Bab 16 Cucu

4.6K 176 1
                                    

Suasana malam sungguh mendamaikan. Sedikit sejuk tapi bukan karena AC atau kipas angin, melainkan karena udara malam. Bagaimana tidak, keberadaan ku kini di luar rumah Umi lebih tepatnya di sebuah bangku kayu halaman rumah Umi.

Tengah hari kami sampai disini. Semenjak bertemu Umi dan Abi, Zulaikha melupakan aku. Sungguh menyakitkan nasib suami seperti aku. Tapi lucu juga kejadian tadi saat pertama kali sampai disini.

Flashback

"Assalamualaikum Umi." Teriak Zulaikha dengan penuh semangat. Aku hanya memerhatikan saja gelagat Zulaikha yang berlari-lari tidak sabar untuk masuk kedalam rumah Umi.

Baru saja Umi keluar, Zulaikha langsung memeluk umi kuat sampai umi terbatuk-batuk. Hahahaha, dasar tenaga karate mana boleh diremehkan.

"Wa'alaikum salam. Ika kenapa kuat banget peluk Umi, sampe lemes Umi kamu peluk." Umi marahi Zulaikha. Zulaikha hanya tersenyum malu. Kemudian mata Umi mengarah kepadaku yang sedang bersusah payah membawa barang-barang aku dan Zulaikha.

"Assalamualaikum Umi. Umi apa kabar, baik?" Tanyaku setelah meletakkan barang di lantai teras kemudian mengambil tangan Umi untuk salam.

"Wa'alaikum salam menantu Umi. Alhamdulillah sehat, kadang-kadang sakit juga. Biasalah kan kita orang tua penyakitan pasti menanti. Nak Ziyad gimana disana dengan anak Umi ni? Ika pasti bandel kan?" Jawab Umi. Aku lihat Zulaikha mengerutkan wajahnya, mungkin ia cemburu Umi lebih dekat denganku.

Aku tersenyum mendengar kata-kata 'badel'. "Nggak kok Umi, Ika selalu berusaha jaga makan minum saya. Kalau dulu tinggal sendiri, sekarang pastilah senang bisa tinggal dengan orang yang kita sayang. Ya kan honey?" Tanyaku kepada Zulaikha yang masih mengerutkan wajahnya. Ngambek ya adinda sayang? Oalah lucunya dia. Zulaikha hanya terdiam tidak mau menjawab.

"Baguslah. Senang Umi dengar anak Umi bisa jadi istri yang baik untuk suaminya. Maunya Ziyad yang di peluk Ika sampai lemes, bukan Umi. Umi mana ada tenaga untuk balas pelukan Ika." Kata-kata Umi membuat mata Zulaikha terbuka lebar-lebar.

"Umi!!" Marah Zulaikha.

"Benarlah kan yang Umi bilang. Kalau kamu sering-sering peluk nak Ziyad, akan lebih cepat Umi menggendong cucu." Kata-kata Umi membuat warna wajah Zulaikha berubah merah. Aku apalagi, pastilah tertawaa.

"Hahaha.. benar tu Umi. Ziyad juga nggak sabar mau gendong anak, kalau bisa anak kembar." Ujarku tidak lepas dari melihat wajah wajah​ Zulaikha yang semakin merah.

"Yaudah, kalau gitu ayo kita masuk kedalam. Semoga kalian betah duduk di rumah Umi ini." Umi berjalan masuk kedalam rumah. Sedangkan aku dan Zulaikha masih eloknya​berdiri di luar.

Zulaikha menatap ku tanjam. Tak lama kemudian, "plak".

"Aaaaah... sakit gila. Kamu kenapa sih?" Kakiku di timpal oleh kaki Zulaikha dan di tekan sekuat tenaganya. Sungguh sakit, pasti biru nih.

"Kamu tanya kenapa? Puas buat aku jadi mainan kamu di depan umi , hah?" Mata Zulaikha tajam menatapku.

"Apa yang aku permainkan, Umi hanya mengutarakan keinginannya menginginkan cucu. Apa salahnya sama aku?"

"Aaah terserah kamu. Tapi kamu ingat, beberapa bulan lagi kita akan berpisah. Jangan coba cari gara-gara sama aku sebelum kamu ngerasa penyepak aku." Zulaikha meninggalkan ku di luar setelah berhasil menyakiti hatiku. Bagi ia hubungan kami hanya beberapa bulan lagi, tapi bagiku akan ku bawa sampai akhir hayat.

End flashback

"Ini udah minta cucu, tapi Zulaikha masih lagi mengingat perjanjian kami. Huuuuf..." Aku mengeluh sendiri. Entah sampai kapan kami akan begini.

"Ehmmmm" tiba-tiba ada suara yang muncul dari belakang ku. Aku segera menoleh.

"Eh Abi belum tidur?" Tanyaku sopan.

"Abi jam segini mana biasa tidur, pasti akan bangun lagi. Ziyad kenapa belum tidur? Di usir Ika ya?" Tanya Abi. Alahaaai, Abi aja bisa menebak kelakuan anaknya.

"Mana ada Bi. Ziyad jarang ketemu suasana dingin seperti malam ini. Biasanya kalau mau dingin pasti pake AC."

"Inilah desa, nak. Kamu suka?" Tanya Abi.

"Suka Bi, Suasananya damai."

"Ziyad... Emmm, Abi boleh tanya sesuatu?" Aku segera menoleh kearah Abi.

"Ya silahkan."

"Kamu bahagia dengan anak Abi?" Zaaaaab, pertanyaan yang mudah di jawab tapi membingungkan. Kenapa itu yang Abi tanya?

"Insyaallah bahagia Bi." Singkat saja.

"Ziyad, dulu Abi dan Umi bukanlah dua insan yang bertemu dan memiliki perasaan yang sama baru setelah itu menikah. Kami adalah pasangan yang dijodohkan. Awalnya pernikahan kami, Abi sangat kesal dengan kelakuan umi yang seenaknya terhadap Abi. Tapi satu yang membuat Abi jatuh cinta, yaitu ketika Abi diperkenalkan dengan agama yang sebenarnya oleh umi. Mulai saat itu Abi tau bahwa cinta sebenarnya adalah dimana kita bisa lebih mengenal sang pencipta dan sama-sama merubah yang lebih baik. Saat itu Abi nekad untuk buat Umi jatuh cinta walaupun Abi tau Umi sangat keras kepala." Abi mulai sedih dan terdiam sejenak.

Ku lihat Abi mulai tarik nafas yang panjang sebelum kembali melanjutkan ceritanya,"Tapi setiap manusia pasti punya perasaan dan kasih sayang. Dari saat itu Abi mengatur berbagai strategi untuk membuat Umi jatuh cinta, dan lihatlah sekarang hasilnya sangat memuaskan. Cobalah Ziyad, Abi kenal putri Abi. Kalau nak Ziyad mau berusaha seperti Abi, insyaallah nak Ziyad akan mendapatkan cinta Ika. Semoga berhasil, Abi masuk dulu."

"Terimakasih Bi, Ziyad janji akan berusaha membuat Zulaikha mencintai ziyad." Ujar ku tersenyum, Abi juga hanya membalas dengan senyuman sebelum meninggalkan ku sendiri lagi.

Cerita Abi sungguh memotivasi ku untuk membuat Zulaikha jatuh cinta kepada. Pasti bisa.... Pasti bisa... Pasti bisa. Go go semangat.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang