Nata menatap Ednan yang menghentikan langkahnya. Dia bisa melihat tatapan bingung Ednan ke arah Jane yang terkapar tak berdaya. Ada rasa nyilu di hatinya. Namun perlahan senyumnya mengembang saat melihat Ednan melangkah menuju dirinya. Benarkah Ednan lebih memilih dirinya? Rasa bahagia perlahan mulai meruak di dalam dadanya.
Ditatapnya Ednan yang melangkah dengan tergesa ke arahnya dengan mata nyaris tertutup, hingga lelaki itu berdiri di sampingnya, "Dokter tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya," ucapnya dengan cemas pada dokter Nirma yang sudah sangat dikenalnya tengah bersiap melakukan tindakan darurat kepada Nata.
"Kami akan melakukan semampu kami, Pak," jawab dokter Nirma.
Setelah mengucapkan kata-kata itu Ednan membalikkan badannya, berlalu menjauh dari tubuh Nata yang siap masuk ke dalam ruang UGD. Samar-samar senyum Nata mulai lenyap saat melihat Ednan menuju ruang dimana Jane berada. Air mata perlahan mulai luruh bersama kesadarannya yang mulai benar-benar menghilang.
Ricky yang dari kejauhan menatap Ednan yang memasuki ruang dimana Jane berada mengepalkan tangannya. Merasa marah luar biasa. Dalam keadaan seperti ini Ednan masih lebih memilih Jane dari pada Nata, sungguh tidak masuk akal. Ricky mendengus kesal, dia merogoh sesuatu dari jas putihnya. Mencari nomor seseorang dari ponselnya, dan dia mulai berbicara pada seseorang yang ada di seberang.
***
Ednan berjalan dengan setengah berlari menuju tempat dimana Nata tengah berjuang antara hidup dan matinya. Matanya langsung menatap dua wanita yang sangat berharga baginya tengah duduk dengan cemas di depan ruang operasi.
"Mam, bagaimana kata dokter?" tanyanya panik, dengan napas tersengal.
Mama dan nenek menengadahkan wajahnya. Ednan dapat melihat dengan jelas betapa rapuh wajah neneknya tapi di sisi lain Ednan dapat merasakan tatapan menusuk yang mamanya tujukan kepadanya.
Wanita itu melangkahkan kakinya mendekati Ednan. "Kita perlu bicara. Ikut Mama sekarang," ucap mama tajam sembari melangkah melewati Ednan.
Ednan mengernyitkan keningnya. Dia menatap mamanya yang melangkah meninggalkannya, lalu pandangannya beralih pada nenek yang duduk diam dengan kepala tertunduk. Bahkan seperti enggan untuk menatap Ednan.
Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa semua orang bersikap aneh kepadanya? Pikir Ednan penuh tanda tanya.
Tanpa banyak berpikir lagi Ednan berjalan mengekori mamanya yang sudah berjarak dengan dirinya.
***
"Apa yang ingin mama bicarakan?" tanya Ednan menatap wanita yang begitu berjasa dalam hidupnya tengah berdiri membelakanginya.
Mama membalikan tubuhnya, menatap Ednan dengan pandangan yang sulit untuk Ednan jelaskan. "Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk melakukan hal seburuk ini, Ed. Bahkan mendiang papamu pun akan sangat kecewa dengan apa yang kau lakukan," ucapnya penuh kekecewaan.
Ednan menatap mamanya bingung, keningnya berkerut penuh pemikiran, "Apa maksud mama?"
"Kau masih tanya?" tanya mama membuat kernyitan di kening Ednan semakin dalam.
Mama memeluk tubuhnya, matanya beredar menatap taman rumah sakit yang tampak ramai meski mendung tampak bergayut. Mama kembali menatap Ednan, "Apa yang kau pikirkan, Ed?! Kenapa kau lebih memilih wanita itu dari pada istrimu?! Apa kau sadar jika saat ini Nata tengah berjuang demi menyelamatkan bayi kalian?! Tapi dimana kau saat dia membutuhkanmu?!" tanya mama penuh kekecewaan, dengan matanya yang berkaca-kaca. Hatinya begitu teriris, merasa iba pada menantunya yang selalu disia-siakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romance[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya