Part 24 | Penyesalan

255K 11.8K 314
                                    

Ednan melangkahkan kakinya keluar dari walk in closet miliknya. Dia berdiri di depan cermin meja rias Nata, mengacak sedikit rambut kecokelatannya. Sekarang dia merasa sudah sangat segar. Ednan melebarkan senyumnya, sekarang dia sudah sangat tampan, tidak mungkin Nata akan mengelaknya lagi.

Bruakkkk!!!!!

Seketika Ednan menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dia mengerutkan kening, menatap Ricky yang masuk dengan langkah lebar tak lupa raut wajah yang terlihat begitu marah.

"Ricky? Ada apa?" gumam Ednan bingung.

Namun bukan jawaban yang Ednan dapatkan melainkan bogem yang langsung menghantam wajah tampannya. Dengan membabi buta Ricky menghajar Ednan yang hanya diam. Lelaki itu terlalu terkejut dengan tindakan Ricky yang begitu spontan.

"Hentikan!" Ednan mendorong kuat tubuh Ricky, hingga lelaki itu terpental ke belakang.

Ednan mengusap darah yang ke luar dari sudut bibirnya. Wajah tampannya terlihat begitu berantakan dengan beberapa luka di pelipis juga pipinya.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Ednan bingung.

Ricky menormalkan napasnya yang memburu. Rasanya dia terlalu bersemangat untuk menghabisi sahabatnya ini. Tidak peduli jika dia datang dengan jas putihnya yang masih menempel, dia terlalu murka. Mengingat Nata yang diperlakukan seperti itu benar-benar membuat kesabarannya habis.

Ricky mendengus, mencemooh. "Apa yang aku lakukan?!... Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sudah kau lakukan, brengsek?!" Ricky kembali kesal, dan kembali menanamkan satu pukulannya.

"Selama bertahun-tahun aku bersahabat denganmu, baru sekarang aku tahu betapa brengseknya dirimu Ed," ucap Ricky mendesis, "Setelah apa yang kau lakukan pada Nata, mungkin kali ini yang paling tidak bisa termaafkan."

Lagi, kening Ednan berkerut semakin dalam. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan  posisi masih terduduk di lantai.

"Aku mungkin masih bisa memaafkan tindakanmu saat operasi Nata. Aku tahu orang tua Jane tidak ada di sini, jadi kau yang harus menjadi walinya. Tapi kali ini... Kau sangat keterlaluan, Ed."

Helaan napas panjang lolos dari mulut Ricky. Diambilnya sesuatu dari saku jas putihnya, sebuah amplop putih lalu dilemparnya amplop itu ke pangkuan Ednan.

"Aku tidak menyangka, kau akan melakukan semua ini. Kau anggap apa semua pernyataan cintamu kepada Nata. Aku pikir kalian akan benar-benar memulai kehidupan baru setelah ini. Tapi..." lagi Ricky menghela napasnya, "Mungkin kehidupan kalian memang baru, tapi tidak sebaik yang aku bayangkan. Aku tidak bisa membantumu kali ini. Semoga kalian bisa menyelesaikannya dengan baik."

Setelah mengucapkan kata-katanya, Ricky melangkah meninggalkan Ednan yang masih terpaku dengan kebingungannya. Sungguh, dia tidak mengerti dengan semua kata yang diucapkan Ricky.

Ednan mengalihkan matanya, menatap sebuah amplop yang tergeletak di pangkuannya. Diambilnya amplop itu, ditatap dengan penuh kebingungan. Ednan membukanya, dan mengeluarkan secarik kertas yang terlipat di dalamnya.

Sebuah surat yang ditulis tangan. Ednan sangat tahu, ini tulisan tangan Nata. Begitu rapi dengan bentuk yang sedikit kebulatan. Ednan mulai membaca surat itu.

Mas, maafkan aku tidak mengucapkan ini secara langsung. Hanya surat ini yang akan mewakili apa yang ingin aku sampaikan. Mungkin mas akan bingung saat menerima surat ini. Tapi sungguh, untuk saat ini aku tidak sanggup untuk bertemu denganmu dan mengucapkannya secara langsung.

Aku hanya ingin menyampaikan keputusan yang aku ambil saat anak kita sudah lahir. Dan aku sudah memikirkan semua ini dengan matang... Maafkan aku mas... Aku memilih untuk meninggalkanmu. Aku tidak bisa terus berada di sampingmu, mendampingimu selamanya. Bukan karena aku ingin, tapi aku pikir aku memang harus pergi.

Because Our Baby ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang