Bab 15 (Merasa Bersalah)

4.3K 163 1
                                    

"Honeeeey, bangun." Ku keluarkan suara terlembut yang ku miliki untuk membangunkan istri tercinta.

Banyak hal yang mengganggu pikiranku saat ini. Aku merasa bersalah telah tidur di pangkuan Zulaikha sampai waktu subuh datang,terlebih lagi melihat ia tidur dengan posisi bersandar di sofa. Sedangkan aku nyenyak tidur di pangkuannya. Tapi aku juga merasa senang bisa tidur di pangkuannya karena bisa lebih dekat dengannya.

Allah, Cantiknya ciptaanmu ini. Aku sangat bersyukur memiliki gadis ini. Walaupun gayanya berbeda dari wanita lain, tapi wanita inilah yang sangat membuatku bahagia, Insyaallah sampai ke surga. Amin

"Honeeeey... Please wake up!" Ku coba menampar lembut pipinya.

Ia mulai bergerak ke kiri-kanan​. Tangan kirinya mengucek mata. Aku masih tetap di pangkuannya melihat reaksi si pemilik hatiku yang paling cantik ini. Gaya mengucek mata sungguh lucu, seperti bayi cantik bangun tidur. Alahaaai, kalau dia ni bayi langsung gedek.

"Huoaaaaaaah" Zulaikha mulai bangun dari tidurnya, ia mulai bangkit dari bersandar ke posisi tegak. Hohoho cantiknya dia

"Hoy apa yang loe buat sama gueee!!!" Terkejut Zulaikha melihatku berada di pangkuannya. Ia segera menolakku sekuat tenaganya hingga aku terjatuh buruk di lantai. Untung lantainya baik masih mau numpang aku. Thanks lantai...

Zulaikha kupandangi sedangan memeluk tubuh tanda melindungi dirinya, "Aduh honeeeey , hari-hari kayak gini badan Bee bisa remuk." Ujarku sambil menahan sakit badan. Semalam di tendang, sekarang di tolak, nanti apa lagi?? Huwaaaaa..

"Loe ngapain disini? Loe pasti nyarik kesempatan kan?! Loe emang kurang ajar kan?! Dasar lelaki kegatelan!!" Zulaikha memarahi ku dengan kata-kata yang sangat mengiris hati. Sabaaaaar wahai hatiku.

"Honey lupa ya Bee semalam nemenin honey nonton Korea?" Tanyaku yang masih setia dilantai.

Aku lihat ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hahahaha pasti terasa, "Ma.. ma.. maaf. Honey lupa."

Oow sayang, lucunyaaaa dia kalau lagi sedih gitu. Wajahnya yang sedih dan menatap lantai sangat lucu, sama seperti anak kecil yang merasa salah saat dimarahi ibunya.

"Honeeeey, ayo shalat subuh. Nanti subuhnya terlewatkan." Ujarku, "Tapi jangan pikir Bee udah maafin, kesalahan kali ini kelewatan!!" Tambahku dengan nada tinggi. Aku ingin mengujinya, akankah ia akan merayuku jika aku marah?

Aku segera bangkit dan masuk kedalam kamarku tanpa melihat Zulaikha. Aku ingin dia berfikir bahwa aku sangat-sangat marah. Di dalam kamar aku tertawa sepuas-puasnya. Hahaha, sungguh lucu reaksinya.

Aku bingung dengan diriku sendiri, kenapa aku begitu mudah mencintainya sampai untuk marah saja aku tidak mampu. Seperti halnya tadi saat ia mengeluarkan kata-kata yang mengiris hati, tapi mudah saja hati ini lupa dengan kesalahannya. Ya Allah kenapa dengan aku ni??

*****

"Pagi..." Sapaku. Zulaikha sedang menghidangkan sarapan pagi.

"Wa'alaikum salam.. " jawab Zulaikha menyindir ku karena tidak memberi salam.

"Hehe sorry, lupa." Aku tersenyum pahit setelah mendengar sindirannya​, "assalamualaikum bidadari surga ku.."

"Telat!!" Jawab Zulaikha sambil mondar-mandir dari dapur ke meja makan untuk meletakkan semua masakannya di meja makan.

Ku usap dada menenangkan diri dari dikuasai emosi. Kata-kata Zulaikha selalunya menguji kesabaran. Meja makan yang sudah penuh dengan makanan ku dekati, perlahan-lahan tangan ini mengusik nasi goreng.

"Papp" Zulaikha menampar tanganku yang mengusik nasi goreng.

"Jangan belajar jadi orang jorok. Di depan tu ada piring, coba belajar makan yang sopan." Ujarnya tegas. Aku hanya menjadi pendengar setia tanpa menjawab. Selalunya aku yang jadi korban, eeeeh pastinya aku yang selalu jadi korban. Karena cuma kami berdua yang tinggal di dalam rumah ini, hehehe..

"Hari ini nggak ke kantor?" Tanyanya tiba-tiba. Mungkin ingin memecah kesunyian.

"Kenapa?" Tanyaku balik.

"Tanya aja. Kalo nggak... maunya kita kerumah umi, honey kangen Umi." Raut wajahnya sungguh meyakinkan bahwa ia sangat merindukan Umi. Aku sedih melihatnya begitu. Alahaaai istri, untung di sayang. Kalau lagi nyerang tidak pernah ada ampunan, tapi kalau lagi sedih gini sungguh mengharukan.

"Ayolah." Ku genggam erat tangannya dan menariknya agar mengikuti langkahku. Dia masih bingung dengan yang kulakukan, tapi ia hanya menuruti tanpa membantah. Ini baru istri kesayangan Alif ziyad, baik tanpa membantah.

Sesampai di depan pintu kamarnya, aku melepaskan tangannya dan mempersilahkan ia masuk. Mata Zulaikha masih menatapku kebingungan dan akhirnya bersuara, "kenapa ke kamar?"

"Tapi katanya mau ketemu Umi. Cepatlah siap-siap, kita akan menginap tiga hari. Cukup kan?" Tanyaku menyimpangkan tangan di dada.

Zulaikha tiba-tiba mendekati, aku mulai waspada ingin menepis jika ia akan menendang atau mendaratkan pukulan di wajahku. Tapi sangkaan meleset jauh, ia memeluk pinggang ku dan membenamkan wajahnya di dada ku. Aku masih tidak percaya dengan hal ini jelas sangat terkaku.
1 detik
2 detik
....
1 menit, pelukan dilepaskan.

"Ma.. ma.. maaf. Ta.. ta...--" Zulaikha berusaha menjelaskan maksudnya dengan tergagap. Aku tidak tahan menunggu bicaranya langsung saja memotong.

"Kamu jangan takut, kalau pasangan lain melakukan lebih dari itu. Atau kamu mau kita juga melakukan hal yang di lakukan pasangan lain?" Kenyitan mata bersama suara manja ku membuat wajah Zulaikha berubah jadi merah. Hahahaha, pasti takut.

Dengan segera Zulaikha meloloskan diri kedalam kamarnya dan menolak pintu dengan kuat. Untung engsel pintu kuat, kalau tidak pagi ini juga harus di ganti. Aku berjalan menuju kamarku dengan senyuman seperti orang gila. Aaaaah gimana tidak, pelukannya sungguh menghangatkan. Yes... Yes... Yes... Dia peluk aku. Nggak rugi fitnes gini biar tiap hari di peluk istri. Hahahaha.

****

Kami telah bersiap dengan semua barang yang di rasa perlu untuk dibawa. Zulaikha bukanlah gadis yang heboh dengan alat make up, sepatu yang di ganti-ganti atau hal lain yang biasa di lakukan wanita di luar sana. Jadi jelas saja ia berpenampilan simple dan barang yang di bawa juga tidak banyak.

"Honey udah siap kan? Atau masih ada yang tertinggal?" Tanyaku menghadap Zulaikha.

Zulaikha mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuk, seperti sedang memikirkan sesuatu. Mungkin sedang mengingat barang-barangnya.

"Oh ya..." Hanya itu saja yang terdengar dari mulut Zulaikha, setelah itu ia menghilang kedalam. Ntah apa yang tertinggal lagi aku juga tidak tau. Untung di sayang, jadi nggak mungkin di tinggalkan.

Beberapa menit kemudian Zulaikha muncul dengan membawa sesuatu ditangannya, "apa itu?" Tanyaku.

"Nasi goreng. Kasian kalau di tinggalkan bersama rumah, soalnya rumah nggak maka nasi goreng." Kata-katanya membuat aku tertawa.

"Jangankan rumah, panci yang kamu masak nasi goreng aja nggak mau makan nasi goreng kamu. Katanya sok bersih sampai aku cicip tadi malah kamu tampar tangan aku." Tambahku dan sedikit menyindir kejadian di meja makan.

"Bee, maaf ya?" Suara lembut mulai keluar.

Apa lagi? Jelaslah jawabnya ia, "ia, Bee maafin."

"Kalau gitu aayo, jalan sekarang." Zulaikha dengan penuh semangat memasukan semua barangnya ke dalam mobil dan duduk dengan rapi di depan bersebelahan dengan tempatku. Aku apa lagi, pastinya juga melakukan hal yang sama memasukkan barang dan masuk kedalam mobil dan mulai mengeluarkan aksiku dalam menyetir. Goodbye rumah...

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang