Keheningan begitu membalut perjalanan pulang mereka. Tanpa ada yang berniat untuk memulai percakapan. Nata hanya sibuk memandang keluar jendela dalam diam. Ednan sendiri sibuk menatap lurus jalan di depan.
Krriiukkkkk....
Sebuah suara yang berhasil mengalihkan pandangan Ednan. Mata birunya menatap Nata yang tertunduk malu. Mengapa cacingnya protes di saat yang tidak tepat? Gerutu Nata.
"Kita cari makan dulu. Sepertinya ada yang sedang kelaparan disini," Ucap Ednan sambil tersenyum geli.
Nata menengok ke arah Ednan dengan senyum kikuknya, "Maaf pak."
Dengan senyum masih mengulum, "Kenapa minta maaf? Rasa lapar kan bukan kesalahan. Lagi pula sekarang kau tidak hanya makan untuk dirimu sendiri." Nata hanya diam, "Aku tahu tempat makan enak dan nyaman di dekat sini," lanjutnya. Lalu, semakin memacu mobilnya menuju tempat tujuan.
***
Mereka masuk ke dalam sebuah kafe dan memilih meja yang ada di dekat dinding kaca, yang mengarah langsung pada halaman luar yang rindang.
Seorang pelayan muda yang sangat cantik menghampiri mereka dan menyapa ramah. Dia memberikan buku menu pada Ednan dan juga Nata.
"Kau ingin pesan apa?" tanya Ednan sambil menelusuri jajaran nama-nama dalam daftar menu.
"Saya pesan hot chocolate dan cream mushroom soup, itu saja." Pelayan mulai mencatat pesanan Nata.
Ednan menatap Nata, "Hanya itu, kau tidak ingin memesan yang lain lagi?"
Nata menggeleng pelan, "Tidak pak, itu sudah cukup. Saya akan merasa mual jika terlalu banyak makan," jelasnya.
"Baiklah. Saya pesan kopi hitam saja," Ucap Ednan pada pelayan yang langsung mencatatnya.
"Ada lagi?" Tanya pelayan itu.
"Tidak. Itu saja dulu."
"Baik, pesanan anda akan segera datang." lantas, pelayan itu pergi dengan sopan.
"Bapak tidak makan?" tanya Nata menatap Ednan.
"Tidak. Aku masih kenyang."
Nata hanya bergumam dan kembali menatap keluar jendela. Matanya menelusuri hiruk piruk di depan sana. Hingga pandangannya menangkap seseorang yang sepertinya dia kenal. Dia menyipitkan matanya untuk dapat melihatnya dengan jelas. Namun, sosok itu sudah terlebih dulu masuk ke dalam mobilnya dan hilang ditelan kecepatan mobilnya yang melaju di jalan yang cukup senggang.
Ednan menatap ekspresi Nata yang aneh, "Apa yang kau lihat?" tanya Ednan sambil mengikuti arah pandangan Nata. Namun, dia tidak menemukan siapa atau apapun yang mencurigakan.
"Eh?" Nata terkejut dan menoleh ke arah Ednan. Dia segera menggelengkan kepala, "Tidak.. tidak ada apa-apa, pak?" jawab Nata gugup.
Ednan hanya diam dan tidak menanyakannya lebih lanjut. Pesanan mereka pun datang. Mereka menikmati pesanannya dalam diam. Sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Nata masih kembali mengingat sosok yang barusan dia lihat. Benarkah itu? benarkah dia orang yang Nata kenal. Tidak! Dia tidak mungkin sudah kembali.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?"
Nata mendongakan kepalanya dan bertemu pandang dengan manik biru Ednan, "Hanya ada sedikit masalah, pak."
"Tapi aku harap kau jangan terlalu memikirkannya. Ingat pesan dokter, kau tidak boleh terlalu stres, karna itu dapat berdampak buruk pada kandunganmu."
Nata mengangguk kecil, "Iya pak." Jawabnya sopan.
Ya.. dia tidak boleh terlalu banyak pikiran. Jika dia stres itu akan berpengaruh pada kandungannya dan dia tidak mau terjadi apa pun pada kandungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romance[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya