Bab 5 (Ijab Qabul)

6.7K 250 2
                                    


Pagi ini aku sangat bersemangat. Waktu-waktu yang ku nanti datang juga. Aku telah siap dengan baju putih untuk akad nikah yang katanya melambangkan kesucian dan lafadz akad yang dari jauh-jauh hari telah melekat di otak ku. Keluarga besar dari pihak ku dan Zulaikha telah hadir didalam mesjid, kami hanya perlu menunggu Zulaikha datang. Oow aku benar-benar tidak sabar lagi. Setengah jam menunggu akhirnya datang juga. Waw, dia sangat-sangat cantik. Pandangan ku tidak pernah lepas darinya yang posisinya tepat di sampingku. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran.

"Kamu udah siap sayang?" Tanya Mama kepadaku saat akan mulai ijab Qabul. Apa Mama tidak mengerti bahwa anaknya ini sudah tidak sabar ingin menikah?

"Udah ma." Ujarku meyakinkannya. Aku tersenyum lebar bahagia.

Tanganku di genggam oleh Abi Hamzah atau calon mertuaku. Dengan basmalah ia mengutarakan ijab Qabul. sekali ucap ijab qobul keluar dari mulutku langsung disahkan oleh para saksi. Nggak rugi gue ngafal lafadz akad nikah. Setelah ijab Qabul, pembacaan doa. Setelahnya adalah sesi bersalaman antara aku dan istri tercinta. Sejuknya melihat senyumannya, ditambah lagi dengan lesung pipinya mampu melelehkan hati ini. Yes, akhirnya nikah juga sama guru karate yang cantik ini.

*****

Sekarang adalah sesi foto pre-wedding. Mama telah mengatur sesi foto kami pertama adalah dihalaman mesjid. Ini waktu yang sangat tepat untuk berfoto. Kulihat Zulaikha sudah berada dihalaman mesjid. Ku berjalan dari arah belakang Zulaikha memberi kejutan. Zulaikha masih sibuk memandang halaman mesjid. Fotographer sudah siap dengan kameranya. Sesi pertama ku mulai dengan memeluknya dari belakang agar berkesan lebih romantis. 1 2 3 Zulaikha sayang, suami mu datang.

"Plak..." Zulaikha menendang kemaluan ku sebelum aku berhasil memeluknya dari belakang. Walaupun memakai gaun, aura tomboynya tetap terlihat.

"Aaaaw. Gila loe ya?" Tanyaku kesakitan. Sumpah sakit banget ni. Belum juga di apa-apain akunya udah jera duluan.

"Siapa suruh loe nyarik kesempatan?" Tanyanya menatapku tajam.

"Loe liat dong, dibelakang kita ada orang tua kita. Apa loe nggak malu nendang gue gini?" Ujarku sambil menggigit gigiku.

"Oh sayang I'm Sorry..." ujarnya mulai berakting karena telah sadar bahwa orang tua kami sedang memerhatikan kami. Keren juga permainan ni cewek. Aku harus manfaatkan momen ini .

"Nggak apa-apa sayang. Aku suka gaya tendanganmu." Ujarku mulai memeluknya. Dia hanya terdiam dan menerima pelukanku. Akhirnya pasrah juga. Ini hal yang paling aku tunggu dari kamu sayang.

"Awas loe nyarik kesempatan lagi. Loe nggak lupa kan kalau gue guru karate, dan loe juga nggak lupa kan sama perjanjian kita?" Pertanyaan dibisik Zulaikha kepada ku yang masih menahan pelukanku dari belakangnya.

Ciklik.. ciklik.. ciklik ..

"Ganti gaya." Ujar si fotografer. Kali ini fotografer menginginkan foto kami yang berhadapan. Kami hanya menurutinya keinginannya.

"Oke, gue minta maaf. Gue sadar kalau gue salah. Please, mengertilah ini hanya untuk sementara. Gue nggak mau nyokap bokap gue sedih. Mungkin ini satu-satunya permintaan mereka yang masih bisa gue penuhin." Jawabku berbisik padanya.

"Jadi kita sampai kapan berakting begini?"

"Kira-kira dua Minggu." Ujarku santai. Kalau kamu ingin selamanya juga boleh. Hehehe."Apa, gilaa lo ya?"

"Buka gila, tapi ini kewajiban kita. Bersabarlah selagi kita masih tinggal sama orang tua kita. Gue pastiin selesai resepsi kita langsung pindah kerumah gue. Eh maksud gue rumah kita. Dirumah kita nanti loe dan gue baru ngejalanin gaya hidup kita masing-masing." Ujarku menjelaskan. Ki lihat ia hanya terdiam.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang