Part 8 | Bimbang

276K 12.4K 614
                                    

Nata menggeliat, matanya terbuka pelahan-lahan. Sudut bibirnya tertarik membentuk seulas senyum saat matanya menangkap sosok yang tidur telengkup di sebelahnya.
Wajah Ednan yang hanya terlihat sebagian tampak begitu misterius di balik bahunya yang memeluk bantal. Pagi yang indah dengan cuaca cerah dihatinya.

Nata bangkit dari tempat tidurnya, pantas pergi ke kamar mandi.

***

"Pagi Tini," Sapa Nata pada Tini yang sudah sibuk di dapur.

"Pagi Nya. Nyonya mau masak apa pagi ini?"

"Aku mau membuat cheese omelette dan khusus mama aku akan membuatkan nasi goreng. Tolong ambilkan telur di kulkas," Pinta Nata.

Tini berjalan medekati kulkas dan bersiap untuk membukanya, "Siap Nya?" tanya Tini.

Nata hanya mengangguk sambil menutup hidungnya. Dia bisa muntah saat mencium bau menyengat dari dalam kulkas. Tapi anehnya dia tidak apa-apa jika mencium bau daging yang sudah di keluarkan dari kulkas.

Nata mulai memasak cheese omelette-nya dan nasi goreng dibantu oleh Tini.

"Wah baunya enak sekali. Kau sedang masak apa sayang?" tanya mama saat mencium bau harum yang terkuar dari dapur.

"Cheese omelette, Mam. Dan khusus mama Nata buatkan Nasi goreng dengan ekstra sayuran," Jawabnya sambil tersenyum kearah mertuanya.

Mama tersenyum dan duduk di kursi meja makan, kemudian disusul nenek yang duduk di sebelahnya. "Mama dan nenek mau Nata buatkan teh?"

"Tidak usah sayang."

"Buatkan nenek teh melati," Pinta nenek dingin. Nata tersenyum lembut dan segera membuatkan teh untuk nenek.

Diletakannya teh buatannya di depan nenek yang segera menyesap teh panas yang Nata hidangkan. Saat teh mulai memenuhi rongga mulutnya nenek bergumam nikmat, "Teh buatanmu sangat pas, Nata."

"Terimakasih, Nek." Nata membalas senyum kecil yang nenek lemparkan dengan senyum manis miliknya.

Ednan yang baru turun segera bergabung ke meja makan. Dia mengecup mesra kening Nata, "Pagi sayang, pagi mam, pagi nek," sapanya sambil duduk di kursi kepala meja makan.

Nata masih diam membatu. Hingga suara mama dan nenek mengembalikannnya ke alam nyata, "Pagi, Ed," Jawab mama dan nenek serentak.

"Pagi, Mas," Jawab Nata berusaha tenang. Dia tidak boleh terbawa suasana, dia dan Ednan sedang dalam masa sandiwara. Dia harus bisa berakting dengan baik. Ya, hanya sandiwara. Yakinnya pada dirinya sendiri. Menguatkan perasaannya untuk tidak terbawa suasana.

"Kau mau aku buatkan kopi mas?" tanya Nata bersikap sebiasa mungkin. Meski masih nampak gugup.

"Tidak usah, sayang. Aku hanya ikut sarapan saja."

Nata menghidangkan cheese omellete dan nasi goreng buatannya dan mereka semua mulai menyantapnya. "Tini ambilkan jus jeruk di kulkas," pinta mama.

"Baik nyonya besar."

Tini langsung membuka pintu kulkas yang langsung menebarkan bau-bau yang meruak tajam. Nata dan Ednan merasa mual bersamaan dan membungkam mulut dan hidungnya. "Tini tutup kulkasnya!" Bentak Ednan.

Sumua tampak tercengang melihat tingkah mereka berdua. Tini mengulangi perbuatannya. Nata dan Ednan kembali membungkam mulut dan hidung mereka membuat Tini terkekeh.

"Wahh.. Nyonya sama Tuan memang pasangan yang sangat serasi ya. Morning sakness.. morning sukness, morning apa ya?" Tini mulai berpikir.

"Morning sickness," Koreksi mama.

Because Our Baby ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang