Ednan merebahkan tubuhnya di atas ranjang berseprai hitam miliknya. Menatap nyalang langit-langit kamarnya. Dia tidak tahu apakah pilihan yang dia ambil ini benar atau tidak. Lantas dia teringat akan Jane, bagaimana dengan wanita itu?
Wanita yang selalu dicintainya. Tapi jika melihat Nata yang polos dan rela mengorbankan dirinya demi Ednan membuatnya merasa iba. Wanita mungil seperti Nata rela menjadi gunjingan orang-orang hanya demi menjaga Ednan agar tidak tahu masalah ini. Agar Ednan tidak terjebak dalam kehidupannya, dalam tanggung jawab yang dia sendiri tidak tahu apa yang sudah dia lakukan malam itu.
Lamunanya terhenti saat ponselnya berbunyi.
"Hallo sayang," sapa Ednan sambil mendudukan tubuhnya.
"Hallo, Ed."
Ednan mengernyit saat mendengar suara lirih Jane dari seberang. Seperti sedang bersedih, "Hei, mengapa kau bersedih?"
"Aku-" terdengar helaan napas panjang. "Maafkan aku Ednan. Mungkin lusa aku tidak bisa pulang. Ada acara besar yang mengharuskanku hadir."
"Dan kau menerimanya?" tanya Ednan yang sebenarnya sudah tahu apa yang akan dijawab Jane.
"Aku tidak punya pilihan. Mommy-ku begitu memaksaku untuk datang. Maafkan aku, Ed."
Ednan terdiam. Lagi, lagi dan lagi dia harus merasakan perasaan ini. Tidak berhargakan dirinya sehingga Jane bisa terus dan terus menginjak-injak harga dirinya?
Sakit, hatinya teramat sakit. Wanita yang sangat dicintainya lagi-lagi menghempaskannya kejurang setelah menerbangkannya ke awan. Sia-sia sudah penantiannya selama ini. Benar kata Ricky dirinya bodoh menunggu untuk hal yang tidak pasti.
"Ed, maafkan aku. Aku harus segera pergi." Jane segera memutuskan panggilannya tanpa menunggu jawaban Ednan.
Sekarang Ednan semakin yakin, menikahi Nata adalah pilihan yang tepat. Dia tidak akan menunggu Jane, sudah cukup penantiannya selama ini.
Nata merebahkan dirinya di ranjang, menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. "Akhirnya papamu, melamar mama sayang." Nata mengelus sayang perutnya, "Sekarang kau tenang saja. Papa akan ada di sisimu bersama mama," Ucap Nata dengan senyum dikulum.
Dia akan menikah dengan Ednan. Hal yang tidak pernah terpikirkan bahkan terbersit sedikit pun tidak pernah. Tapi dia sangat bersyukur, akhirnya Tuhan mulai menunjukan sedikit kado terindahnya meski hanya secuil kecil. Nata mulai memejamkan matanya dan mulai datang dalam mimpi indahnya.
***
Pesta pernikahan mereka berlangsung sederhana dan hanya dilakukan di kediaman Nata. Nata yang meminta pesta pernikahan yang sederhana yang hanya dihadiri oleh tetangga dan teman dekatnya Ednan pun menyetujui begitu saja.
Setelah pesta pernikahan selesai. Mereka masuk ke dalam kamar Nata yang sudah dihias sedemikian rupa oleh Dini. Kamar Nata tampak seperti peraduan para putri dengan taburan bunga mawar dan lilin-lilin yang menambah romantisme kamar itu.
Nata hanya duduk di tepi ranjang dengan linglung. Merasa canggung berada sekamar dengan seorang lelaki, apalagi lelaki itu tak lain adalah mantan atasannya. Dan sekarang dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Tidurlah, kau pasti lelah. Aku akan tidur di lantai." Ednan mulai mengambil bantal dan menata tempat di lantai.
"Bapak tidur di ranjang saya saja, biar saya yang tidur di lantai."
Ednan menatap Nata dengan sebelah alis terangkat, "Dan aku akan menjadi lelaki yang paling tidak berperasaan. Membiarkan seorang wanita, hamil pula, tidur di lantai? Tidak! Aku yang akan tidur di lantai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Storie d'amore[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya