"Jika menyukaimu termasuk dalam kewajiban. Maka biarlah hakku meminta kamu untuk mengganti ratusan hariku dengan balasan perasaanmu. Terpaksa pun, tidak apa"
the second chance•2
SAAT Farah masuk ke dalam kelas, ternyata Ovia dan Rachel sudah menunggunya terlebih dahulu. Ovia berpindah dan menarik satu bangku lagi untuk dirinya duduk bersiap menunggu Farah untuk bercerita.
"Sumpah Radit tadi malem ke rumah lo?" tanya Ovia.
Belum sempat Farah menjawab, Rachel juga ikut bertanya, "Om Farhan marah gak?" tanya Rachel dengan wajah penasarannya.
Farah menarik nafas dan mulai bercerita tentang kejadian tadi malam, dimana jam tujuh kurang sepuluh menit Radit bilang kalau sudah ada di depan pagar rumah Farah. Ia kaget dan langsung saja membuka gorden kamarnya, dan benar saja Ayahnya sedang membukakan pintu pagar.
Ayah Farah masih gak suka kalau Farah punya teman laki-laki. Gak tau kenapa.
Dia panik dan langsung menutup gorden lalu menyambar ponselnya yang masih setengah baterainya penuh. Farah gak tau mesti ngapain nanti kalau misalnya Radit di usir, jadi itu sebabnya yang membuat Farah mengirim puluhan pesan spam di multichat yang di dalamnya ada Ovia dan Rachel.
"Tapi setelah lo bilang ada Radit di rumah, kenapa chat gue sama Ovia gak lo baca?" tanya Rachel.
"Ayah ke kamar. Suruh gue ke ruang tamu, katanya di tunggu sama Radit," jawab Farah apa adanya.
Spontan Ovia dan Rachel berteriak. Masih tidak percaya begitu mudahnya Om Farhan memasukkan makhluk seperti Radit ke dalam rumahnya.
Farah akhirnya keluar dan begitu kikuk saat melihat Radit sudah duduk di kursi ruang tamunya.Kata Farah malam itu radit pakai kaos putih sama jaket jeans warna biru, celananya juga jeans tapi robek di lututnya. Sampai-sampai Farah bingung bagaimana bisa ayahnya mengizinkan Radit masuk ke rumah dengan dandanan kayak begitu.
"Ternyata Radit ngaku, dia bawain gorengan buat Ayah!" kata Farah dengan berapi-api, "Kesel banget, masa Ayah di sogok pakai gorengan aja mau," tambahnya lagi.
"Om Farhan pasti tau mana anak baik sama yang cuma iseng aja," kata Ovia dengan bangganya. Berarti usahanya selama ini untuk mendekatkan Farah dan Radit gak gagal-gagal banget. Padahal dulu yang pertama kali tahu segala macam informasi tentang Radit itu Ovia, tapi mau bagaimana lagi kalau nyatanya Radit malah suka sama Farah.
"Untungnya Ayah gak tanya macem-macem. Dia udah ngantuk pas Radit pamit pulang," jelas Farah dengan lega.
Kalau di pikir logika, Ayah Farah seharusnya tau Radit, toh dia juga hampir tiap hari nganter sama jemput Farah sekolah. Tapi Farah dengan berat hati menyuruh Radit berhenti di belokan gang rumahnya, sengaja biar Ayah gak tahu kalau selama ini Farah di antar-jemput cowok.
Radit kelihatan bukan anak baik-baik kalau udah pakai seragam sama motor ninjanya. Takutnya Ayah mikir yang enggak-enggak tentang dia.
"Ciye, sebentar lagi ada yang mau makan-makan besar nih," sindir Rachel. Kalau anak jaman sekarang sih bilangnya 'Pajak Jadian' , udah jadi hal wajib buat orang yang baru saja jadian buat traktir makan teman-temannya.
Farah mendengus kesal. Repot juga kalau teman-temannya menganggap Farah memang punya perasaan yang sama dengan Radit. Jangankan mengaku perasaan, mendeskripsikannya saja Farah sudah bingung duluan mau darimana.
Tapi setidaknya Farah sudah berani bilang kalau Radit itu baik.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
Teen Fiction[BELUM DI EDIT] Ini tentang masa di Putih Abu-Abu, juga tentang perasaan abu-abu yang berganti menjadi satu warna terang. Tentang perempuan yang bertemu dengan dua laki-laki yang jauh berbeda. Belajar mengetahui arti detak jantung yang tak beraturan...