Nata menghela napas lega. Akhirnya setelah seharian dia berkeliling mencari pekerjaan dia berhasil mendapatkannya. Meskipun tidak sepadan dengan pekerjaannya dulu. Namun, dia sangat bersyukur bisa diterima mengajar di salah satu taman kanak-kanak dan letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Nata tersenyum manis. Dia menyusuri trotoar yang berdebu itu dengan langkah ringan. Dia harus segera pulang. Dia akan mulai bekerja besok, jadi hari ini dia akan beristirahat. Kakinya juga sudah terasa sangat pegal setelah seharian berjalan.
***
"Kami tidak menemukan Nona Nata disana Tuan."
Ednan menatap Robbin dingin. Orang suruhannya yang dia tugaskan untuk mencari Nata di kota kelahiran ayahnya seperti yang Nata katakan. Ednan berdecak kesal. Ah.. bodoh! Pasti Nata sengaja ingin mengecohnya. Bagaimana sampai dia tidak memikirkan hal itu?
"Cari dia sampai dapat, bahkan keseluruh kota di negara ini. Aku yakin dia tidak mungkin pergi keluar negeri."
"Baik, Tuan."
Setelah pamit Robbin pergi meinggalkan Ednan yang masih duduk di kursi kebesarannya. Pikirannya mulai bermain menebak-nebak kemungkinan keberadaan Nata. Dimana dia? Apa dia sengaja menutupi semuanya? Apa dia pikir Ednan akan lari dari tanggung jawabnya?
Dasar wanita bodoh. Seperti apapun Ednan, dia tidak akan mungkin menelantarkan wanita yang sedang mengandung anaknya. Tapi bagaimana dengan Jane? Ednan hanya mampu menghela napasnya panjang. Dia bahkan masih belum bisa menghubungi wanita itu.
Ednan menatap ponselnya yang berdering. Dia segera menggeser tombol hijau setelah menilik siapa yang menelponnya.
"Sayang, aku sangat merindukanmu. Maafkan aku baru mengaktifkan ponselku."
Ednan tersenyum lebar saat mendengat sapaan panjang Jane. Akhirnya wanita ini menghubunginya lagi. "Aku juga sangat merindukanmu sayang. Aku selalu mencoba menghubungimu. Tapi selalu saja, hanya jawaban dari operator yang aku dapat."
"Ya, aku tahu. Maafkan aku, karna aku sangat sibuk. Aku bahkan segera menghubungimu saat Mommy-ku memberikan ponselku."
Senyum Ednan mengulu, "Aku mengerti. Lalu kapan kau akan pulang?"
"Mungkin minggu depan. Sungguh, aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu," jawab Jane antusias.
"Benarkah? Aku juga sangat merindukanmu. Aku akan menunggumu," Jawab Ednan merasa sesak saat mengucapkan kata terakhirnya.
Menunggu?
Ednan mengernyitkan keningnya. Berapa banyak waktu yang sudah dia gunakan untuk menunggu? Entahlah dia juga tidak tahu berapa kali dan berapa lama dia selalu menunggu.
Jadi untuk saat ini, dia tidak ingin terlalu bahagia dengan janji Jane. Setidaknya sampai wanita itu benar-benar sudah datang. Setelah sedikit berbasa-basi Jane mengakhiri panggilannya.
Ednan termangu menatap ponselnya yang sudah mati dan hanya menghela napas berat.
***
Nata sangat menikmati waktunya. Berbaur dengan anak-anak dapat sedikit menghilangkan beban yang bersemayam di tubuhnya. Setidaknya dengan begini, dia juga dapat belajar bagaimana memahami anak-anak. Supaya nanti dia sudah terbiasa saat memiliki anak sendiri.
"Sampai jumpa, bu gulu cantik," Ucap salah satu muridnya kepada Nata.
"Sampai jumpa sayang." Nata membalas lambaian tangan gadis kecil yang berlalu di balik pintu.
Nata membereskan tasnya, ini sudah waktunya dia pulang. Dengan langkah ringan Nata menyusuri lorong kelas. Seketika Nata menghentikan langkahnya, badannya terasa menegang. Dia begitu terkejut, luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romance[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya