Dua Puluh Lima

13.8K 1.3K 73
                                    

Hanin Dhiya - Selalu Ada

Ali berjalan gontai di koridor sekolah, mata Ali langsung melirik sinis saat dari arah berlawanan ada Nichol yang juga sedang berjalan. Saat tubuh mereka sejajar, mereka saling menatap tajam satu sama lain.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" protes Nichol pada Ali.

"Lo juga liatin guenya biasa aja," balas Ali tak mau kalah.

"Lo duluan!"

"Nggak tuh, gue b aja."

"Terserah deh, buang-buang waktu gue ngomong sama pengecut kayak lo," ucap Nichol tanpa dosa, ia pun berniat untuk melangkahkan kakinya lagi untuk pergi, namun tangan Ali langsung menahan bahu Nichol.

"Maksud lo apa bilang gue pengecut? Cari ribut ya lo sama gue, belum puas sama yang tadi pagi? Mau gue hias gimana lagi muka lo?" Ali menaikkan sebelah alisnya bersama dengan senyum miringnya, kini wajahnya sudah terlihat sangat songong.

"Gue gak ngerti ya sama lo yang sekarang Li, lo aneh tau gak!"

"Aneh dari segi mana?"

"Lo pikir, gue baru dateng terus tiba-tiba digeret ke belakang sekolah, dan tanpa penjelasan apapun lo ngehajar gue, itu apa namanya kalo bukan aneh? Ya sebenernya gue tau lo kenapa, ini semua karena Prilly kan?"

Ali terdiam dengan napas yang memburu, ia berusaha untuk tidak terlalu terbawa emosi.

"Eh Li, gue di sini bukan mau belain Prilly, tapi menurut gue, laki-laki sejati itu, laki-laki yang mau berjuang buat cintanya, bukan malah lari ke oranglain, tapi hatinya masih buat yang lama, lo tau kalo gitu namanya apa?" Ali masih terdiam dengan tatapan nya yang semakin tajam terhadap Nichol dan rahanya nya yang mengeras.

Kini Nichol yang tersenyum miring pada Ali. "Itu namanya brengsek Li!" ucapan Nichol benar-benar menusuk hati Ali, tapi tanpa dosanya Nichol justru tertawa hambar di depan Ali.

"Kenapa lo? Mau marah? Kesindir? Emang sih kata-kata gue itu cocok buat lo, yang bagian brengseknya, iya kan?" Ali sudah benar-benar tidak bisa menahan amarahnya lagi, tangan nya terkepal dan mulai terangkat bersiap untuk mendaratkan kepalan tangannya di wajah Nichol.

"Stop!" tangan Ali yang hampir mendarat sempurna di wajah Nichol tiba-tiba tertahan saat ada suara yang datang.

Mereka berdua kompak menoleh, dan sumber suara itu adalah Prilly.

"Lo mau ngapain? Mukul Nichol? Mau ngehajar Nichol lagi? Sumpah ya, Ali yang sekarang bener-bener bukan Ali yang gue kenal!" ucap Prilly, Ali pun hanya bisa diam, dirinya pun bingung kenapa ia jadi seperti ini? Siapa yang mengendalikannya? Tentu saja emosinya.

"Ali yang lo kenal dulu udah mati! Mati karena dirinya gak pernah dianggap sama orang yang dicintainya, jangankan dirinya, perasaannya cintanya yang besar aja diabaikan. Jadi buat apa masih bertahan hidup? Kalo hidupnya aja cuma buat dicampakkan sama si pemilik hatinya," Prilly langsung tertegun. Ia tahu semua perkataan Ali itu untuknya.

"Terus si Ali itu nyerah gitu aja? Cemen banget! Dangkal banget pikirannya," celetuk Nichol dengan kekehan kecilnya.

"Terserah lo mau ngomong apa, tapi nyatanya lo gak ada di posisi gue, lo gak akan pernah ngerti gimana perasaan gue sebelum lo rasain apa yang gue rasain." Ali pun langsung pergi begitu saja setelah berucap seperti tadi.

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang