Saat ini, para peserta sedang menelusuri sepanjang koridor. Setelah memperlihatkan ruangan berteknologi tadi, sang pemandu bermaksud untuk mengarahkan mereka menuju ruang kelas.
Setiba mereka di depan pintu beberapa ruangan yang berjejer, sang wanita pemandu tersebut menguraikan, "Beberapa ruangan ini adalah kelas tempat kalian belajar nantinya. Ada kelas Mr.Alford , tempat dimana kalian akan belajar membuat ramuan. Lalu ada kelas Mrs.Stacey, tempat dimana kalian akan belajar melontarkan mantra sihir. Selanjutnya, tepat di seberang ruangan Mr. Alford, ada kelas Mrs.Carly, kelas di mana kalian akan belajar untuk menjinakkan hewan dan membuatnya berbicara."
Wanita bertopi kerucut itu sedikit memberi jeda. Kemudian ia melanjutkan, "Sekarang saya akan menunjukkan di mana aula utama."
Beberapa peserta yang memang tampak sibuk berbisik jadi harus berhenti dikala sang pemandu kembali melangkah.
Beberapa ruangan telah dilewati dan mereka tiba di sebuah aula besar yang tak lain adalah aula utama MWC seperti apa yang di maksud wanita separuh baya itu. Aula tersebut memang besar. Bahkan terbilang sangat besar. Sebuah pintu keluar utama yang cukup tinggi mewakilkan bagaimana besarnya aula ini.
Seluruh peserta termasuk Kathleen dan Hanny menengadah menatap langit-langit ruangan tersebut. Beberapa lampu gantung terlihat semakin memperlengkap keindahannya. Walau terlihat kuno, tetapi nilai antiknya tidak pudar.
Puas terkesima dengan arsitektur lampu beserta hiasan-hiasannya, mereka juga mengamati bagaimana sebuah panggung di sana juga turut menonjolkan pesonanya. Hiasan latar belakang panggung dengan pernak-pernik unik juga tak kalah menarik. Bila diuraikan secara satu per satu, akan sangat sulit untuk dideskripsikan. Yang pasti, dua kata yang mewakili aula ini. Mewah dan Indah.
"Setelah ini saya akan menunjukkan di mana kamar kalian." Sang pemandu mendadak membuka suara. Alhasil, mereka harus berhenti mengagumi keindahan aula tersebut.
***
Kathleen segera melempar asal tas ransel miliknya begitu memasuki kamar pilihan mereka. Ia menoleh dan mendapati Hanny yang sudah menelentangkan tubuhnya sedari tadi.Dia terkekeh melihat ketenangan dari wajah Hanny. Kathleen pun turut menidurkan dirinya ke atas ranjang. Kini, mereka berdua saling menatap langit-langit kamar. Keheningan pecah di kala Kathleen membuka suara, "Aku gak nyangka, kita bisa lolos."
Hanny tersenyum tipis seraya membalas, "Kau benar. Bahkan aku tidak percaya, aku bisa lolos dari harimau-harimau itu. Untung saja ada kau, Kath."
"Berarti kita memang berjodoh."
Tawa Hanny pecah mendengar pernyataan Kathleen. Kemudian ia menimpali, "Aku rasa kita memang berjodoh."
Kathleen juga melepas tawanya. Dengan cara ini, segala kelelahan terasa mulai menghilang.
"Burung merpati?"
Kathleen melemahkan tawanya. Lalu menegakkan tubuh sembari mengikuti arah pandang Hanny. Seekor burung merpati dengan bulu putih bersih tampak bertengger di dekat jendela kamar.
Menyadari ada segulung kertas kecil terikat pada kaki kecil sang merpati, senyuman merekah terukir di wajah Kathleen. Kemudian ia mendekati burung tersebut.
"Ini milik ibuku. Pasti ibu mengirim pesan." ujarnya terlebih dahulu sebelum Hanny melempar pertanyaan. Temannya itu hanya mengangguk. Namun ia tak mampu menahan dirinya untuk tidak mendekat.
"Pesan? Burung itu dapat mengirim pesan? Apa dia tahu arah?" tanya Hanny sembari mengamati Kathleen yang sedang berusaha melepas ikatan sebuah gulungan kertas.
"Tentu saja. Burung ini sudah di jinakkan oleh ibuku." Hanny hanya ber'oh ria menanggapi jawaban temannya itu.
Kathlineku sayang, apa kau baik-baik saja? Apa kau berhasil masuk ke Magical Witches School? Ibu sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
FantasyFantasy - Romance (Minor) Kebenaran akan selalu memaksakan dirinya untuk mengambang ke permukaan. Maka rahasia di balik kebenaran itu harus mampu bertahan dalam menyembunyikan dirinya. Bila segalanya telah terungkap, sang tokoh utama harus bersiap...