Ayla hanya diam sepanjang jalan menuju ke rumah Alvin. Rasya yang sedang menyetir merasa bosan dan mencoba menegur Ayla.
"Hey!"
"Hey!"
"Hey!"Berkali kali Rasya mencoba menegur Ayla tetapi Ayla tidak menghiraukan dan tetap melamun.
"Ayla!" teriakan Rasya yang cukup keras baru mampu membangunkan Ayla dari aktifitas melamunnya.
"Eh iya ada apa?" jawab Ayla.
"Lo tuh kenapa sih? Ngomong kek. Gue panggil panggil juga eh kaga sadar sadar"
"Aku gapapa kok hehe. Rumah Alvin masih jauh?" ujar Ayla mengalihkan topik pembicaraan.
"Bentar lagi juga nyampe" jawab Rasya.
Sebenarnya yang sedang dilamunkan oleh Ayla adalah tentang pertanyaan Rasya untuk Alvin yang menyinggung dirinya. Saat Rasya bertanya apakah Ayla adalah pacar Alvin dan Alvin langsung berkata tidak. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang menyesakkan. Tapi memang benar bukan? Dirinya bukanlah siapa siapa Alvin.
"Nah nyampe deh" ucap Rasya saat mobil yang mereka naiki sudah masuk ke sebuah rumah yang terlihat mewah dan elegan.
Sekarang Ayla dan Rasya sudah berada di depan sebuah pintu yang cukup besar. Pintu utama menuju ke dalam rumah Alvin.
Tok Tok Tok
Rasya mengetuk pintu itu beberapa kali, sedangkan Ayla yang berada di sampingnya hanya diam menatap kosong ke depan. Tak lama datanglah seorang wanita paruh baya yang terlihat seperti asisten rumah tangga."Eh Den Rasya, ada apa ya den? Mau ketemu Den Alvin yah. Hmm tapi Den Alvin sedang tidak ada di rumah" ucap wanita itu.
"Oh Rasya udah tau kok Bi, Rasya cuma mau ngambil HP yang ketinggalan di kamar Alvin" jawab Rasya.
"Tapi Den..." ucapan wanita itu terhenti karena dipotong oleh Rasya.
"Tenang aja bi, Rasya udah izin sama Alvin kok" jawaban Rasya memberikan ekspresi tenang di wajah wanita yang ternyata adalah asisten rumah tangga di rumah Alvin.
"Kalau gitu monggo Den, silahkan masuk" katanya mempersilakan.
"Temen saya gak diajak masuk juga nih Bi?" canda Rasya.
"Maaf non temennya Den Rasya, monggo masuk juga" ucapnya kemudian.
Ayla dan Rasya sudah berada di pintu kamar milik Alvin. Ayla terdiam sejenak meratapi hal yang ada di depannya.
Berdiri di depan pintu kamar Alvin, berada di dalam rumah Alvin, apakah semua ini nyata? Hal yang diinginkannya sejak pertama kali mengagumi Alvin. Tidak semua orang bisa berada disini. Terutama dapat masuk melihat kamar Alvin yang bisa dikatakan merupakan privasi.
Suatu keberuntungan bagi Ayla. Tertukar handphone dengan seseorang yang dikaguminya, dapat berada di dalam rumahnya, dan sekarang dapat masuk ke tempat dimana idolanya sering menghabiskan waktu. Walaupun ia hanya masuk sebentar ke kamar Alvin, tapi ia bisa melihat dengan jelas bagaimana tempat yang menjadi privasi bagi idolanya. Di situ lah karya karya Alvin tercipta. Karya yang bisa membuat fans nya terhibur. Apalagi jika bukan musik yang harus dia mainkan sebagai seorang DJ.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tak Seharusnya
JugendliteraturAyla tidak pernah mengira rasa yang selama ini dipendamnya sendirian akan terbalaskan. Harapan yang semula hanya angan angan kini berubah menjadi kenyataan. Sebuah rasa yang selama ini dipendamnya untuk seseorang yang bahkan mungkin tak mengenalnya...