Nata menatap nanar sosok yang tidur telengkup di sebelahnya. Dia telah diperkosa. Sungguh, tak terbayang dalam benaknya jika dia akan diperkosa oleh atasannya sendiri. Orang yang selalu dihormatinya. Dunianya seakan runtuh. Sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan sakit di hatinya.
Air matanya serasa diperas. Dia beringsut ke sisi sofa besar itu. Matanya menatap nanar pakaiannya yang berceceran di lantai. Dia memeluk lututnya dan terus tenggelam dalam tangisnya. Dia tidak pernah menyangka kesuciannya yang selama ini dia jaga hanya untuk suaminya kelak, telah direnggut paksa.
Direnggut paksa!
Dengan teganya atasannya merenggutnya. Bahkan dengan menjadikannya wanita pengganti kekasihnya. Sungguh, bagai sebuah tamparan keras untuk dirinya. Nata segera menyambar pakaiannya lalu mengenakannya sembarang.
***
Nata berlari di pinggir jalan dengan beruraian air mata. Apa yang akan dia katakan pada ibunya jika dia pulang selarut ini dengan keadaan mengenaskan? tapi dia juga tidak memiliki tempat untuk menginap. Dia tidak memiliki teman dekat sama sekali.
Nata terus berlari hingga sebuah mobil menepi di sebelahnya. Nata menghentikan langkahnya dan menatap seseorang yang muncul dari dalam mobil. Seorang lelaki tampan yang kini sudah berdiri di depannya.
Lelaki itu memegang lembut bahu Nata, “Nata, kau kenapa?”
Nata menundukkan kepalanya, “Saya... saya...”
Lelaki itu menarik Nata ke dalam pelukannya, seakan tahu kesedihan yang menimpa wanita itu. Dia membiarkan Nata menangis di dadanya. Tangis Nata semakin pecah. Dia benar-benar butuh tempat bersandar untuk saat ini.
Lelaki itu mengelus rambut Nata. Mencoba menenangkannya. Setelah tangisnya sedikit mereda Nata melepaskan diri dari dekapan lelaki itu, “Terimakasih Dokter Ricky,” ucap Nata tulus di sela sesegukannya.
Ricky tersenyum lembut sembari menganggukan kepalanya. Lalu dia mengernyit bingung saat menatap penampilan Nata yang berantakan, “Kau mau pergi kemana larut malam begini?”
Nata kembali menundukkan kepalanya. Sambil menggigit bibir bawahnya sekilas, dia menggelang. Dia mau kemana? Pertanyaan itulah yang sedari tadi memang sedang dia pikirkan.
“Kau bisa tinggal di apartemenku jika kau mau,” usul Ricky seolah tahu yang dipikirkan Nata.
Nata mendongakkan kepalanya seketika. Dia tidak mungkin tinggal di apartemen seorang lelaki. Sungguh, tidak mungkin. Apalagi mengingat apa yang baru saja terjadi padanya. Tidak! Dia tidak akan mengulang kejadian tadi.
Ricky mengamati perubahan ekspresi Nata dan tersenyum geli. Mengerti apa yang sedang berkecamuk di pikirkan wanita itu. “Kau tenang saja. Aku tidak akan macam-macam. Disana ada tiga kamar. Kau bisa tidur di salah satu kamar yang kosong,” ujarnya.
Nata kembali berpikir. Dia tidak mungkin pulang kerumah dalam keadaan kacau seperti ini, bukan? Ibunya bisa cemas jika melihat keadaannya sekarang. Dan lagi, dia tidak memiliki teman dekat yang bisa menjadi tempatnya menginap malam ini. Nata menggigit bibir bawahnya, ragu.
“Bagaimana? Aku tidak akan memaksa. Hanya saja sepertinya kau sedang ada masalah dan tidak ingin pulang,” Tanya Ricky lagi.
Nata menatap Ricky. Lelaki itu terlihat tulus padanya. Nata menganggukan kepalanya. Ricky tersenyum hangat, segera dia membawa Nata masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi membelah jalanan yang senggang.
***
“Ini kamarmu, istirahatlah.”
Ricky membuka pintu sebuah kamar setelah mereka sampai di apartemennya. Nata berjalan pelan memasuki kamar itu. Tampak begitu bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romantizm[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya