Dua Puluh Delapan

10K 1K 73
                                    

Jangan dibaca ntar pada muntah pelangi:v

Bagaimana rasanya jalan sama mantan? Mungkin banyak yang mengatakan, tidak mengenakkan atau biasa saja.

Lain halnya untuk Prilly, gadis itu lebih memilih untuk berkata jujur daripada berkata biasa saja padahal di dalam hati mengatakan sebaliknya.

Kini Ali dan Prilly tengah duduk di rerumputan di sebuah taman.

"Ini yang kedua kalinya," gumam Prilly tanpa sadar, Ali melirik Prilly sejenak lalu kembali menatap lurus ke depan. "Dan ini garing banget, Ali cuma diem bukannya ngajak gue ngobrol gitu, masa iya gue yang ngajak ngobrol? Gengsi woy!" omel Prilly dalam hati. Prilly mendengus kesal lalu menoleh ke samping mencoba mencari hiburan agar acara satu harian bersama Ali tidak segaring kerupuk.

Ali tersenyum tipis, "Lo pengen banget ya gue ajak ngobrol?" tanya Ali menambah kekesalan yang sedaritadi Prilly tahan. "Ngomong aja kali, nggak usah gengsi." lanjut Ali seolah bisa membaca pikiran Prilly.

"Dih, jadi manusia nggak usah sok tau," kata Prilly.

"Bukan sok, tapi emang kenyataannya gitu, dari jaman gue sama lo pacaran juga gitu. Gengsi kok digedein," cibir Ali.

Gue sama lo.

Prilly terhenyak mendengar kata-kata itu, seolah Ali menamparnya dengan kenyataan bahwa ia dan Ali tidak bisa lagi seperti dulu.

"Eh... Eh mau kemana?" tanya Prilly kaget ketika tiba-tiba saja Ali menarik tangannya, alhasil Prilly harus merelakan pergelangan tangannya sedikit nyeri dan mungkin akan terlihat memerah akibat tarikan Ali yang benar-benar mengejutkannya.

Ali melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Prilly, mereka sudah sampai di parkiran. Prilly mendengus kesal sambil berkata dalam hati, "Ini cowok kok nggak ada peka-pekanya sih? Mentang-mentang aja udah jadi mantan terus diperlakuin kasar kek gini."

"Ayok naik!" ucap Ali sedikit berteriak karena suara di parkiran yang bising. Prilly kembali mendengus, sedaritadi Prilly memasang wajah kesalnya, tapi kenyataannya diluar ekspektasi. Prilly kira, Ali akan peka dan meminta maaf, ternyata tidak, Ali malah tidak peka. Prilly akhirnya naik dengan ekspresi jengkelnya.

Setelah motor Ali melaju di jalan raya dengan kecepatan rata-rata Prilly baru tersadar akan satu hal. "Kenapa gue jadi berharap banget sama Ali? Eh tapi dia salah, nggak salah 'kan kalau gue berharap dia minta maaf? Salah juga sih, yang udah jadi mantan dikasarin juga nggak papa," ucap Prilly dalam hati.

Tak.

Prilly memukul sedikit keras kepala Ali yang tertutup helm, sebelum akhirnya ia bertanya, "Lo mau bawa gue kemana sih?"

"Lo mau nyulik gue ya? Ngaku lo ngaku!"

"Kata orang kalo nanya tapi jawabannya diem berarti jawabannya iya. Lo beneran mau nyulik gue, Li? Wah... Lo stress kali ya, lo udah punya Na, Li! Lagian gue nggak mau dijadiin yang kedua, eh." Prilly memukul mulutnya berkali-kali.

"Udah ngocehnya?" ucap Ali diam-diam tersenyum tipis.

"Lo jangan baper ya, Li. Mulut gue suka asal ceplos soalnya," kata Prilly.

"Iya-in." Mendengar jawaban Ali, Prilly semakin kesal dibuatnya.

***

"Tangan lo kenapa?" tanya Ali baru menyadari pergelangan tangan Prilly yang memerah, Prilly melirik cowok itu kesal hingga akhirnya satu pukulan mendarat di lengan Ali, bukan hanya itu, selanjutnya Prilly mencubit punggung tangan Ali sampai terlihat merah.

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang