Ednan memacu mobilnya, entah ke arah mana dia harus pergi. Sungguh, dia tidak tahu harus mencari Nata kemana lagi. Bunyi dering ponsel yang ada di sebelahnya menarik Ednan kembali dari lamunannya.
"Bagaimana?" tanya Ednan tanpa salam pembuka.
"Maaf Tuan, kami belum menemukan Nyonya Nata."
Ednan menghela napasnya kasar, "Cari dia ke seluruh penjuru di negara ini. Aku mau kau menemukan dia secepatnya."
"Baik, Tuan."
Ednan mengakhiri panggilannya. Dia tidak tahu harus mencari Nata kemana lagi. Sudah hampir tiga jam dia berkeliling, tapi dia masih belum bisa menemukan wanita itu. Hari pun sudah mulai berganti, dimana bintang sudah bermunculan menghiasi langit gelap keabuan.
Ednan mencekam kemudi dengan kuat, Mama dan neneknya pun tidak bisa dia hubungi begitu pun dengan keluarga Nata. Apakah semua orang akan meninggalkannya sendiri. Tuhan, sungguh saat ini dia sangat membutuhkan bantuanmu.
***
Ednan melangkahkan kakinya yang lunglai memasuki rumahnya yang benar-benar sepi. Diliriknya sofa ruang tengah, tempat dimana Nata biasa menunggunya. Dia melangkah mendekat, mendudukkan pantatnya di sana. Diusapnya sofa itu lembut, membayangkan Nata yang selalu meringkuk dengan setia di sana. Kenyataan bahwa tidak ada lagi yang menunggunya benar-benar menyesakkan dadanya.
Kemana aku harus mencarimu?
Ednan menutup wajahnya dengan kedua tangan, mengusapnya kasar. Benar-benar, dia merasa sangat frustasi dibuatnya. Dia tidak tahu harus mencari Nata kemana lagi.
"Kau sudah pulang?" sapa sebuah suara dengan dingin.
Ednan menolehkan kepalanya. Segera dia bangkit dan menghampiri sosok itu, "Dimana Nata, Mam?" tanyanya, setengah berseru.
Mama menatap wajah kusut Ednan lalu menghela napasnya sebelum berkata, "Mama tidak tahu dimana Nata." dengan lirih. Bagaimana pun dia tetaplah seorang ibu, melihat Ednan seperti ini benar-benar melenyapkan semua kekesalannya.
Ednan menatap mamanya seakan tidak percaya, "Mama jangan bohong. Nata pasti bilang dia akan pergi kemana. Lagipula Mama ada di sana saat Nata pergi."
"Mama memang ada di sana. Dan menyaksikan betapa kejamnya anak yang selama ini Mama besarkan," ujar mama pedas, membuat Ednan bungkam seketika.
Ednan menurunkan tangannya dari bahu Mama dengan lesu, "Tidak seperti itu kebenarannya," gumam Ednan sambil kembali duduk di sofa.
"Mama mendengar kau menyatakan cinta kepada wanita itu. Apa kau pikir itu tidak menyakiti perasaan istrimu?... Dia baru saja mempertaruhkan nyawanya demi anak kalian. Tapi kau, malah dengan teganya mengucapkan kata-kata itu pada wanita lain. Bahkan Nata mendengar dengan telinganya sendiri, bagaimana suaramu mengalun dengan begitu jelas."
"Aku sudah katakan, kebenarannya tidak seperti itu, Mam," sanggahnya.
"Lalu seperti apa kebenarannya? Kau ingin mengelak seperti apa lagi. Semua sangat jelas, Ed. Selama ini kau memang masih mencintai wanita itu."
"Tidak untuk sekarang!" sela Ednan cepat. Ditatapnya Mama yang menatapnya dengan kesal, "Bagiku Jane hanyalah masa lalu. Saat ini, hanya Nata yang aku cintai. Semua yang Nata dengar hanya salah paham. Aku mengatakan itu, hanya karena... Aku tidak bermaksud seperti itu, Mam. Sungguh, aku benar-benar tidak tahu semua akan menjadi seperti ini," jawabnya. Ednan mengusap wajahnya gusar.
Mama mengerutkan keningnya.
"Saat ini aku benar-benar ingin menjalani semuanya dengan Nata, Mam. Sungguh, aku sudah melupakan semua perasaanku pada Jane. Sebenarnya, kemarin aku memang menemuinya, tapi karena aku ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Aku hanya berusaha melakukan hal yang benar. Tapi ternyata, aku mengacaukan segalanya," lirih Ednan pedih, dia benar bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tuhan pasti tahu semua kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Roman d'amour[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya