Nata berdiri di depan cermin, mematut dirinya yang sudah tampil cantik dengan gaun selututnya. Seperti janji Ednan kemarin, hari ini mereka akan berkeliling resort. Nata mengembangkan senyum manisnya, menatap lelaki yang juga ikut tersenyum menatapnya dari pantulan cermin riasnya.
"Kau sudah cantik, sayang. Apapun yang kau kenakan akan tetap cocok untukmu," kata Ednan sembari melangkah mendekati Nata. Lelaki itu memutar tubuh Nata menghadap dirinya, dipeluknya pinggang Nata dengan tak lupa memberi sedikit jarak di antara mereka. Matanya menatap mata Nata yang juga menatapnya. "Apa kau sudah siap?"
Nata mengangguk kecil, "Maaf mas, sudah membuatmu menunggu lama," sesalnya.
Ednan menyingkirkan helaian rambut liar Nata ke belakang telinga, "Aku sama sekali tidak merasa keberatan menunggumu. Bahkan aku rasa kau begitu cepat dalam berdandan," ucap Ednan penuh pengertian.
Nata tersenyum kecil, "Mungkin karena aku memang tidak pandai berdandan," jawabnya merendahkan diri. Memang dia bukanlah wanita yang pandai mengaplikasikan make up ke wajahnya. Hanya bedak tipis dengan tambahan sedikit bluss on dan polesan lipbamp.
Ednan memasang tampang tidak setujunya, "Kenapa kau harus pintar berdandan jika seperti ini saja kau sudah sangat cantik?" puji Ednan, "Aku lebih menyukaimu yang apa adanya, Nata," lanjut Ednan yang benar-benar membuat hati Nata merekah. Berbunga-bunga mendengar ucapan manis Ednan.
Ednan mengecup lembut kening Nata lama. Penuh kelembutan dan juga cinta. Lalu diraihnya jemari wanita itu, "Ayo," ajaknya dengan raut wajah yang juga bersinar.
Nata hanya mengangguk kecil tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya menurut mengikuti langkah Ednan dengan suasana hati yang benar-benar cerah saat ini.
***
Nata tersenyum kecil melihat lelaki tampan yang kini dicintainya tengah mengantri membelikannya cotton candy. Diedarkannya pandangan kesekeliling. Pantai itu benar-benar mengagumkan. Laut biru dengan pasir putihnya sangat cantik diterpa cahaya kemerahan sang raja siang. Maka tak heran jika suasana di sana cukup ramai dengan para wisatawan.
Nata kembali menolehkan kepalanya saat mendengar langkah kaki yang berjalan mendekatinya. Senyum di bibirnya tersungging manis menatap lelaki bermanik biru yang kini berjalan mendekatinya. Lelaki itu berhenti selangkah di depannya dengan senyum menawannya.
"Terimakasih, Mas," katanya pada Ednan yang menyodorkan cotton candy di tangannya.
Ednan mengembangkan senyumnya dan mengangguk kecil, "Kita duduk di sana saja," katanya sembari menunjuk tepi pantai yang cukup strategis untuk menyaksikan langit kemerahan sunset. Nata menurut dan mengambil langkah di samping lelaki itu.
Mereka berdua duduk bersandingan di atas pasir pantai yang lumayan kering, karena memang Ednan memilih tempat yang tidak terlalu ke tepi.
Nata mencomot cotton candy-nya ke dalam mulut, "Ini adalah sunset terindah yang pernah aku lihat," ucapnya sembari menolehkan kepalanya ke arah Ednan.
Lagi, senyum Ednan mengembang. Diputarnya kepalanya ke arah Nata yang duduk di samping kirinya, "Kalau begitu kita akan selalu melihatnya saat kita masih di sini," jawabnya.
Matanya menatap intens manik mata Nata yang juga menatapnya. Sungguh siapa saja akan mengartikan tatapan mereka adalah tatapan sepasang sejoli yang memang sedang dimabuk cinta. Namun, siapa sangka, dalam hati Ednan masih terjadi peperangan batin dalam memilih dua wanita yang kini sama-sama berstatus menjadi miliknya.
***
Tak terasa waktu seminggu mereka berlibur akhirnya berakhir. Terkadang waktu memang terasa begitu cepat bergulir saat kita sedang merasakan kebahagiaan. Begitulah yang Nata rasakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romance[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya