Duapuluh

13 1 0
                                    

It would be boring. Sorry :(

"Temui Bapak saat istirahat!" ucapan Pak Randi terngiang ngiang di telinga Alvin.

Pak Randi yang tadi pagi memaharinya, sekarang memintanya untuk datang ke ruangan Pak Randi. Untuk apa? Untuk memaharinya lagi? Apa tidak cukup yang tadi pagi? Hfft. Memikirkan itu membuat kepala Alvin terasa berat. Berat memikirkan masalah yang terjadi padanya.

Namun bagaimana pun juga, ini pilihan yang harus Alvin hadapi. Konsekuensi dari apa yang telah dilakukannya. Mau tidak mau Alvin harus menemui Pak Randi.

Alvin berjalan sendiri menuju ruangan Pak Randi. Tidak mempedulikan tatapan tatapan kagum dan memuji para siswi SMA 29 yang merupakan fans nya. Ia terus berjalan dengan langkah santai dan tangan yang dimasukan ke saku celana.

Sesampainya di depan ruangan Pak Randi, Alvin mengetuk pintunya dan mendengar Pak Randi mempersilahkannya untuk masuk.

"Alvin Aditya Pratama? Kelas 12 IPA?" tanya Pak Randi begitu Alvin baru saja masuk. Bahkan Pak Randi belum mempersilahkan Alvin untuk duduk.

"Iya saya Pak" Alvin menjawab dengan agak grogi. Seram juga ternyata jika berada di ruangan Pak Randi.

"Kamu tahu apa akibat dari masalah yang kamu perbuat?" raut wajah Pak Randi semakin serius.

Alvin mendekat dan hendak duduk. "Boleh saya duduk Pak?" izin Alvin. Sebenarnya ini salah satu cara Alvin agar terlihat tidak grogi atau mungkin takut?

Pak Randi hanya mengangguk dan meneruskan perkataanya. "Alvin, kamu itu siswa yang pandai. Cerdas. Nilai nilai kamu selalu bagus. Bahkan jika kamu mau, kamu bisa saja mengikuti olimpiade IPA. Tapi kami (pihak sekolah maksudnyaa) tidak pernah memaksa kamu. Kami tidak pernah menuntut kamu menggunakan prestasi itu demi keuntungan sekolah. Tidak pernah" Alvin hanya diam mendengarkan Pak Randi.

"Berkali kali kami mencoba menawarkan beasiswa dan lomba lomba untuk kamu. Tapi kamu tidak pernah menerimanya. Apa kami memaksa? Tidak. Kami serahkan keputusan kepada kamu. Kamu tau sekolah ini sangat selektif dalam memilih siswa. Hanya siswa disiplin yang mampu masuk ke sekolah ini. Hanya siswa pilihan. Siswa unggulan. Itu semua untuk apa? Untuk tetap menjaga citra sekolah ini. Agar tetap menjadi sekolah yang berkualitas. Yang mampu menciptakan generasi penerus bangsa berkualitas. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu seorang siswa yang kerap membuat onar, merusak citra sekolah ini! Apa yang kamu inginkan? Melakukan balapan liar! Clubbing setiap malam?! Dan setelah bermasalah kamu membawa nama sekolah ini?! Apa kamu tau betapa tercorengnya nama sekolah ini? Betapa sulitnya kami membersihkan kembali nama sekolah ini! Berita ini sudah tersebar bahkan masuk di dalam artikel koran. Apa kamu bangga melihat artikel bertuliskan 'Siswa SMA 29 terlibat balap liar' 'Siswa SMA 29 pergi ke club'. Apa yang kamu fikirkan Alvin! Kami tidak peduli apa yang kamu lakukan, tapi jangan membawa nama sekolah ini!" Pak Randi berucap panjang lebar.

Masih banyak yang Pak Randi katakan, tapi entahlah Alvin tidak mempedulikannya. Bahkan mendengarkannya pun mungkin saja tidak. Alvin merasa bosan dan hanya mengangguk sebagai tanda bahwa dia menanggapi perkataan Pak Randi.
Setelah Pak Randi selesai berbicara, Alvin akhirnya bersuara.

"Pak, sudah selesai kan? Boleh saya keluar?"

Pak Randi yang terlihat terkejut dengan pertanyaan Alvin yang dianggapnya tidak sopan, hanya pasrah dan memberi peringatan kepada Alvin "Ingat Alvin, jangan sampai kamu melakukan hal seperti ini lagi. Saya tau kamu adalah anak yang baik. Kamu boleh keluar dari ruangan saya."

Perkataan Pak Randi yang terakhir bagaikan anugerah bagi Alvin. Akhirnya dia bisa lepas dari kandang harimau ini juga hiii.

Alvin pamit dengan sopan pada Pak Randi sambil tersenyum manis. Saat berjalan ke arah pintu Alvin memiliki ide jahil untuk mengerjai Pak Randi. Melihat pintu yang sedikit terbuka membuat rencana Alvin semakin berjalan sempurna.

Saat dekat dengan pintu Alvin menabrakan dirinya ke arah pintu dengan cara pura pura terjatuh. Alhasil pintu yang terdorong menutup pun menghasilkan bunyi dentuman yang keras. Pak Randi yang memang latah ketika mendengar bunyi dentuman keras langsung saja melompat ke atas kursi sembari berbicara latah. Alvin yang melihat Pak Randi seperti itu sontak tertawa sampai matanya berair. Saking puasnya tertawa memang. Setidaknya Alvin bisa tertawa dalam satu minggu ini, meskipun dengan menjahili guru.

Pak Randi yang merasa hilang wibawa langsung turun dari kursi dan menatap Alvin garang.

"Alvin! Apa yang kamu lakukan! Kamu ingin membuat saya jantungan hah?"

Alvin seketika menghentikan tertawa nya dan menjawab perkataan Pak Randi.

"Eh maaf Pak, saya kan gak sengaja jatuh tadi. Maafin yaa Pak, saya izin ke kelas dulu Pak. Permisi" ujar Alvin sambil cengengesan menahan tawa.

Alvin segera membuka pintu dan berniat akan menutup pintu dengan suara keras sekali lagi. Yap untuk menjahili Pak Randi lagi. Saat Alvin beranjak dari ruang Pak Randi. Dan...

To be continued

Rasa Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang