Sepuluh

17.6K 1.5K 45
                                    

"Tak selamanya cinta itu indah, ada kalanya cinta itu menyakitkan!" - Unknown.

***

Pagi ini, Prilly sengaja melewati kelas Ali, tapi sampai di depan kelas Ali, Prilly berhenti saat mendengar percakapan yang Prilly yakini adalah percakapan Ali dan teman-temannya.

"Lo macarin dia buat apa sih Li?"

"Ho'oh! Buat apa coba?"

"Atau cuma mau maanfaatin dia aja?"

Prilly mengepal tangannya, mendengar ucapan salah satu teman Ali.

"Lo pada ngomong apaan sih?"

Prilly mendengar, Ali berucap dengan nada dingin.

"Iya, gue ngomong apa adanya, ya lo taulah Li, Prilly itu good girl mana pantes sama bad boy kayak kita!"

Sesak. Satu kata itu yang Prilly rasakan, ucapan itu seakan-akan menampar Prilly.

"Lo udah kelewatan batas! Kalo lo cuma mau manfaatin cewek, jangan yang kayak dia, bisa-bisa entar lo nyesel!"

Apa-apaan ini? Jadi Ali hanya memanfaatkan Prilly? Kepalan tangan Prilly mengerat, wajah cantiknya memerah.

"Lo kalo ngomong jangan sembarangan!"

Bugh!

Prilly mendengar suara gaduh, Prilly mengintip melewati kaca jendela. Prilly melebarkan matanya saat melihat salah satu teman Ali terjatuh dan Prilly yakin itu karena Ali.

"Gue bukan tipe cowok yang mau mainin hati perempuan, dan gue nembak dia karena gue...., gue suka sama dia! Puas lo?!"

Prilly tak tau harus apa, apakah harus senang atau malah sedih? Tapi yang jelas sekarang, Prilly mengetahui kebenarannya, kebenaran bahwa Ali menyukainya.

Prilly melangkah masuk ke kelas Ali, yang pertama kali Prilly lihat adalah ekspresi terkejut Ali.

"Tinggalin gue berdua sama Ali, please," pinta Prilly lembut pada teman-teman Ali, teman-teman Ali beranjak dari tempat duduknya termasuk teman Ali yang tadi terjatuh, mereka meninggalkan kelas.

"Kenapa?" tanya Ali datar, Prilly menghela nafas.

"Gue tau semuanya, gue tau lo suka sama gue," balas Prilly, Ali menunduk sejenak lalu kembali menatap Prilly.

Ali menggenggam tangan Prilly, "Iya, gue suka sama lo! Emang kenapa sih? Salah gitu kalau gue suka sama pacar sendiri?" tanya Ali menatap Prilly.

"Lo harus tau sesuatu," kata Prilly tanpa menanggapi pertanyaan Ali tadi, Ali tersenyum kecut.

"Apa?" tanya Ali serak.

"Kalau bukan karena perjanjian gue sama temen-temen gue, gue gak bakalan jadi pacar lo kayak sekarang!" ucap Prilly, Ali mengerutkan keningnya.

"Perjanjian?"

"Iya, perjanjian; kalau Kak Fakhri nebak Na, dan Saa nerima Rama, gue bakal jadi pacar lo."

Bad Boy and Good GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang