[10]

258 15 0
                                    

Happy reading~~

***
Layaknya sepasang Ibu dan anak. Kathleen bersama wanita itu beriringan menyelusuri setapak jalan bebatuan. Langit malam mulai menunjukkan pesonanya. Namun di sekeliling mereka hanya memperlihatkan kegelapan. Mengandalkan cahaya temaram dari lampu jalan yang tampak tua, mereka tetap melanjutkan langkah. Hingga terlihat sebuah rumah sederhana dengan setapak halaman yang cukup luas. Rumah itu tepat berada di kaki bukit. Bila di perhatikan dengan lekat, padang rumput kering menghiasi sekitaran rumah ini. Tidak ada rumah penduduk lainnya. Sunyi senyap. Hanya suara jangkrik yang terdengar lebih mendominasi.

Mereka melangkah memasuki halaman rumah setelah berhasil membuka pagar. Hewan-hewan ternak yang pertama kali menyambut mereka. Benar. Wanita paruh baya itu memelihara hewan ternak yang cukup bervariasi, mulai dari: ayam, kuda, babi, sapi, domba dan kerbau. Dalam artian, kandang-kandang hewan juga tersedia di sisi-sisi tertentu. Tumpukan jerami berserakan di mana-mana.

"Nyonya Marine, siapa yang bersamamu itu?" Suara seorang perempuan sepantaran Kathleen terdengar bersamaan dengan kemunculan dirinya dari kegelapan.

"Nyonya? Apakah dia adalah salah satu pekerja di sini? Pembantu? Aku pikir Ibu ini hidup seorang diri." batin Kathleen menebak-nebak.

"Apa yang kau lakukan di luar malam-malam begini?" tanya wanita yang di panggil nyonya Marine itu seiring mulai mendekatnya si lawan bicara.

Perempuan muda itu tidak menggubris pertanyaan Mrs. Marine, melainkan menatap lekat seorang Kathleen. Bahkan mengamati penampilan gadis pendiam ini dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sedikit risih ketika di nilai begitu dalam. Kathleen mencoba mundur, tetapi wanita muda itu segera mengapit kedua pipinya. Kathleen terkejut atas perlakuan lancang pembantu dari sang penolongnya.

"Lumayan.. Cantik tanpa polesan sedikitpun. Tapi kenapa bajumu sangat jelek?" kritik si gadis yang tak kalah cantik dari Kathleen itu. Gaun kembang selututnya semakin memperindah dirinya walaupun terlihat sedikit lusuh. Sempurna dengan jepitan pita di atas rambut sebahunya. Tubuhnya tinggi semampai dengan kaki jenjangnya yang tak luput dari kata menawan.

Kathleen akui meskipun manusia sepantarannya ini tidak sopan, dia lah gadis tercantik dari semua yang ia temui sejak tadi siang. Tidak seperti dirinya. Ia menunduk mengamati penampilan kusamnya. Serba hitam bak malaikat pencabut nyawa. Dia memang masih menggunakan jubah penyihir panjang yang menutupi kakinya. Tudung jubah nyaris menutupi matanya. Manusia remaja itu pasti terheran-heran mengapa ada orang yang masih mau mengenakan baju aneh.

"Alexa!! Ibu sedang bertanya padamu!! Dan berhentilah mengusik adik barumu ini!!" Kedua remaja itu tersentak kaget. Gerakan mereka serempak menoleh kearah Mrs. Marine dengan penuh tanda tanya.

Gadis bernamakan Alexa tertegun mendengarnya. Mungkin ia lah yang paling sulit untuk percaya. "Jadi selama ini Ibu telah melahirkan seorang anak diam-diam tanpa sepengetahuanku?" Alexa memberi jeda sebelum kembali melanjutkan, "Siapa ayahnya?"

"Ibu? Jadi ini adalah anaknya? Lalu mengapa sebelumnya ia memanggil dengan sebutan nyonya? Aneh.." batin Kathleen merenungkan maksud dari makna perbincangan ini. Pikirannya kembali meracau saat dirinya di kenalkan sebagai seorang adik? Dan.. anak?

Bila di ukur dari segi tinggi badan, Alexa menang beberapa jengkal. Di dukung oleh bagaimana polosnya Kathleen, terbukti lah gadis Mrs. Marine di sebut sebagai seorang kakak. Walau mereka kelihatan sepantaran.

Sementara itu, terdengar tawaan kecil yang sukses memecah keheningan. Mrs. Marine mulai meredakan kekehannya saat mendapati tatapan bunuh dari kedua anak itu, atau lebih tepatnya lebih sadis milik Alexa.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang