Tujuhbelas

15 2 0
                                    

"Menurut gue Ayla itu... Cantik"

"Tuh kan bener berarti penglihatan gue selama ini. Bukan gue doang kan yang nganggep dia cantik. Lo juga bilang dia cantik kan! Bener berarti" Rasya berbicara sambil mengangkat angkat tangannya. Entah apa tujuannya.

"Kenapa sih lo! Biasa aja kali!"

"Ini tuh LUAR BIASA Vin! Luarrr binasah" seru Rasya berlebihan.

"Ih mulut lo bau Ras! Lo abis makan apaan sih?"

"Bau? Mulut gue ini wangi tau! Gue tadi makan pake semur jengkol buatan emak gue. Beuh sedap!" Rasya mengacungkan kedua ibu jarinya.

Melihat itu Alvin bergidik dan berjalan menuju kelasnya meninggalkan Rasya.

"Vin! Vin! Lo mau kemana? Mulut gue wangi kan" teriak Rasya.

"Wangi wangi, mulut lo tuh bau azab!" teriak Alvin yang sudah berjalan cukup jauh meninggalkan Rasya.

*****

"Dy, anter gue ke kantin yuk! Gue pengen jus nih!" Ayla membujuk Maudy supaya mau mengantarnya ke kantin.

"Duh Ayla bukannya tadi sih sekalian"

"Gue kan lupa Maudyyy. Mau yaah"                            
"Ogah ah" jawaban Maudy membuat Ayla cemberut.

Akhirnya Ayla melangkah sendiri menuju kantin. Kantin tidak seramai saat bel istirahat baru berbunyi. Kantin terlihat sepi dan hanya tampak beberapa orang saja. Tak mau berlama lama, Ayla langsung memutuskan ke tempat penjual jus. Karena harus menunggu agak lama, Ayla pun memutuskan untuk mencari kursi kosong yang bisa ia duduki.

Saat ia menemukan kursi untuk didudukinya, ia melihat Rasya sedang berbicara dengan seseorang. Orang itu membelakanginya. Karena penasaran, Ayla pun mendekati mereka secara diam diam. Dan terdengar suara yang tak asing ditelinganya. Suara... Alvin!

Alvin. Bayangan tentang tangannya digenggam oleh Alvin kembali menghantui pikirannya. Ayla memandangi tangan kanannya dengan wajah yang bersemu merah.

"Menurut gue Ayla itu..."

"Ayla? Ayla gue? Kenapa ada nama gue? Mereka lagi ngomongin gue?" Ayla bergumam dalam hatinya.

Ayla penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Alvin dan Rasya. Belum lagi Alvin menggantungkan ucapannya. Membuat Ayla semakin penasaran.

"Cantik"

"Cca cantik? Gue? Alvin..." perkataan Ayla terbata bata karena gugup dengan apa yang Alvin ucapkan.

Apa ini? Duniaku terasa berhenti berputar. Jantungku terasa berhenti. Nafasku semakin sesak dan sudah dipastikan wajahku pasti memerah. Ternyata seperti ini rasanya. Dipuji oleh orang yang kusukai. Walau secara tak langsung. Aku menutup mulutku dan tak percaya dengan pendengaranku. Apakah ini benar? Apakah ini nyata? Ingin rasanya aku melompat sekarang juga dan mengutarakan kebahagiaanku.

Namun mengingat tempatku berada dan kondisiku yang sekarang sedang menguping sambil bersembunyi membuatku tak bisa melakukannya.
Rasanya terlalu istimewa. Seperti ada ribuan bunga menghujani hatiku. Membuatku terbang ke langit ketujuh. Dan membiarkan aku terlarut di dalamnya.

"Jus Alpuket susu vanilla!"
Suara penjual jus menyadarkanku. Membawaku kembali pada kenyataan.

Aku langsung mengambil jusku dan berlari menuju kelas. Semuanya terasa indah. Bahkan terlalu indah untuk di ungkapkan.

*****

"Lama amat deh. Kebiasaan lo!"

Maudy berkata dengan nada jutek saat Ayla duduk di sampingnya.

"Hehe, maafin gue Dy. Tadi agak ngantri gitu di kantin jadi yaah lama" Jawab Ayla ngeles.

Maudy memang belum mengetahui jika Ayla memendam rasa pada Alvin. Bukannya ingin merahasiakan sesuatu. Tapi Ayla rasa belum saatnya untuk Maudy tau. Suatu saat nanti, akan ada waktunya dimana Maudy atau bahkan semua orang tau tentang perasaan yang selama ini Ayla pendam sendirian. Bukankah cinta lebih baik dijaga sampai cinta itu menemukan waktu yang tepat untuk diungkapkan?

Karena cinta bukanlah untuk diumbar umbar. Biarlah waktu yang menjelaskan setiap rasa yang selama ini terpendam.

To be continued

Rasa Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang