Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di salah satu resort mewah milik Ednan. Para pelayan meletakan barang bawaan mereka dan segera berlalu. Meninggalkan mereka berdua menikmati suasana kamar yang begitu indah.
"Kau ingin mandi dulu?" tanya Ednan yang berdiri di belakang Nata.
Nata membalikan tubuhnya dan tersenyum lembut, "Iya Mas, aku akan mandi dulu. Badanku juga sudah terasa sangat lengket."
"Baiklah. Selesai mandi kita langsung makan malam. Sekarang aku pergi dulu, ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan," ucapnya yang dijawab anggukan oleh Nata. Ednan lalu melangkah pergi.
Nata segera menuju kamar mandi dan memanjakan tubuhnya dengan berendam air hangat. Semburan air terasa begitu nyaman memijat otot-ototnya yang tegang. Nata mulai merasakan kantuk yang menyerang. Dia terus menguap, perlahan matanya mulai terpejam.
***
Ednan sudah menunggu di sofa, cukup lama sejak kembalinya dia ke kamar. Namun, Nata belum juga keluar dari kamar mandi sedari tadi. Ednan beranjak, lalu melangkah mendekati pintu kamar mandi.
"Nata," panggil Ednan sambil mengetuk pintu bercat hitam di depannya.
Hening. Tidak ada jawaban dari dalam. Suara air pun tidak terdengar sama sekali. "Nata!" panggilnya lebih keras.
Namun, tetap tidak ada jawaban. Pikiran akan hal-hal buruk mulai berlintasan di benaknya. Ednan mulai merasa cemas, "Nata! kau mendengarku?!" panggilnya lagi dengan mengetuk semakin keras.
Tetap hanya keheningan yang dia dapat. Dengan cemas Ednan memutar knop pintu. Dia mengernyit, tidak terkunci. Perlahan dia membuka pintu itu dan melangkah masuk.
"Nata!" seru Ednan saat melihat sosok yang terpejam di dalam bathub.
Seketika Nata membuka matanya saat mendengar suara Ednan yang memanggilnya. Matanya langsung teralih pada Ednan yang berdiri tidak jauh darinya.
Nata membelalakan matanya, "Mas keluar!" usir Nata histeris sambil menutup bagian vital tubuhnya yang bisa dia tutup dengan kedua tangannya.
Ednan masih diam mematung menatap pemandangan di hadapannya. Hingga suara Nata sekali lagi menyadarkannya, "Mas keluar!"
Suara Nata berhasil mengalihkan pandangan Ednan. Lelaki itu menerjap menatap wajah Nata yang sudah memerah.
"Ah? ya," ucapnya gugup. Dia membalikan tubuhnya berjalan dengan pikiran tidak fokus.
Ednan masih diam mematung di depan pintu kamar mandi yang sudah dia tutup kembali. Dia menelan ludahnya susah payah. Tubuh itu.. tubuh itu begitu merekah dan sangat menantang. Tubuh Nata semakin berisi di tempat yang sangat strategis. Sangat indah.
Dia menggelengkan kepalanya. Mengusir pemikiran yang bersemayam di otaknya. Dia mengusap wajahnya gusar. Dia harus bisa menguasai dirinya jangan sampai dia menyakiti Nata. Ednan berjalan ke arah ranjang dan membaringkan tubuhnya di sana.
***
Nata segera keluar dari bathub. Dia merutuki kebodohannya yang tertidur di sini dan lupa mengunci pintu. Dan, apa yang harus dia lakukan? Sungguh, betapa malunya dia ketika bertemu Ednan. Pastilah Ednan melihat...
Nata menatap tubuhnya yang polos. Dia menutup wajahnya malu. Sangat amat malu. Meski ini bukan yang pertama kalinya Ednan melihatnya dalam kondisi tubuh polos. Namun, ini kali pertama Ednan dalam kondisi sadar. Lelaki itu pasti ingat betul apa yang dia lihat tadi. Nata menggeleng frustasi. Segera dia memakai pakaiannya dan berjalan keluar.
Ednan mengalihkan matanya pada pintu kamar mandi yang terbuka. Matanya menatap Nata yang baru keluar. Bayangan sesuatu yang ada di balik gaun biru pudar Nata kembali terlintas. Ditambah rambut Nata yang masih terlihat basah, benar-benar menaikan kadar sexy pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Dragoste[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya