[7]

281 23 2
                                    

"KELUAR KAU MANUSIA!!!" Kalimat perintah yang terkesan menakutkan itu kembali memaksa masuk ke indera pendengaran mereka.

Degupan jantung Kathleen semakin menggila seolah memberontak tanpa alasan. Jantung teman sohib di sisinya yang tak lain adalah Hanny juga tak kalah cepat berdetak. Keringat dingin tiada bosannya terus menyelimuti mereka. Sialan. Tidak mudah untuk meluncurkan keberanian yang telah terkubur dalam melawan rasa ketakutan itu sendiri.

Nada perintah penduduk kota yang tengah murka itu telah sukses membuat mereka tak bergeming. Belum puas situasi terus mendesak mereka, kini di tambah lagi dengan suara derap langkah kaki yang terdengar semakin tajam mendekati tempat persembunyian si kedua gadis penyihir cilik.

Tap tap tap

Suara langkah itu semakin kuat maka semakin mendekat pula keberadaan sang musuh. Kathleen bersama teman karibnya hanya pasrah seraya memejamkan mata berharap detik-detik ini dapat membalik keadaan.

Tamatlah riwayat kami sebentar lagi.

Tak di sangka. Keajaiban yang di nantikan akhirnya terjadi. Suara derap langkah itu seolah hilang menuruti permintaan mereka berdua. Tidak ada lagi menyisakan suara-suara mengerikan lagi. Akhirnya mereka dapat menghela nafas lega.

Bullshit!! Ternyata itu hanya keajaiban palsu. Suara langkah hilang tergantikan suara knop pintu yang sedang berputar mengikuti arah kunci terbukanya pintu. Berarti sang musuh telah berhasil menemukan sarang persembunyian mereka. Tubuh Kathleen dan Hanny kembali menegang.

Tiga...

Dua..

Satu.

Cekrekk

Pintu terbuka. Mata mereka terbelalak kaget melihat dalang di balik semua ketakutan itu.

"Mr.Alford?" tanya Kathleen dan Hanny serempak mengernyit heran.

"Akhirnya saya dapat menemukan kalian. Cepat pergi dari sini!!!" Nada bicara Mr.Alford sedikit memuncak menandakan itu adalah perintah.

"Pergi?? Kata Prof.Haylee, saya harus tetap berada di sekolah." jawab Kathleen berusaha tetap mengingat bahwa ia harus menuruti amanat Prof.Haylee selang beberapa waktu yang lalu.

Walaupun sesungguhnya ia enggan menuruti amanat itu. Kathleen sangat ingin kabur dari sini dan memilih untuk mengamankan diri di rumahnya yang ada di kota Houston sekaligus merendam rasa rindu pada kedua orang tuanya.

"Saya di perintah oleh Prof.Haylee." ujar Mr.Alford kemudian seraya mengayunkan tongkat sihirnya. "Meziamus Lezta" Percikan sihir sukses terlontarkan dari tongkat sihir miliknya dan tepat mengenai sebuah cermin dengan ukuran yang tidak terlalu lebar serta tinggi sebatas orang dewasa. Ia menggunakan cermin itu sebagai dimensi perantara terhubungnya dengan tempat yang ingin di tuju.

"Hanny, bisa kau jaga Kathleen? Pergilah bersamanya."

"Tentu saja. Aku akan melindunginya." Tanpa ragu, Hanny menjawabnya dengan lantang. Kathleen bisa merasakan seberapa besar ketulusan yang di pancarkan oleh teman sekamarnya itu.

"Bagus lah. Sekarang masuk ke dalam cermin itu. Kalian akan tiba di hutan Haron. Setelah itu, sembunyi dan jangan sampai ketahuan oleh penduduk kota. Ingat!!! Tetap sembunyi di dalam hutan! Jangan ke kota karena sebagian penduduk masih berada di kota. Jika mereka melihat kalian, maka akan sangat berbahaya." papar Mr.Alford panjang lebar.

"Terima kasih. Saya tidak tahu harus bagaimana untuk membalas kebaikan anda,Mr.Alford." sela Kathleen di tengah keadaan mendesak ini.

Mr.Alford mengulas sebuah senyuman penuh arti dan mengunci tatapan parau Kathleen sambil menempelkan tangannya pada kedua bahu gadis itu. "Kalau begitu, bertahanlah untuk saya dan semuanya yang ada di sini."

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang