Ednan mengamati Nata yang duduk di beranda rumah. Dia tersenyum melihat Nata yang sedang sibuk merajut. Tersenyum? Ednan mengernyitkan keningnya. kenapa dia tersenyum pada wanita ini? Ednan menggelengkan kepalanya. Semakin hari dia merasa menjadi semakin aneh.
Nata menoleh ke arah pintu saat merasa ada yang memperhatikannya, “Bapak baru pulang?” tanya Nata saat melihat Ednan masih memakai setelan jasnya yang tadi pagi.
Ednan bergumam, “Apa yang sedang kau lakukan?”
“Merajut,” Jawab Nata sambil menunjukan rajutannya, “Bapak mau makan dulu atau saya buatkan kopi?”
“Buatkan aku kopi saja. Aku akan pergi mandi dulu.”
Nata tersenyum lembut, “Baik, pak.”
Ednan berbalik dan melangkah pergi. Pak? Lagi Ednan mengernyitkan keningnya. Bukankah sekarang Nata adalah istrinya? Tapi kenapa sikapnya masih seperti atasan dan bawahan? Ednan menggelengkan kepalanya. Kenapa dia malah memikirkan panggilan Nata? Benar-benar aneh.
***
Ednan menuruni anak tangga dan langsung lurus menatap Nata yang sudah duduk di ruang keluarga menunggunya. Ada perasaan hangat yang menjalari dadanya saat melihat wanita itu. Tapi dia tidak tahu perasaan macam apa itu. Dia tidak pernah merasakannya sebelumnya.
Ednan duduk di sebelah Nata yang asyik menonton siaran televisi. Ednan meraih cangkir yang ada di meja lalu menyesap kopi yang yang sudah disiapkan Nata untuknya.
“Kau suka memasak?” tanya Ednan sambil melihat acara memasak yang Nata tonton.
Nata menolehkan kepalanya dan mengangguk, “Memasak itu menyenangkan. Meskipun hasilnya tidak enak, tapi ada rasa puas saat kita bisa membuat makanan dari tangan kita sendiri,” katanya, lalu kembali menatap siaran televisi.
“Apa makanan kesukaanmu?” tanya Ednan sambil meletakan cangkirnya.
Nata mengalihkan pandangannya ke arah Ednan cepat, “Maksud bapak?” tanyanya bingung.
“Tidak ada, aku hanya bertanya. Apa makanan kesukaanmu?”
Nata tampak berpikir, “Emm.. mungkin cokelat? Mungkin juga ayam rica-rica? Entahlah.. saya termasuk orang penyuka segala jenis makanan,” Jawab Nata tidak yakin dengan hiasan senyum polosnya, “Bapak sendiri?”
“Eh? Aku?” tanya Ednan tergeragap. Nata langsung menjawabnya dengan anggukan. Ednan berpikir sejenak, “Aku menyukai pasta, aku juga menyukai steak, ah.. dan juga rendang.”
“Rendang? Rendang Padang maksud bapak?” tanya Nata kurang yakin.
“Memangnya kenapa? Ada yang aneh jika aku menyukai rendang?”
Nata menggelengkan kepalanya, “Tidak. Saya bisa membuatkannya bila bapak mau.”
Ednan kembali meraih gelasnya dan menyeruput kopinya, “Boleh," katanya lalu kembali meletakan cangkirnya, "Oh ya.. besok mamaku akan datang berkunjung. Dia bilang akan tinggal untuk beberapa waktu. Entah untuk berapa lama.”
Nata diam tidak menjawab. Bagaimana jika mertuanya tidak menyukainya dan menyuruh Ednan untuk langsung menceraikannya? Apakah dia rela berpisah dengan Ednan?
Oh.. apa-apaan kau ini Nata, memangnya kau ini siapa? Suka atau tidak. Suatu saat Ednan pasti akan menceraikanmu lalu meninggalkanmu. Dia punya kekasih dan kau hanya ibu dari anaknya yang sekarang sedang kau kandung, bukan wanita yang benar-benar Ednan cintai. Rutuk batin Nata.
“Kau tenang saja mamaku akan menyukaimu. Dia akan mendukung semua pilihanku,” Ucap Ednan yang dapat membaca ekspresi cemas Nata. “Tapi untung saja hanya mamaku. Coba saja kalau sampai nenekku yang datang, bisa repot. Dia sangat pemilih apalagi jika menyangkut diriku. Dia akan sangat protektif. Maklumlah aku cucu laki-laki satu-satunya,” Lanjut Ednan bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Our Baby ✔
Romance[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran, jangan lupa voment jika kalian suka sama ceritanya