Bab 10 (Maafkan aku)

4.9K 204 1
                                    

Seminggu sudah kami bersama di rumah kami , tapi tidak ada perubahan dari dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu sudah kami bersama di rumah kami , tapi tidak ada perubahan dari dirinya. Dia masih saja menganggap aku seperti tidak ada. Pagi, ia masih dikamar mengunci pintu kamar rapat-rapat. Siang jika aku pulang kerumah atau hari libur kantor, ia sibuk membersihkan rumah, menatap gadgetnya dan kesibukan yang lain. Malam hari ia hanya berada di dalam kamar. Sesekali ia keluar untuk minum atau hal-hal yang lain. Kita berbicara ketika ada hal yang penting saja. Jika aku memancingnya untuk berbicara, ia tidak mempedulikan aku.

Hari ini adalah hari Rabu, saat akan berangkat ke kantor tiba-tiba saja asam lambung ku kambuh. Aku bingung harus meminta bantuan siapa. Istriku pagi-pagi begini masih berada didalam kamarnya. Tanpa berpikir lama, aku menelepon Mama untuk menghantarkan obatku yang tertinggal di kamarku dirumah Mama. Sudah lama sekali asam lambungku tidak kambuh, ini mungkin karena aku sekarang jarang makan. Istriku tidak pernah masak makanan untukku, jika di kantor kesibukan membuat aku melupakan mengisi perut ku.

"Kamu kenapa lagi ni boy, dan istri kamu dimana lagi?" Tanya Mama sambil melangkah kedalam rumah ku kemudian duduk di sofa.

"Em... Masih tidur ma." Ujarku. Aku yakin Mama untuk jawaban ini pasti akan marah. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain jujur.

"Ya Allah Boy. Kamu biarkan dia begitu?" Tanya Mama suara meninggi.

"Bukan Boy biarkan ma, tapi Boy kasian kalau bangunin dia." Ujarku. Ku harap Mama tidak akan menemui istriku.

"Kalau gitu tunjukkan dimana kamar kamu, biar Mama panggil dia. Kamu tunggu disini saja." Bangkit dari sofa. Kalau Mama sampai tau kami pisah ranjang pasti akan lebih rumit masalah ini.

"Ma, Boy kepingin dong rasain masakan Mama. Mama masak aja ya biar Boy panggil istri Boy. Kalau Mama panggil, dia pasti nggak akan bangun soalnya nggak kena sentuhan cinta tangan Boy." Ujarku mencari alasan.

"Kamu disini aja. Kamu udah pucat banget tu." Ujar Mama. Yeah sejujurnya aku tidak tahan dengan perihnya penyakit ini. Tapi mau atau tidak aku yang harus membangunkan Zulaikha.

"Mama sayang, biar Boy aja yang panggil istri Boy. Istri Boy tu sukanya di manja-manja. Pokonya Mama masak aja , pleeeeeeas" Ujarku memohon kepada Mama sambil mendorong pelan Mama kedapur.

"Yaudah, Mama sekarang akan masak. Tapi cepat ya kamu panggil istri kamu biar bantuin Mama sekalian." 

"Ia Mama."

Sebelum melangkah ke kamar Zulaikha, aku mengambil air untuk menelan obat yang Mama bawakan untuk ku. baru setelahnya aku melangkah pergi keatas ke kamarnya Zulaikha. Pintu kamarnya tertutup rapat. Sebelumnya aku tidak pernah mengetuk pintu kamar Zulaikha karena takut akan mengganggu. Tapi pagi ini aku harus melakukan hal ini.

"Tok.. tok..  tok..  Zulaikha, bangun." Satu ketukan, dua ketukan sampai akhirnya Zulaikha membuka pintu kamar baru aku menghentikan ketukan itu.

"Kenapa?" Tanya Zulaikha sambil mengucek matanya. 

"A.. a.. ada---" aku coba menjelaskan bahwa ada Mama dibawah, tetapi habis kata-kata keluar dari mulut ku  Zulaikha menuruni tangga menuju dapur sampai berada tepat sambil terus mengucek matanya.

Istriku Tomboy MuslimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang