Tujuh

15.9K 1.3K 7
                                    

"Gue mau--"

"Mau apa sih pacar? Mau peluk? Atau cium? Atau---"

"Bukan ish!"

"Ya terus apa?"

"Gue mau lo berubah," Ali terdiam menatap Prilly dengan serius, Prilly juga membalas tatapan Ali.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

"Bhahahahahaha......." tawa Ali seketika pecah entah apa yang membuat ia tertawa, Prilly pun menatap Ali heran.

"Kok ketawa sih? Apa yang lucu?"

"Lo mau apa tadi? Gue Berubah? Power rangers kali ah," jawab Ali setelah tawa nya itu mereda.

"Gue serius Ali, lo bisa gak sih gak main-main sekali aja?"

"Emang gue bocah main-main."

"Ali gue serius!!"

"Gue juga serius!!"

"Ali please, lo bilang lo mau ngelakuin apa aja kemauan gue kan? ya gue mau lo berubah," ucap Prilly berusaha tenang.

"Gue bukan power rangers sayang," jawab Ali.

"Gue mau lo berubah, mulai dari penampilan lo yang urakan sampai tingkah lo yang absurd gak jelas kayak gini," sebisa mungkin Prilly tenang, ia sadar sekarang ia sedang berdebat dengan Ali di pinggir jalan, tak jarang banyak kendaraan atau orang-orang yang berlalu lalang.

"Gue udah dari lahir begini, mau di apain lagi?"

"Lo harus berubah jadi lebih baik Ali, lo udah SMA harus nya lo bisa mikir serius buat masa depan lo nanti," ucap Prilly lagi, Ali pun menghela nafas nya kasar.

"Lo mau gue berubah, buat masa depan gue atau emang lo malu punya cowok kayak gue?" pertanyaan Ali membuat Prilly terdiam.

"Udah deh, mending gue anter lo pulang," ucap Ali mencoba menarik tangan Prilly untuk ikut dengan nya. Tapi Prilly langsung menepisnya.

"Gue bisa pulang sendiri," jawab Prilly ketus.

"Gue nya yang gak bisa biarinin lo pulang sendiri," balas Ali.

"Gak usah sok peduli gitu sama gue," ucap Prilly ketus, ia pun melangkahkan kaki nya berniat untuk pergi dari sana, tapi Ali langsung menahan tangannya.

"Prilly!!!" Prilly tersentak dengan panggilan Ali yang terkesan membentak. Prilly menatap wajah Ali, ia tidak pernah melihat wajah marah Ali seperti saat ini.

"Pulang sama gue!" ucap Ali tegas masih dengan nada yang sama dan itu semakin membuat Prilly takut.

Ali pun menarik tangan Prilly sedikit kasar menuju motornya.

"Naik!" Entah kenapa Prilly menjadi seperti robot yang sedang dikuasai oleh Ali. Ia pun naik ke motor Ali, setelah Ali yang lebih dulu naik motornya.

Setelah dipastikan Prilly naik tanpa mengucapkan apapun lagi, Ali langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membuat Prilly ketakutan dan refleks memeluk pinggang Ali.

***

"Makasih," ucap Prilly datar setelah ia sampai di rumahnya dan turun dari motor Ali. Prilly pun langsung berbalik untuk masuk ke dalam rumahnya, namun Ali lagi-lagi menahannya.

"Maaf," ucap Ali menyesal. Prilly terdiam, dan tidak ingin menatap wajah Ali.

"Prill, gue gak bisa berubah cuma karena permintaan lo. Kalaupun nanti gue harus berubah, itu atas dasar kemauan diri gue sendiri, bukan karena oranglain termasuk lo," ucap Ali lembut jauh berbeda saat tadi ia memaksa mengatarkan Prilly pulang.

Prilly masih terdiam dan masih menatap ke arah lain.

"Gue pulang ya," ucap Ali lalu langsung pergi begitu saja dengan motornya.

Prilly menatap Ali bersama motornya yang mulai menjauh. Ia pun menghela nafasnya kasar lalu masuk ke dalam rumahnya.

***

Sore ini Saa dan Na sedang berkunjung ke rumah Prilly. Kini mereka sedang berada di kamar Prilly. Prilly sempat kesal dengan mereka berdua karena meninggalkannya pulang sendiri. Saa dan Na berusaha membujuk Prilly untuk memaafkan mereka, sampai akhirnya mereka berdua menjanjikan satu buah novel yang sedang Prilly incar, akhirnya Prilly pun luluh dan memaafkan mereka, ya tentu saja karena tawaran menarik dari Saa dan Na.

"Terus tadi lo pulang sama siapa?" tanya Saa kepo.

"Sama Ali," jawab Prilly datar.

"Wih... Ali emang pacar yang baik," sambar Na. Prilly pun memutar bola matanya malas mendengar ucapan Na yang sama sekali tidak ia benarkan.

"Saa... Na...," panggil Prilly, Saa dan Na yang sedang asik memakan cemilan itu pun langsung menoleh ke arah Prilly.

"Perjanjian kita mau sampai kapan?" tanya Prilly. Saa dan Na pun langsung saling tatap satu sama lain.

"Gue mau putus sama Ali," ucap Prilly, membuat Saa dan Na kompak membulatkan matanya.

"Kenapa?"

"Ali jahat sama lo?"

"Ali macem-macem sama lo?"

"Ali kasar sama lo?"

Prilly menggeleng menanggapi pertanyaan dari kedua sahabatnya.

"Terus kenapa Prilly?" kini Saa dan Na kompak berbicara bersamaan.

"Ya gue gak cinta sama dia Saa, Na," jawab Prilly tegas.

"Sebenernya Ali itu keren sih, gan---"

"Keren kata lo? Suka tawuran, bolos dan ngerokok lo bilang keren Na?"

Na berdecak kesal dan memanyunkan bibirnya karena ucapannya yang dipotong oleh Prilly.

"Lo mau putus sama Ali, bukan cuma karena lo gak cinta sama dia, tapi lo takut beneran jatuh cinta sama dia," ucap Saa membuat Prilly langsung menatap tajam Saa.

"Apa sih lo Saa? Ngaco deh," balas Prilly kesal.

"He is not good, but he is always stucks in your brain right?" tanya Saa sambil menaikan sebelah alisnya.

"He is a bad boy, but you feel comfort with him right?" tanya Na juga.

Dalam hati Prilly berteriak Yes Right!!! Namun apalah daya, yang terucap dari bibir Prilly hanyalah kata "No!!!"

"Ya... Semoga lo gak bohongin hati lo ya Prill," ucapan Saa membuat Prilly terdiam.

"Balik yuk Saa, udah mau magrib nih," ucap Na. Saa pun mengangguk.

"Yaudah kita pulang ya Prill," ucap Saa juga.

Prilly tersenyum kecil lalu mengangguk. Saa dan Na pun keluar dari kamar Prilly.

***

Prilly menatap layar ponsel nya yang tergeletak di atas kasur. Biasanya ponsel itu akan bergetar karena ada telfon atau sms dari Ali. Tapi kini ponsel nya sepi.

"Tumben gak ada telfon sama sms dari dia? Apa dia marah? Marah atas dasar apa? Harusnya kan gue yang marah," Prilly menggerutu sendiri.

Akhirnya Prilly pun mengambil ponselnya dan membuka semua sosial media nya, berharap Ali menghubungi nya di salah satu sosial media itu. Tapi tunggu, apa iya Prilly berharap?

"Kenapa kesannya gue nunggu chat dari dia? Lo kenapa sih Prill?" Prilly bingung dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba Prilly teringat dengan perkataan Saa dan Na.

"He's not good, but he's always stucks in your brain right?"

"He is a bad boy, but you feel comfort with him right?"

Prilly menggelengkan kepalanya sendiri, lalu ia berteriak kencang.
"NO!!!!"

***

Vote dan comment jangan lupa yaaaa
Kritik dan saran dari kalian kami terima :)
See you next part!

-NaaSaa

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang