Bab 20 i love u

6.2K 208 10
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu, dan pada hari ini aku mengambil keputusan untuk membawa Zulaikha jalan-jalan. Biasalah, kami hanya tinggal berdua. Jadi, masa libur seperti inilah biasanya kami habiskan untuk belanja keperluan dapur, membersihkan rumah dan jalan-jalan mengelilingi kota.

"Honey, kita kemana duluan?" Tanyaku kepada yang istri yang sedang bermain gadgetnya.

Mendengar pertanyaan ku, ia segera berpaling menghadapku, "apa tadi Bee? Maaf, honey nggak perhatian tadi."

"Bee tanya, kita sekarang kemana dulu. Honey coba lihat keluar sekarang, kini kita berada di parkiran mall." Aku menjelaskan kepada agar ia mengerti maksud kami.

Sudah lima menit kami sampai di parkiran mall, tapi Zulaikha masih sibuk dengan gadgetnya. Sedangkan aku masih setia menunggu ia bermain yang entah apa aku juga tidak tau.

"Ya Allah, maaf.." jawabnya sambil menayangkan senyum manisnya.

Alahaaai, untung cinta buah hati. Apa lagi kalau udah senyum gitu, pastilah cari es batu ini. Seandainya kawan mungkin dari kemarin udah tertancap di luar. Sabar... Sabar...

"Biar nggak terlalu banyak habis waktu, ayolah kita masuk." Aku terus saja mematikan mobil kesayangan sebelum melangkah keluar dan bergandengan mesra dengan sang istri tercinta. Aaaaah damainya hidup.

Saat sedang asik memilih sayur, tiba-tiba aku melihat wanita yang sangat tidak asing bagiku. Dengan senyum ceria dan gaya model berjalan seksi kearah ku. Ya, dia adalah Alisa. Wanita yang berhasil membuatku sering mabuk hingga tidak sadarkan diri. Aaaaah malunya mengingat masa gelap itu.

"Hello sayang." Sapanya sambil mengelus pipi ku lembut. Tangannya segera aku jauhi dari wajah tampan ini.

Pandangan kini ku alihkan menatap Istriku yang sedang kebingungan seperti ingin meminta penjelasan. Istriku menatap Alisa dan aku secara bergantian.

"Maaf, Alisa. Kenalin ini istriku, namanya Zulaikha." Dengan sombongnya aku merangkul pinggang Zulaikha sambil memperkenalkan Zulaikha terhadap nenek lampir di hadapan kami ini.

Zulaikha akur saja dan sedikit tersenyum terhadap Alisa, tapi malangnya senyuman Zulaikha tidak di balas oleh Alisa. Seperti ada ketidakpuasan di raut wajah Alisa.

"Oh, ini istri kamu? Hebat ya, Setelah kamu puas-puas sama aku terutama malam-malam perperangan kita di atas kasur, kini kamu beralih ke wanita ini?" Kata-kata yang di keluarkan oleh Alisa sungguh menyakitkan.

"Honey, jangan percaya sama dia. Kamu kenal aku kan honey? Aku nggak mungkin akan melakukan hal keji begitu." Aku menggenggam tangan Zulaikha erat. Tapi tangannya di tarik kuat hingga terlepas dari genggaman.

"Kamu nggak percaya?" Tanya Alisa kepada Zulaikha, tiba-tiba ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini kalau kamu masih belum percaya, ini buktinya." Alisa mengeluarkan sebuah benda kecil dari dompetnya. Dan ternyata benda itu adalah tes kehamilan yang tampak dua garis merah menandakan Alisa benar-benar hamil.

"Honey, kamu jangan percaya dia. Tolong percaya Bee nggak akan melakukan hal gila itu. " Aku benar-benar gila hari ini. Aku berlutut dihadapan Zulaikha sambil memegang kedua tangan Zulaikha, tapi dengan cepat tangannya di tarik. Kemudian ia lari dengan cepat keluar dari tempat ini.

Apa lagi yang ku tunggu? Aku segera mengejar langkah Zulaikha. Sebelum keluar jauh, aku sempat memberi peringatan kepada Alisa bahwa masalah ini belum selesai.

*****
Sesampai di halaman rumahku, mataku tak henti-hentinya melirik kesana kemari. Tujuanku hanya Zulaikha. Tapi hampa, sepertinya ia di dalam.

Aku melangkah masuk kedalam rumah. Ku lihat Zulaikha sedang menangis di sofa. Kaki di lipat dan peluk di atas sofa, wajahnya di benamkan di atas lututnya. Terisak-isak ia menangis. Ini sungguh menyiksa. Aku tidak sanggup, sungguh tidak sanggup.

Ku hampiri sang pujaan hati, "honey.. sayang, please dengar Bee cerita. Bee nggak mau kita akan seperti ini." Ia tidak membalas apa-apa. Hanya suara tangisannya yang kian terdengar. Oh no.

Sejenak aku memilih diam saja duduk di samping Zulaikha. Tanganku gatal ingin menyentuh kepala Zulaikha, hingga akhirnya aku mengusap lembut kepalanya.

"Sayang, setiap manusia pasti punya sisi gelapnya. Salah satunya,​ Bee. Dulu Mama dan papa sangat sibuk membangun perusahaan. Hingga kehidupan Bee dan Kak Zahra sangat bebas. Kami sangat kekurangan perhatian orang tua. Kak Zahra sibuk ikut sanggar, shopping dengan teman-teman, bahkan sering tidak pulang. Sedangkan Bee sibuk nge-band dengan teman, ke clubbing, balapan liar Dan banyak hal lain untuk membuat Bee betah berada di luar sana. Sampai suatu hari Bee berani ikut balap liar hingga terjadi kecelakaan. Dari sejak itu Mama baru sadar bahwa yang diinginkan seorang anak adalah perhatian kedua orang tuanya​." Aku berusaha menjelaskan segalanya agar ia bisa memahamiku. Aku lihat Zulaikha mulai mengangkat wajahnya. Tangisannya kini telah berhenti.

"Masih marah sayang?" Tanyaku lembut. Tangannya ku sentuh dan ku genggam erat.

"Teruskan!!" Hanya itu jawaban dari mulut Zulaikha. Ya, akan ku teruskan demi mencari kepercayaannya.

"Setelah kecelakaan itu, banyak hal yang berubah di keluarga kami. Kemana saja akan melangkah, kami harus ada komunikasi antara satu dan lainnya. Tapi sayangnya, Bee masih sangat mengecewakan keluarga. Bee masih sering pergi ke clubbing dengan tujuan mencari ketenangan. Dan Bee juga kenal dengan Alisa di clubbing Walau sebenarnya kami satu sekolah. Alisa tidak lebih dari teman ngobrol saja. Terkadang masalah Bee juga cerita dengan Alisa. Tapi, yang masalah dia hamil itu sumpah Bee nggak pernah tau tentang itu."

"Bee nggak bohong kan?" Tanya Zulaikha dengan nada serius.

"Ya, sangat serius. Hanya Honey wanita yang pernah Bee sentuh seluruhnya." Sengaja aku berkata begitu, aku ingin melihat seberapa merahnya wajah sang istri ketika malu. Dan ternyata benar, ia malu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan sebelum akhirnya memukul pundak ku.

Sakit, lama-lama di pukul ternyata sakit. Tangannya segera ku genggam agar ia tidak bisa memukul ku lagi. Tubuh kecilnya ku bawa kedalam pelukan. Kepalanya di benamkan di dadaku. Aku ingin ia mendengar detak jantung ku akan berlari cepat jika aku bersamanya.

"I love u , honey." Ucapku pelan.

"I love u too, Bee." Jawabnya lembut.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang