Delapanbelas

10 2 0
                                    

Pagi ini terasa sama seperti biasanya bagi Ayla. Angin pagi berhembus sejuk, mentari bersinar cerah, dan banyaknya suara orang yang berlalu lalang di koridor. Ayla melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Namun, dari kejauhan Ayla melihat seseorang yang tidak asing lagi di penglihatannya. Alvin. Karena penasaran dengan apa yang dilakukan Alvin, akhirnya Ayla mengamati Alvin dengan menyembunyikan tubuhnya di balik tiang.

"Itu si Alvin ngapain disitu? Kok nunduk gitu"

"Aduh itu siapa sih, ngalangin aja"

"Alvin ngobrol sama siapa sih?"

"Aduh please ya ini gue gabisa nguping"

"Kok Alvin kaya dimarahin gitu?"

"Lah Pak Randi? Pak Randi ngomongin apa sama Alvin?"

Disela sela gumamanya, Ayla dikejutkan oleh seseorang.

"Hayoh! Lagi ngapain lo? Ngintip yee? La sejak kapan lo jadi kaya gini? Ieeew" Maudy mengagetkan Ayla dari belakang.

"Maudy! Bisa ga sih ngga usah kagetin gue. Sebel deh. Hfft" Ayla berbalik dan memarahi Maudy.

"Ya elo mencurigakan gitu, ngumpet di belakang tiang segala. Mentang mentang kurus lo"

Ayla tidak menghiraukan perkataan Maudy. Matanya fokus mencari titik yang memesonanya. Alvin.
Namun sayang, sosok Alvin tidak lagi berada di tempatnya tadi. Bahkan jejak kepergian Alvin pun tidak terlihat.

"Oy! Ayla Anindita! Nyari apaan sih lo?" ucap Maudy yang kesal karena diabaikan Ayla.

"Gapapa kok, bukannya tadi itu lo ngajak gue ke kelas ya? Ya udah yuk kita ke kelas aja. Ayuk Ayuk!"
Balas Ayla sambil menarik tangan Maudy menuju ke kelasnya.

"Oy Ayla jelasin dulu napa! Woy! Woy!" Maudy menuntut Ayla untuk menjelaskan. Namun Ayla hanya cengengesan dan tidak menanggapi perkataan Maudy.

*****

"Aduh La, pala gue puyeng deh mikirin pelajaran mulu. Apalagi tadi tuh kimia ada unsur, senyawa, campur campur. Eh apaan tadi campur campur? Es campur yee?" Maudy menggerutu sambil terus memakan bakso nya.

"Hahaha. Mana ada pelajaran kimia pake es campur. Lo mah ada ada aja" balas Ayla sambil tertawa.

"Lo mah enak otaknya encer. Cepet mikirnya. Lah gue? Belajar kaya gitu doang aja udah mumet. Ga kebayang gue kalo sampe ikut olimpiade. Hiii susah nya kaya apaan coba. Naujubilah yeh"

"Apaan si lo, kalo otak gue encer yang ada gue ga bisa mikir. Ini otak gue masih padat Alhamdulillah"

"Kan maksud gue tuh....."
Belum selesai Maudy berbicara, seseorang menghampiri Ayla dan Maudy dari sudut kantin. Seorang murid perempuan juga.

"Ayla Anindita 12 IPA kan?" tanya seseorang tak dikenal.

"Ummm iya. Ada apa?" jawab Ayla.

"Hufft untung gue cepet nemuin lo. Bisa sesek nafas gue kalau nyari lo di kantin sepadat ini. Mana panas banget lagi. Untung aja kulit gue udah pake skincare yang cocok. Jadi ga bakal blablaba blablabla blablabla"

A FEW MINUTE LATER

Ayla dan Maudy saling menatap. Berharap seseorang diantara mereka sanggup mengusirnya.

"Umm ekhem. Jadi lo ya, mending lo duduk dulu deh daripada berdiri sambil cerita gitu. Kita kaya denger dongeng hehe" akhirnya Ayla membuka suara tetapi bingung bagaimana harus mengusir orang itu.
Orang itu pun duduk di depan Ayla dan Maudy.

"Oke kalau gitu gue mau terusin cerita lagi"

"JANGAN! JANGAN!" Maudy langsung bertindak dan mengehentikan orang itu. Meskipun dengan cara yang sedikit err dramatis?

"Sebenernya lo kesini nyari Ayla itu mau ngapain sih?" lanjut Maudy. Kali ini dengan nada yang terkesan dilembut lembutkan.

"Oh iya gue lupa! Untung aja lo ngingetin. Jadi sebenernya Ayla, lo ituuu dipanggil sama Pak Rendi ke ruangannya" ucap orang itu akhirnya tanpa dosa.

WHAT? DIPANGGIL PAK RENDY GURU KILLER ITU? Mimpi apa Alya semalem hmm.

To be continued

Rasa Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang