Bab 17 Cerita

4.6K 185 2
                                    

Hembusan angin menerpa wajahku dan Zulaikha yang setia disampingku. Alangkah indahnya​ pemandangan ini dan alangkah indahnya lagi jika kita menikmati pemandangan bersama sang pujaan hati. Sungguh besar kuasamu ya Allah. Inilah nikmatnya di kampung, dari rendahnya sawah setelah itu terlihat gunung yang tinggi. Kehijauan yang mendamaikan negeri Indonesia.

"Bee pernah ke sawah?" Tanya Zulaikha tiba-tiba.

"Pernah, tapi hanya melintasi saja. Ya seperti yang kita lakukan sekarang ini, menikmati pemandangan sawah yang hijau."

"Orang kaya mana pernah jadi petani, kan?" Seperti sedang menyindirku.

"Dulu yang kaya Papa bukan Bee. Tapi sekarang bolehlah, karena pemasukan bukan dari papa lagi tapi dari usaha Bee sendiri." Jawabku bangga terhadap diri sendiri.

"Tetap aja peluang itu dari papa. Kalau bukan karena papa seorang CEO nggak mungkin Bee jadi CEO." Sungguh pedaaaas kata-katanya.

"Sebuah perusahaan tidak akan maju jika seorang pemimpin perusahaan tidak mengusahakannya. Jadi jangan beranggapan bahwa pemimpin cuma memerintah bawahan, tetapi ada hal lain yang menjadi tanggung jawab pemimpin. Contohnya ketika sedang presentasi, pemimpin harus benar-benar meyakinkan kliennya agar mau bekerja sama. Dan yang pertama kali harus di perhatikan dari seorang pemimpin adalah mampu menjadi contoh untuk bawahannya. Jelas nyonya Ziyad?" Senyuman sinis ku tayangkan.

"Sangat jelas tuan Ziyad." Ujarnya sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada keindahan alam.

Waktu semakin sore, kami segera bangkit dari tempat ini menuju rumah Umi. Tak terasa sudah dua hari kami di sini, esok kami akan kembali ke rumah karena cuti kami telah habis. Banyak ilmu yang aku dapat di kampung ini. Dari mulai keindahan alam, cara hidup masyarakat yang sederhana dan terutama sekali belajar tentang apa yang di sukai dan tidak di sukai Zulaikha. Wajar saja, wanita pujaan hati, hehehehe.

*****

"Bee, malam ini Umi mau kita pergi ke rumah sepupu Umi. Ada acara tahlilan kakek." Ujar Zulaikha di perjalanan pulang.
"Boleh juga." Jawabku tersenyum.

"Ika.. Ika tunggu ..." Tiba-tiba terdengar suara jeritan seseorang dari belakang. Kami mengalihkan pandangan kami.

Seorang wanita sebaya Zulaikha datang menghampiri kami. Baju yang sedikit ketat dan seksi sungguh menyakitkan mataku. Bukannya apa, aku hanya akan tergoda jika bersama istri tercinta. Hahahaha

"Kenapa panggil-panggil? Biasanya nama aku pun kau nggak ingat." Sinisnya cara bicara Zulaikha. Mungkin mereka bermusuhan.

"Lah, apa salahnya aku jumpa kawan lama. Kita kan kawan satu sekolah." Zulaikha tersenyum sinis mendengar kata-kata wanita itu.

"Hahaha, lucunyaaaa" jawab Zulaikha dengan nada mengejek.

"Ika, ini siapa? Nggak ada niat kenalkan dengan aku?" Tanya dia sambil pandangan mengarah padaku. Pasti ni cewek ada maksud tertentu.

"Kenalkan, SUAMI TERCINTA AKU." Ujar Zulaikha memperkenalkan aku kepada temannya. Temannya terlihat terkejut, tapi aku sangat bahagia. Waaaaaaah akhirnya, dia ngaku aku suami dia. Ye.. ye.. ye.. bahkan lebih parahnya lagi dia perkenalkan aku sebagai SUAMI TERCINTA.

"Hah, serius kamu? Kok bisa?" Tanya wanita itu sedikit kebingungan.

"Udah jodoh. Oh ya, sorry ni. Kami harus balik ke rumah. Umi udah tunggu, kan Bee?" Mata Zulaikha beralih menatapku meminta jawaban.

"Ya, Honey." Aku segera mengambil kesempatan memeluk pinggang kecil Zulaikha. Aaaaah. . indahnya hari ini.

"Kalau gitu kita pergi dulu ya? Bye nenek lampir." Ujar Zulaikha sebelum memalingkan arah dan berjalan pulang kerumah.

"Sial!!" Aku sempat menangkap kata-kata wanita itu saat Zulaikha dengan sombongnya pergi meninggalkannya.

*****

Sesampai di rumah Umi, kami memutuskan untuk istirahat di kamar. Kami berfikir menjelang sore nanti ingin untuk membantu saudara sepupu Zulaikha yang mengadakan acara tahlilan kakek Zulaikha.

Tiba waktu setelah melaksanakan shalat jamaah bersama, kami segera kerumah saudara Zulaikha yang kebetulan jaraknya tiga kilo meter dari rumah Umi. Kami berangkat menggunakan mobil kesayangan ku.

Sesampai dirumah kami tuju, Zulaikha membantu di bagian dapur. Aku yang sempat kebingungan akhirnya memilih membantu membuat tenda dan mengatur tempat yang nyaman untuk tahlilan.

*****
Malam setelah tahlilan selesai, aku duduk di samping istri tercinta. Keringat di wajahnya ku usap menggunakan lengan baju Koko ku. Untung saja pakai baju lengan panjang, setidaknya bisa bantu ngelap keringat si cantik ini. Zulaikha hanya membiarkan perlakuanku.

"Ehmmmm" tiba-tiba suara muncul dari hadapan kami. Aaaaah... Lagi asiknya melayani istri ada saja pengganggu.

Ku lihat empat wanita yang berdiri di hadapan kami, salah satu dari mereka yang pernah bertemu kami ketika pulang dari sawah. Zulaikha melihat wanita-wanita kurang jelas asal usul itu langsung bangkit. Aku, pastinya mengikuti istri bangkit.

"Apa yang kalian mau?" Tanya Zulaikha sinis. Aku yang masih tidak mengerti hanya diam melihat mereka silih berganti.

"Kami mau dong di kenali dengan si tampan ini." Ujar salah satu di antara mereka sambil menunjuk kearahku.

"Bee, kayaknya honey mau pulang. Tiba-tiba ngantuk..." Zulaikha mulai menatapku dan merayu lembut.

Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Zulaikha segera melingkari lenganku dan menarikku jauh dari wanita-wanita itu. Kami pergi menemui Umi dan Abi untuk berpamitan pulang. Aku tidak tau apakah Umi dan Abi nantinya juga akan pulang, yang pastinya sekarang aku sangat memikirkan Zulaikha tidak tenang berada di tempat itu. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan Zulaikha tidak tenang setelah bertemu wanita-wanita itu, dan aku rasa harus tau sesuatu di balik ini semua.

"Apa kita benar-benar akan pulang kerumah atau singgah di tempat lain?" Tanyaku takut-takut saat kami benar-benar sudah di dalam mobil.

Yalah, punya istri jago karate, siapa yang nggak was-was. Salah bicara dikit bisa aja langsung di hajar, tumbang, masuk rumah sakit, dan terakhir di kubur daaaah. Wassalam.

"Kita pulang aja." Jawabnya singkat.

Tanpa membuang masa, mobil kesayangan ku jalan dengan kecepatan santai menuju rumah Umi. Sesampai saja di rumah Umi, Zulaikha bergegas masuk dan menuju kamarnya. Aku apa lagi, pastinya mengikuti jejak sang istri.

Ku lihat Zulaikha telah siap menukar baju yang dipakainya dengan baju tidur panjang sopan di kamar mandi. Beberapa saat kemudian Zulaikha keluar dari kamar mandi dengan santai menuju kasur, "kalau honey punya masalah, cerita aja . Siapa tau Bee boleh membantu. Tapi itu pun kalau honey sudi cerita."

"Bee ingat cewek yang temui kita tadi pagi?" Tanyanya lembut. Ia mulai membaringkan badan di sisi kanan kasur, sedangkan aku mengambil sebelah kiri. Bantal guling di letakkan di tengah sehingga menjadi penghalang antara kami.

"Cewek yang sapa Honey di jalan saat kita pulang dari sawah?"

"Ya." Wajah Zulaikha mulai sedih dan aku sangat membenci itu.

"Kenapa dengan dia?" Tanya ku.

"Namanya Humaira, dulu masa kecil-kecil kami sangat akrab dan juga wanita-wanita tadi bersama dengan dia. Tapi, masa masuk sekolah menengah akhir semuanya berubah. Tau apa yang membuat Maira berubah? Yaitu karena seorang lelaki yang bernama Alex, lelaki yang berasal dari New York. Honey, Joe, Rendi dan Alex adalah sahabat yang sangat dekat. Tiba-tiba suatu hari, Alex datang menemui honey di rumah yang kebetulan Maira juga hadir bersama kami. Alex dengan beraninya mengungkap cintanya dan honey sangat tidak mengerti dengan Alex. Honey tau bahwa Maira mencintai Alex, tapi honey hanya bisa diam tanpa berkata. Apakah semua itu salah honey, Bee? Alex mencintai honey tapi Maira mencintai Alex. Apa ini salah honey hingga di benci oleh sepupu sendiri, di fitnah dan di anggap merebut hak Maira?" Tanyanya menatapku sedih. Aku hanya menggelengkan kepala dan kemudian membawa Zulaikha kedalam pelukan. Zulaikha menangis kuat hingga tertidur. Yang tadinya posisiku di sebelah kiri kini bertukar lebih ke kanan karena pelukan.

Inilah pertama kali aku tau betapa tidak senangnya hidup Zulaikha. Banyak masalah yang tidak di ungkapkan sehingga membuatnya keras dan pendiam. Ya Allah kuatkan istri hamba.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang