1 juta!!!
.
.
1 juta!!!!!😲
.
.
Beneran 1 juta?!!!Jujur aku gak nyangka, novel yang awalnya aku bikin karena iseng bisa tembus 1 juta. Makasih banget buat kalian yang selalu mendukung cerita ini dari awal. Kalian pasti tahu gimana susahnya menunggu chapter cerita ini yang begitu lamanya gak up... heee
Puji syukur banget, cerita absurd gini bisa tembus 1 juta... kalian memang yg terbaik readers😘
Karena kehebatan kalian, kesetian kalian, kecintaan kalian sama novel ini, sebagai ucapan terimakasih aku bakal kasih chapter bonus.
Oiya... kira-kira kalau cerita ini diterbitin dalam bentuk buku, ada yang minat gak??
Plis kasih saran👌
BTW SELAMAT MEMBACA......
---------------------------------------------------------------
Suasana rumah itu terdengar begitu ramai, teriakkan terdengar memekakkan pagi yang masih sunyi. Bahkan matahari masih baru menampakkan dirinya di ufuk timur.
"Kakak, kembalikan bukuku!" teriakkan itu terdengar dari lantai atas. Di mana Becky tengah mengejar Javis yang mengambil buku pelajarannya.
"Ambil saja sendiri," goda Javis pada adiknya.
Dan terjadilah kejar-kejaran antara dua kakak beradik itu, membuat Ednan yang melintasi kamar Becky tersenyum melihat polah keduanya.
Ednan menuruni anak tangga, meletakkan tas kulit miliknya di atas meja makan. Lantas berjalan mengendap menghampiri Nata yang terlihat sibuk dengan kegiatan memasaknya. Hingga sebuah pelukan dari belakang membuat Nata sedikit berjingkat.
"Selamat pagi, sayang," sapa Ednan sembari menanamkan sebuah kecupan di pipi istrinya.
Senyum Nata mengembang, "Selamat pagi, mas," sahutnya, dengan tangan masih sibuk pada pancake buatannya.
"Ada apa dengan Becky dan Javis, kenapa mereka sudah ribut pagi-pagi begini?"
Senyum Ednan merekah, "Seperti biasa, Javis kembali menjahili adiknya."
Helaan napas keluar dari mulut Nata, "Kini aku benar-benar tahu bagaimana dirimu saat masih kecil."
Ednan tampak mengangkat sebelah alisnya. Diputarnya tubuh Nata untuk menghadap dirinya. Memeluk erat pinggang ramping istrinya, hingga tidak ada jarak di antara mereka.
"Bisa kau jelaskan maksudmu, Nyonya Wegner?"
Senyum Nata mengembang. Dia mengalungkan kedua lengannya ke leher Ednan. Menatap suaminya penuh senyum, "Jika mendengar cerita dari Mama, Javis begitu mirip denganmu. Jadi... bisa aku simpulkan, seperti itulah dirimu saat masih kecil Tuan Wegner," ucap Nata dengan sebuah kedipan yang membuat Ednan melongo.
"Waw... lihat dirimu Nyonya Wegner, kau sedang menggodaku?" Ucap Ednan, sebelum jari-jemarinya menari dengan begitu gesitnya menggelitik Nata. Membuat keduanya tertawa dengan begitu lepas.
"Ehem...."
Kedua orang itu menghentikan kegiatannya saat sebuah deheman menginterupsi kegiatan mereka. Kepala mereka berputar, menatap ke arah sumber suara. Dimana Javis dan Becky tengah duduk berhadapan dengan sebelah tangan menyangga kepala mereka.
"Mama dimana sarapannya?! Aku bisa telat jika kalian terus pacaran seperti itu!" Kesal Becky yang membuat pipi meronanya tampak mengembang.
Tawa kedua orang tua itu lepas begitu saja, melihat bagaimana wajah manyun kedua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romansa[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya