Tujuh Belas

13K 1.3K 56
                                    

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Saa dan Prilly yang mengintip di balik pohon yang tak jauh dari tempat Ali dan Prilly berdiri, langsung membulatkan matanya saat mendengar apa yang Ali ucapkan pada Na.

"Ali apaan coba? Sumpah gue gak ngerti lagi sama dia, udah deh males gue liatnya, pergi aja yuk Prill," ucap Saa kesal.

"Lo duluan aja," jawab Prilly.

"Lo yakin?"

Prilly menganggukan kepalanya.

"Terserah lo deh," balas Saa. Saa pun langsung pergi meninggalkan Prilly.

Na yang ada di hadapan Ali terlihat kaget dengan apa yang Ali ucapkan, Na menatap Ali, namun Ali malah menunduk.

Tiba-tiba saja Ali terbayang saat dirinya menembak Prilly di gudang.

"Gue tau lo gak bakal terima, lo mau gak jadi pacar gue?"

"Huft oke gue mau."

Ali teringat saat Prilly menerimanya sebagai pacar, ada nada terpaksa dari jawaban Prilly, dan harusnya Ali menyadari itu semua.

"Gu- gue takuttt..."

"Takut apa sih? Gak ada yang mau ganggu lo kok, 'kan ada gue."

"Ya.. Gue takut lo kenapa-kenapa tadi!"

Lagi-lagi bayangan kebersamaannya dengan Prilly kembali hadir dalam benaknya, dan Ali tidak bisa menyangkal itu semua.

Ali baru saja meminta Na untuk menjadi pacarnya, tapi hati dan pikirannya masih pada Prilly, dan Na menyadari itu, mata Ali seolah memberi tahu itu semua padanya.

"Prilly cinta sama lo, Li," ucapan Na langsung membuat Ali yang tadi menunduk, mengangkat kepalanya dan menatap Na.

Ali tersenyum miris, "Gak mungkin lah Na, lo gak usah ngomong kayak gitu, kalo niat lo mau ngehibur gue, cara lo gak mempan."

Na pun terdiam sejenak.

"Terus maksud lo ngomong kayak tadi ke gue itu apa?" ucap Na lagi.

"Gue nyaman sama lo Na," jawab Ali.

"Gue tau hati lo masih buat Prilly Li..."

"Kasih gue kesempatan untuk, memulai semuanya dari awal sama lo, bantu gue untuk ngelupain apa yang harus gue lupain," ucap Ali memohon.

Na kembali terdiam, sampai Ali memegang kedua tangannya.

"Dengan begitu, kita bisa saling mengobati luka di hati kita Na," ucap Ali.

"Tapi gue gak mau ngecewain siapapun Li," balas Na.

"Ngecewain siapa? Prilly? Dia udah gak peduli lagi sama gue Na, mau gue jadian sama siapapun gak mungkin dia peduli, dia udah bahagia sama yang lain, kenapa dia harus kecewa?"

"Hati Prilly itu masih buat lo Li walaupun dia udah sama Alan,"
"Dan salah terbesar Prilly adalah melepaskan lo gitu aja karena keegoisan dia," ucap Na dalam hatinya.

"Na?"

"Oke.."
"Gue mau,"
"Tapi gue gak mau ada yang tau soal ini, termasuk Saa dan Prilly, juga temen-temen lo."

Ali tersenyum, "Thanks ya Na..."

Na pun mengangguk, dan tersenyum kecil.

"Maafin gue Prill, kalo lo boleh egois, begitu juga dengan gue," Na membatin lagi.

Na dan Ali tidak tahu kalau sebenarnya Prilly setia mendengarkan percakapan mereka sedari tadi.

Prilly merasakan sesak di dadanya, kini rasanya ia susah untuk bernafas.
Matanya tak kuat lagi untuk menahan air matanya, dengan bebas air mata Prilly pun turun membasahi pipinya.

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang