan menciumnya beberapa kali di pipi kiri. Oh no.

"I.. i.. ia." Ujarnya terbata-bata. Aaaaah aku ini, sungguh menimbulkan masalah baru. Bisa saja ia akan marah karena hal sepele ini.

"Kita potong kue ya? Kebetulan aku sangat lapar." Aku ingin mengalihkan perhatiannya. Ia hanya mengangguk pelan.

Kami duduk bersebelahan di sofa, dan menghadap kue. Aku memotong kue dengan  pisau yang telah di sediakan dan menyuapnya sedikit demi sedikit. Setelah potongan kecil masuk ke mulutnya, tanpa membuang waktu aku segera potong kue ukuran sedikit lebih besar dan dengan mudah ku masukkan ke dalam mulut. Lezatnya, apalagi saat sedang benar-benar lapar. Rezeki sungguh rezeki.

Setelah makan kue, Zulaikha mengulurkan ku kado yang berukuran sedang, "ini honey ada hadiah untuk Bee, tapi nggak tau Bee suka atau nggak."

"Thanks sayang. Seharusnya Honey nggak perlu repot-repot memberikan Bee hadiah, Honey hadir di setiap hari-hari Bee udah  jadi hadiah terindah." Nada romantis ku Keluarkan.

"Ya.. ya.. ya" Jawabnya dengan gaya mengejek. Mungkin ia masih tidak percaya dengan ungkapanku. Tapi jujur, aku tulus mencintainya.

"Yaudah, sekarang Bee buka ya hadiahnya?" Tanyaku meminta izin.

" Oh ya, silahkan. Tapi jangan salahkan Honey kalau Bee nggak suka."

Pelan-pelan ku buka kado itu dan ternyata isinya adalah sepatu sport. Hmmm, tau aja dia kalau aku suka olahraga. Walaupun sekarang udah jarang, hehehe.

"Honey, thanks untuk hadiahnya. Bee sangat suka, akhirnya bisa menambah koleksi. Yey." aku kegirangan dengan hadiah yang berada di tanganku.

"Honey bingung mau ngasih apa. Tanya Mama katanya Bee suka olahraga, jadi Honey coba beli sepatu sport."

Wajahnya semakin ku perhatikan sedikit menunduk, mungkin takut bahwa hadiah yang ia berikan tidak akan membuat aku senang. Ku beranikan diri mengangkat wajahnya agar memandangku. Wajahnya yang putih mulus tanpa cacat dan jerawat ku pandangi.

"Berapa kali Bee harus bilang kalau Bee nggak masalah dengan semua hadiah ini. Selama Bee kenal Honey, setiap harinya hanya Honey Yang Bee pikirkan. Wanita yang kini di depan mata Bee, Yang cantik dan menarik, yang pintar dalam menjaga makan minum pakaian dan seluruh kebutuhan Suami, dan yang bertahta di hati Bee Dari pertemuan pertama diantara kita hingga sekarang dan sampai maut memisahkan. I love you sayang. Nggak ada yang terindah selain Honey bisa membalas cinta Bee Yang selama ini Bee rasakan. Itu pun kalau Honey punya perasaan yang sama dengan Bee." Empat mata masih saling bertemu. Tiba-tiba Zulaikha membuang pandangannya kearah lain.  Ntah apa yang membuatnya tidak sanggup menatapku lagi.

"I love you too, Bee." Ujar Zulaikha pelan.

"Huh??" Apa aku tidak salah dengar?

"I love you too, Bee. Tapi Ika takut dengan perasaan cinta ini. Ika takut ada orang lain terluka di balik semua ini. Ika nggak mau di anggap wanita murahan hanya karena mencintai lelaki. Maaf Bee, Ika nggak mau orang membenci Ika hanya karena perasaan konyol ini. Ini konyol Bee, cinta itu konyol. Karena cinta orang bisa membunuh, di benci, fitnah, di anggap murahan--" sebelum ayat itu di habiskan aku segera memeluknya erat, Zulaikha mulai menangis di dalam pelukan ku. Aku semakin mengerti. Ternyata ia takut jatuh cinta karena masa lalunya.

"Nggak sayang, cinta kita suci. Cinta di atas Ijab Qabul adalah cinta yang suci. Bee hanya berhak mencintai Honey dan Honey hanya berhak mencintai Bee. Percayalah Bee cinta Honey sangat-sangat tulus. Hanya Honey. Thanks untuk kata I love you, Bee sangat-sangat bahagia." Ku lepaskan pelukan kami, Zulaikha juga mulai tenang dan tidak menangis lagi. Ubun-ubun ku kecup lembut.

"Bee..."panggilnya lembut.

"Hmmmm" balasku yang masih setia di samping nya sambil mengusik cokelat di atas kue ulang tahun.

"Emmmm." Ia seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahankan.

"Kenapa Honey, ada masalah? Coba cerita." Ku usap tangan mulusnya. Kedudukan kami yang sangat rapat memudahkanku.

"Honey udah siap untuk beri Bee keturunan, emmmm atau baby, emmm atau--" belum habis ayatnya keluar, aku segera mengangkat tubuh kecil Zulaikha menuju kamar ku. Yeeee aku berhasil... Thanks God. Dan malam itu merupakan sejarah baru untuk kami berdua.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang