"Pahamilah, sebenarnya aku yang tau dan paling mengerti. Hanya saja kamu tak mau tau dan sulit mengerti"
Namanya Raditya Bastian, sudah ada hampir satu semester dia bersekolah di SMA Harapan Nusa.
Biasa di panggil Radit, tapi khusus adek-adek gemas kebanyakan nyebut nama Radit pakai sebutan 'Cogan' kalau bukan itu, 'Badboy Ganteng'
Entah yang mana, intinya sebutannya selalu menunjukkan kalau Radit itu mahatampan, padahal kata teman seangkatan biasa aja.Kebiasaan Radit di sekolah kalau bukan nongkrong di kantin, ya bolos sekolah lari ke gudang belakang sama teman-teman satu gengnya. Radit pernah cuma dateng ke sekolah buat mengisi daftar hadir, tapi setelah itu dia malah bantuin Pak Bandi bersih-bersih taman sampai pulang sekolah.
Biar gak malu di tanya anak lain saat berada kena hukuman, Radit jawabnya 'Biasa gue mau nambah amal,'
Hal yang seperti itu ternyata tidak sama sekali membuat reputasi Radit hancur, anehnya juga jumlah penggemar rahasia Radit makin membludak.
Ini berlebihan, tapi ini juga nyata kok.
Bagaimana setiap perempuan tidak jatuh hati padanya. Radit memang tampan, tingginya cukup dengan badannya yang tegap tapi belum berotot, katanya harus rajin minum jus bayam biar sama seperti Popaye, rambutnya acak-acakan tapi tahu model, kulitnya putih kadang banyak yang curiga jangan-jangan Radit pakai produk pemutih dan pemulus kulit yang di tawar-tawarin di sosial media.
Radit orangnya blak-blakan, ramah sama semua kecuali sama Niko dan gengnya. Mereka kelas dua belas, dan udah musuhan sejak hari pertama Radit masuk sekolah. Radit juga di kenal perhatian terhadap sekitar, dan kadang-kadang perhatiannya bikin orang salah tangkep dan ujung-ujungnya kebawa perasaan alias baper.
Tapi anehnya sikap perhatian Radit tidak pernah di anggap serius oleh Farah, anak kelas sebelas IPA tiga. Memang tidak sekelas dengan Radit, kan dia anak kelas sebelas IPS satu.
Setiap hari Radit tidak pernah berhenti absen pergi ke kelas Farah, walaupun perempuan itu akan memberikan seribu alasan untuk menolak ajakan Radit buat ngantin bareng."Lo malu ya ngantin sama anak nakal kayak gue?"
Itu pertanyaan yang pernah ditanyakan Radit saat dia sadar bahwa Farah selalu berkelit dan sebenarnya hari itu Radit hampir benar-benar menyerah mengejar Farah.
Dan ternyata jawaban Farah ada di luar ekspetasi Radit, memang dia masih ingat betul.
Kira-kira begini kata Farah,"Gue gak pernah malu jalan sama lo, Dit. Gue cuma gak mau mereka mikir yang aneh-aneh aja tentang kita," itu pertama kali Radit dengar suara Farah yang lebih lembut dari biasanya. Sebelumnya Farah cuek bukan main, suka marah padahal gak ada apa-apa, dan kadang-kadang hemat bicaranya keterlaluan.
Tapi Radit sayang Farah.
Memang ia belum pernah memproklamasikan perasaannya ke Farah, jangankan bilang jujur, untuk meyakinkan Farah harus pakai usaha extra.
Tapi Radit suka Farah.
Katanya Farah beda sama perempuan yang lainnya. Yang langsung bilang 'iya' kalau di tembak sama orang ganteng, yang suka hambur-hambur uang buat manjat status sosial, dan lain-lain. Intinya Farah berbeda, dan Radit suka dengan itu.
Intinya gue harus berubah jadi lebih baik buat, Farah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
Teen Fiction[BELUM DI EDIT] Ini tentang masa di Putih Abu-Abu, juga tentang perasaan abu-abu yang berganti menjadi satu warna terang. Tentang perempuan yang bertemu dengan dua laki-laki yang jauh berbeda. Belajar mengetahui arti detak jantung yang tak beraturan...